Hyunjin, tak sedikitpun pernah membantah apa yang dikatakan Seonghwa. Maka setelah kejadian itu, Seonghwa meminta Hyunjin untuk menghabiskan waktunya bersama Han sementara Ia harus mengurus beberapa hal terkait laporan penyelidikannya. Seonghwa memberitahunya bahwa Ia akan pergi ke tempat Peniel sore ini sebelum bertolak ke Bordon esok pagi untuk memberi tahu Pendeta tentang perkembangan kasusnya, juga mengirim surat ke Istana. Hanya ada satu kantor pos yang menyediakan layanan pengiriman surat dan itu berada di Bordon. Mereka meninggalkan gubuk bersamaan, menyusuri chapel, rumah-rumah warga, berpisah di rumah Peniel hingga Hyunjin sampai di Panti Asuhan. Hyun melemparkan pandangannya ke hutan Cannock untuk sesaat, sebelum kembali ke Panti Asuhan. Matanya mengabsen satu-persatu wajah yang dilihatnya, sampai ia menemukan Han di halaman belakang, seorang diri. Ia menghampirinya, kemudian menepuk bahu temannya. "Hei."
Anak yang tadinya murung itu menengadahkan kepalanya dan mengembangkan senyumnya melihat siapa yang datang. "Hyun!"
"Apa mereka bersikap kasar padamu lagi?" tanya nya, melihat tak seorang pun mempedulikan Han disini.
"Tidak usah dipikirkan. Bermain denganmu sudah lebih cukup!" ujarnya senang.
Terkadang dalam benak Hyunjin terbesit, ketika suatu hari nanti keluarganya datang kembali atau dia harus pergi meninggalkan desa ini, dirinya tak kan sampai hati melihat kebahagiaan di wajah Han hancur begitu saja. Sebagai makhluk yang bukan manusia, Ia mampu merasakan siapa saja yang memiliki niat tulus padanya. Indra manusia serigala sangatlah kuat, mereka memiliki kemampuan dasar merasakan emosi mahkluk lain lebih sensitif daripada manusia pada umumnya. Seiring waktu ketika kelak kekuatan ini tumbuh lebih kuat, mereka bisa merasakan niat seseorang yang sebenarnya dan apakah mereka berbohong atau tidak. Tapi saat ini, Hyunjin hanya mampu merasakan apakah orang tersebut positif atau negatif, tanpa bisa mendeteksi kebohongan orang lain.
Hyunjin tersenyum pada Han. Senyum tulus yang selalu dipelajarinya dari Seonghwa. "Kak Seonghwa akan pergi ke Bordon besok pagi, Ia tidak bilang akan kembali kapan. Bagaimana kalau kau menginap di gubuk? Sepertinya Ia khawatir jika aku sendirian."
"Wah! Sungguh??" sahut Han, matanya yang bulat nampak menggemaskan saat Ia antusias."Dengan senang hati. Sebenarnya itu kabar yang sangat baik. Oh tidak aku terlalu senang mendengarnya. Jantungku hampir keluar dari tempatnya karena begitu bahagia." ocehnya.
"Kau sungguh tidak ingin tinggal disini ya?"
"Apa perlu ku katakan lagi? Berapa kali sudah kubilang padamu."
Tiba-tiba, Ide yang entah datang darimana terlintas di pikiran Hyunjin. "Setelah batas umurmu berada di Panti Asuhan habis, ayo kita pergi berkelana dan mencari tempat tinggal di kota lain. Sepertinya menyenangkan bukan?"
"Wah!" serunya lagi. "Tidak biasa kau memikirkan ide nekat seperti itu tapi boleh juga. Terdengar ribuan kali lebih baik daripada disini. "
"Mari kita anggap janji agar harus ditepati."
"Wah Hyunjin! Kau keren hari ini. Oke Janji." Han memujinya karena Hyunjin selalu mempertimbangkan segala sesuatunya sebelum memutuskan tapi kali ini ide itu terdengar sangat spontan dari mulutnya. Ia tertawa begitu bahagia.
Tapi, Hyunjin selalu memperhatikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang hampir-hampir tak terlihat karena begitu cerianya Han membawa suasana diantara mereka. Ia mendapati beberapa memar di tangan dan kaki Han, pasti karena anak-anak yang lebih dewasa dibanding mereka itu merundungnya lagi dan lagi. Han telah menolongnya di awal mereka bertemu, dan terus bersikap begitu baik padanya. Juga pada Seonghwa. Jika suatu hari ia harus kembali pada keluarganya, itu adalah hal yang mustahil untuk membawa Han bersamanya. Han adalah manusia, dan tak akan bisa hidup dalam dunianya yang sesungguhnya. Tapi, akan sulit juga baginya untuk menghapus hubungan pertemanannya. Karena itu, jalan terbaik adalah menyembunyikan identitasnya dan terus berada di samping Han sebagai manusia.

KAMU SEDANG MEMBACA
H E G E M O N Y I BOOK 1 - The Falling Concord
FanfictionBagaikan memendam pusaka yang berharga di dalam tanah, Ayahnya harus menghapus keberadaannya, menghilangkan bau dan wujud dirinya. Seluruh dunia bertarung mengambil puncak hirarki diantara mereka. Melakukan segala cara untuk menghapuskan keberadaan...