抖阴社区

Dvr|36

485 61 13
                                        

Selamat membaca♡
Semoga suka~
🔸
.


Lampu-lampu kecil kini sudah menghiasi penjuru taman yang ada di rumah Kanaya. Hari ini Jagoan Citah akan mengadakan selebrasi mengingat ujian mereka yang tinggal menunggu hasilnya saja. Mari kita doakan supaya hasil ujian mereka semua memuaskan, sesuai dengan kriteria pencapaian masing-masing.

Devira yang sedari tadi sibuk menata ini dan itu sampai tidak memperhatikan kalau Raffa kini tengah menatap dirinya dengan raut wajah yang sangat sulit diartikan. Cowok itu seolah-olah mencari kebohongan apapun itu dalam diri Devira. Namun, nihil. Dia sama sekali tidak berhasil menelusuri hal itu, bahkan selama mereka berteman, Raffa masih tidak menemukan alasan kenapa Devira ini begitu mirip  dengan Davina.

Zellyn dan Adelia yang menyadari Raffa sedang serius menatap Devira akhirnya menyadarkan cowok itu supaya misinya tidak ada diketahui oleh anggota Jatah yang lain.

"Lo ngapain, Bambang? Nanti ketawan gimana, abis lo sama Bang Arkhan," bisik Zellyn sangat pelan pada Raffa.

"Tau, nih, sad boy, udah tau lagi rame juga. Liat sikon, Fa, sikon," timpal Adelia seraya menyenggol lengan Raffa.

"Kalian ganggu banget, sih? Gue lagi sibuk mau pasang lampu juga," celetuk Raffa yang tersadar akan hal apa yang baru saja dilakukannya.

"Gini, nih, ciri-ciri orang yang halal buat diasingkan. Udah diingetin, eh malah ... dah lah," kesal Zellyn.

Leo yang melihat Zellyn berapi-api dengan segera berjalan mendekat untuk menggoda gadis itu dan jangan lupakan ide jahilnya. Sambil membawa plastik yang sudah ia tiup seperti balon itu, Leo mengendap-endap berjalan di belakang Zellyn yang sudah berpisah dengan Adelia. Senyum jahil Leo terbit saat ia berhasil mengagetkan Zellyn dengan memecahkan gelembung plastik yang sudah ia siapkan tadi tepat di dekat kepala gadis itu.

"Astagfirullah, ban sepedaku pecah!" teriak Zellyn sambil menutup telinga dan matanya dengan posisi jongkok.

Seketika perhatian mereka terfokus pada Zellyn dan Leo yang menunjukkan dua ekspresi yang sangat berlawanan. Tawa seluruh anggota Jatah kini mulai terdengar ketika melihat tingkah konyol Leo dan ekspresi masam Zellyn.

"Perasaan yang pecah bukan ban sepeda, deh, Lyn," ejek Leo.

"Ah, lo, mah. Gue, kan jadi kaget!" seru Zellyn.

"Jangan marah, Lyn. Nanti cantiknya ilang, eh kan emang jelek, ups." Leo menutup mulutnya dengan menggunakan tangan sambil terus menahan tawa melihat Zellyn yang sedang menahan amarah.

Zellyn tidak menjawab perkataan Leo, dia pergi begitu saja ke arah Hellena yang sedang membentangkan tikar dan juga kain sebagai alas duduk mereka nantinya. Kesal pada Leo? Jelas, apalagi Zellyn sedang kedatangan tamu bulanan, yang membuat mood-nya sangat tidak baik-baik saja.

"Mampus lo, Le, Ellyn jadi marah!" timpal Andra seraya memegangi tangga yang dinaiki oleh Raffa.

"Kak Leo, tolong bawain ini ke sana ya? Aku mau masuk dulu, ambil sendok sama gelas," ujar Kanaya yang memberikan Leo setumpuk piring.

"Siap, Nay. Mau dibantuin apa lagi?" jawabnya.

"Gak ada, Kak. Abis ini kita tinggal tunggu Kak Arkhan, Axel, sama Pange sampai."

Arkhan, Axel, dan Pangestu saat ini mungkin sedang berada di perjalanan menuju rumah Kanaya, pasalnya tadi mereka bertiga ditugaskan untuk membeli makanan tambahan dan juga beberapa keperluan untuk bantuan sosial dari hasil sumbangan anggota Jatah yang nantinya akan disalurkan ke panti asuhan atau orang-orang terdekat yang membutuhkan.

"Ini ditaruh mana, Vir?" kata Andra yang membantu Kanaya membawa gelas.

"Di sini aja, Kak. Biar gampang nanti ambil minumnya," jawab Devira yang memang sedang mengelap dispenser yang berisi infused water.

"Assalamualaikum epribadi, Pange datang," kata Pangestu dengan girang.

"Waalaikumsalam."

"Gimana list belanja bansosnya terpenuhi semua, kan?" tanya Marsya pada Axelio.

"Iya, semuanya dapat kok. Nanti tinggal kita salurkan aja ke panti sosialnya," jawab Axelio.

"Syukurlah, kalau gitu yuklah kita makan dulu," ajak Kanaya.

Suasana malam itu menjadi hangat diiringi canda tawa yangmenghiasi. Devira sangat bersyukur karena sudah dipertemukan dengan orang-orang baik seperti anggota Jagoan Citah.

Di saat anggota Jagoan Citah tengah berkumpul bersama untuk merayakan hari terakhir ujian semester, Devina saat ini sedang tertidur dengan tangannya yang segaja ia letakkan di bawah telapak tangan Azka yang. Wajah Devina terlihat sangat damai saat ini.

Namun, ketika waktu sudah berjalan sekitar 25 menit. Tidur Devina sedikit terusik. Dengan gerakan lambat, gadis itu mengangkat kepala dah juga mengusap wajahnya perlahan. Hal pertama yang dilihat oleh mata sendu Devina adalah senyum samar yang muncul dari bibir Azka. Azka sudah sadarkan diri. Apakah Devina sedang bermimpi?

"Abang udah sadar?" Sebuah kalimat retoris itu meluncur begitu saja dari mulut Devina. Dengan susah payah, Azka menganggukan kepalanya sebagai respons.

Devina tidak kuasa menahan air matanya. Senang bercampur dengan sedih dapat ia rasakan saat ini. Abangnya sudah sadar dan itu membuat Devina senantiasa mengucapkan rasa syukurnya kepada Tuhan di dalam hati.

Devina menekan tombol emergency untuk memanggil dokter yang merawat Azka, siapa lagi kalau bukan Ferro dan juga rekannya. Dengan snelli yang melekat di tubuhnya, Ferro datang sambil menampilkan senyum tipisnya.

"Kak, Bang Azka udah sadar," adu Devira pada Ferro yang baru saja tiba di ambang pintu.

"Alhamdulillah. Ayo kita periksa dulu keadaannya," ujar Ferro.

"Raffa, yuhu. Lo anterin Vira pulang, ya?" ujar Kanaya sembari mencari keberadaan Raffa dengan helm pink ditangannya.

Hari sudah larut malam dan para anggota Jagoan Citah sudah pulang semua kecuali Raffa, Devira, dan Adelia. Adelia sudah memutuskan untuk menginap di rumah Kanaya karena orang tuanya sedang ada pekerjaan di luar kota, sedangkan Devira ingin pulang saja ke rumah. Namun, tidak ada satupun taksi online yang menerima pesanannya. Hal itu membuat Kanaya berinisiatif untuk menyuruh Raffa mengantarkan Devira. Devira tidak bisa pulang bersama Marsya dan Hellena. Karena kedua gadis itu juga ikut dengan Leo dan juga Andra yang mengenakan motor masing-masing.

"Ya udah. Ayo, Vir, bareng gue aja." Raffa memberikan helm Kanaya pada Devira.

"Aku pulang, ya, Nay, Del. See you, Assalamualaikum." Devira menaiki motor Raffa sembari mengenakan helmnya.

"Waalaikumsalam!"

"Hati-hati, ya, Sad Boy, jagain temen gue tuh!" kata Adelia membuat Raffa mengangguk dan mulai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang.

"Lucu, ya, kalian," celetuk Devira di tengah-tengah perjalanan.

"Hah? Lucu? Makasi, Vir," jawab Raffa dengan percaya dirinya.

"Bukan kamu, Fa! Tapi, panggilanmu, Sad Boy!" kata Devira jauh lebih keras dari sebelumnya.

"Oh, kirain gue yang lucu," gumam Raffa.

"Pd, ya, kamu. Beda dari sebelum-sebelumnya." Tawa Raffa dan juga Devira tiba-tiba bersahutan diiringi dengan suara-suara mesin kendaraan yang ada.

()

To be continued~

Holla gaizzz.
Apa kabar, nih? Maaf banget baru bisa update hari ini.

Seperti biasa, jangan lupa vote, komen, follow akun ini atau instagram-ku, dan share cerita Davina juga Devira kepada teman kalian.

Terima kasih karena telah membaca karyaku :)

Palembang, 26 September 2021.
With <3, Anin.

Devira [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang