抖阴社区

                                        

"Jadi gimana? Mau langsung cus ke rumah sakit?" tanya Hellena sembari mengemasi peralatan tulisnya yang berada di atas meja.

"Boleh. Nanti pas pulang kita langsung mampir ke kedai es krim, deh," balas Devira mengiyakan.

"Siap, Bu Guru!"

Sekarang mereka bertiga sudah siap pergi ke kandang obat tempat Devira akan memeriksakan keadaan kakinya itu. Iya, rumah sakit yang dahulu menjadi rumah ketiga Davina setelah rumah Reinaldo dan Arman. Ah rasanya rindu sekali dengan sosok Davina ini.

Tiba di rumah sakit Devira langsung pergi ke ruangan dr. Ferro Cakradikara karena dirinya sudah membuat janji dengan Ferro. Gadis berkacamata itu meminta Hellena dan juga Marsya duduk di koridor yang ada di depan ruangan Ferro dan dirinya sendiri masuk bersama suster.

"Bagaimana kabarmu? Apa kakimu masih sering membuatmu merasakan sakit?" tanya Ferro sesaat setelah Devira sudah berbaring di ranjang pasien.

"Kabarku biasa-biasa saja, Dok. Masalah kaki, aku percayakan pada Dokter dan Allah saja," kata Devira.

"Oke baiklah, mari kita periksa apakah gipsnya sudah bisa dibuka atau belum."

Dengan cekatan, Ferro langsung mengambil tindakan pada kasus patah tulang di kaki Devira. Ferro meminta Devira untuk melakukan rontgen terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi tulang kaki Devira. Setelah melakukan rontgen, Devira kembali ke ruangan Ferro untuk mendengar penjelasan sang dokter yang beberapa bulan ini sudah mengurusi dirinya.

Ferro meletakkan hasil foto rontgen kaki Devira di sebuah alat persegi panjang yang dilengkapi lampu atau bisa disebut dengan led film viewer, berguna untuk membacakan hasil dan juga menjelaskan kondisi tulang gadis berkacamata itu. Ferro cukup senang ketika melihat perkembangan yang begitu pesat pada proses penyembuhan kasus patah tulangnya kali ini.

"Kondisi tulang kamu yang patah kemarin seperti ini. Di sini bisa kita lihat kalau tulang yang kemarin patah sudah menyambung. Tapi, minggu ini kita belum bisa membuka gipsnya dulu karena masih terlalu beresiko. Kemungkinan besar minggu depan kita sudah bisa membuka gipsnya," terang Ferro yang membuat Devira menganggukan kepalanya mengerti.

"Untuk obat, apakah masih perlu diminum, Dok?" tanya Devira.

"Untuk obat, bisa kamu teruskan sesuai dengan yang saya anjurkan kemarin. Kamu ada keluhan lain?"

"Besok saya akan pergi berkemah, Dok. Apakah memungkinkan bagi saya untuk mengikuti kegiatan itu dengan kondisi seperti ini?" kata Devira.

Ferro tampak mengerutkan keningnya sebentar, "Tidak ada yang tidak mungkin, Devira. Kamu boleh ikut kegiatan itu selama tidak membahayakan kondisi kakimu yang masih rentan," ujar Ferro,

"Baik, Dok, makasih," jawab Devira, "kalau begitu saya permisi, Dok," pamit Devira.

"Sama-sama, jangan lupa jaga kesehatan dan jangan beraktivitas terlalu berat dulu," pesan Ferro membuat Devira menganggukan kepalanya patuh.

Sekarang Devira, Hellena, dan Marsya sudah berada di salah satu kedai es krim yang cukup terkenal di kota mereka. Hari menunjukan pukul lima sore dan mereka baru saja keluar dari rumah sakit. Destinasi selanjutnya adalah pergi ke rumah Hellena kemudian Marsya untuk mengemasi barang-barang yang akan dibawa berkemah besok hari. Marsya dan Hellena memutuskan untuk menginap di rumah Devira untuk memudahkan transportasi sang sahabat.

Untuk masalah siapa yang akan mengantar mereka untuk pergi ke sekolah besok hari, sudah selesai dengan seketika. Hellena meminta sopir pribadi milik Maminya ikut menginap di rumah Devira. Tenang saja, sang sopir akan ia suruh tidur di dalam mobil, hitung-hitung sekalian menjaga keamanan pekarangan rumah Devira.

"Udah lama banget gak ke sini," ujar Hellena sambil memperhatikan setiap sudut kedai yang sudah mulai berubah.

"Itumah lo doang. Gue nganterin Hanna ke sini hampir tiap minggu, gile," keluh Marsya. Hanna merupakan adik Marsya yang masih berusia 8 tahun.

"Emangnya kamu kenapa gak ke sinu-sini, Len?" tanya Devira sembari menyuapkan es krim vanilla ke dalam mulutnya.

"Biasa, Vir, mantan," celetuk Marsya. Air muka Hellena berubah masam ketika Marsya menyebutkan kata mantan itu.

"Oh, kirain ada apa. Udah berdamai aja sama mantan, siapa tau jodoh gimana?" ceplos Devira asal.

"Ya gue, sih biasa aja kalau ketemu dia. Tapi—dahlah gak usah dibahas lagi. Ntar kalo jodoh pasti bakalan balik ke gue, kok, tenang aja," seloroh Hellena.

Mereka bertiga menghabiskan es krim masing-masing dan segera bergegas pergi ke rumah Marsya daj juga Hellena untuk mengambil perlengkapan kemah yang sudah disiapkan. Setelah itu, barulah mereka pulang ke rumah Devira untuk beristirahat demi menyambut pagi yang indah dengan cerita baru disetiap detiknya.

()

To be continued~

Seperti biasa, jangan lupa vote, komen, follow akun ini, dan share cerita Davina juga Devira kepada teman kalian.

Terima kasih karena telah membaca karyaku :)

Palembang, 04 Juli 2021.
With <3, Anin.

Devira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang