Satu bulan sudah semenjak Leya memberi kesempatan agar keduanya memulai semua kembali dari awal. Mereka layaknya pasangan yang sedang dimabuk cinta. Terlebih Jema yang betul-betul memanfaatkan pendekatan ini agar Leya bisa lebih nyaman bersanding di sisi Jema. Walaupun, kelihatannya Jema yang lebih mengharapkan pendekatan itu berjalan lancar dibandingkan Leya.
Minggu pagi disertai langit mendung musim hujan, serta burung pingai yang hinggap di setiap batang pohon, membuat hari ini semakin sejuk. Pagi ini Jema dan Leya memiliki janji temu di sebuah cafe yang sering mereka kunjungi belakangan ini.
Leya bersiap-siap pergi menuju cafe. Tak lupa ia menggunakan outfit kekinian dengan gaya femininnya. Ditambah, parfum dengan wangi bunga lili yang melekat di pakaian.
Leya telah sampai di cafe bernuansa kekinian, menciptakan rasa nyaman dan healing tersendiri bagi seorang Leya.
Sebelum memesan minuman atau semacamnya, ia menelepon lelaki yang niat diajak untuk jadi teman berbincang.
Ia keluarkan gawai untuk menelepon Jema dari tas mini yang dibawa. Dengan cekatan menekankan kontak yang ia beri nama "Jema😺��" . Senyuman terukir kala sudah terdengar suara Jema dari seberang telepon.
"Pagi gadis cantik," sapa Jema dari seberang telepon dengan suara sumringah.
Spontan, Leya terkekeh mendengarnya. "Ehehe, apa sih, Jem. Gue geli tau dengernya." Sambungnya, "Oh iya. Lo kok belum dateng? Kita janjian jam 08.30 'kan?"
"Ini gue mau berangkat. Nggak sabaran banget ketemu gue." Suara Jema terkesan meledek, menciptakan raut wajah jengah pada Leya. "Bercanda Ya. Kenapa telepon? Butuh sesuatu?"
"Gue mau pesen minum. Lo mau sekalian, apa nanti aja pas nyampe?
"Sekarang aja boleh. Samain aja deh Ya."
"Oke, see you!"
"See you too!"
Seraya menunggu Jema yang datang menemuinya, seketika Leya teringat lagi oleh sosok itu. Sosok pria yang selalu memberi kenyamanan sekaligus cinta yang penuh walau tak bertahan lama.
Ia merogoh tas mininya—mencari foto seseorang yang selama ini ia rindukan. Tatapannya langsung lekat pada pria yang ada di foto polaroid tersebut. Ibu jarinya mengusap lembut wajah Leo melalui kertas foto. Tak sadar, matanya mulai membendung butiran air.
Dirinya mulai runtuh kembali karena mengingat masa-masa menyakitkan itu. Lalu ia bermonolog, "Leo, aku terpaksa terima Jema karena permintaan kamu. Kalau bukan karena kamu, aku nggak mau terima dia." Air matanya tiba-tiba menetes begitu saja. Ia sekali-sekali menyeka air matanya yang coba-coba jatuh pipinya. Lalu, ia melanjutkan monolognya, "Jadi sahabat sama Jema, udah lebih dari cukup buat aku."
Namun, tak disangka bahwa pemuda yang telah berjanjian dengan Leya telah datang. Bahkan sudah mematung sedari tadi. Menatap punggung milik Leya.
Jema sudah mendengar hal yang tidak disenanginya sama sekali barusan. Ya, dia begitu sakit ketika pernyataan itu dilontarkan oleh Leya yang sangat tidak disangka bagi Jema.
Ia begitu muak, frustrasi saat itu juga. Dan membatin, "Gue udah menebak kalau akan seperti ini, Ya"
"Gue kecewa, tapi emang gue udah sadar dari awal kalau ini bukan murni dari ketulusan Lo." Jema menunduk sembari mengepalkan kedua tangannya. Memendam amarahnya.
Lalu, perlahan dengan langkah tidak pasti, dirinya jalan menuju kursi milik Leya. Dirinya sempat terdiam ketika sudah sampai di hadapan Leya. Bingung harus marah atau pasrah. Yang pasti, tatapannya terhadap Leya penuh sirat kekecewaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Save My Youth | Mark vs Jaemin
FanfictionBerisi tentang Birthday Project; ? MJ Project; Mark & Jaemin Naskah oleh penulis dari keluargadrimis, copyright 2021 Cover by @lullabynaa