抖阴社区

21.

129K 5.9K 551
                                        

Seminggu kemudian, beberapa tanda yang di buat Rayner di lehernya sudah menghilang. Rain tidak perlu lagi menggunakan concealer.

Untuk seseorang yang mendorong Rain dan menguncinya di dalam gudang sudah diberikan liburan secara cuma-cuma selama dua minggu. Rain tidak peduli saat Vea meminta maaf sambil memohon-mohon agar tidak di skors. Saat itu Rain menjawab,

"Loh kenapa? Kan enak libur dua minggu. Ga usah sekolah."

Begitulah.

Sekarang, Rain melihat Rayner sedang berjalan bersama Faro menuju salah satu stand makanan. Dan seolah tahu Rain sedang menatapnya, Rayner menoleh dan menatap tepat di mata gadis itu. Cowok itu tersenyum setengah lalu menaikan sebelah alisnya, Rain salah tingkah di buatnya.

Rere yang melihatnya mengernyit. "Napa lu, mesem-mesem?"

"Hehe, gapapa."

Setelah itu mereka sibuk sendiri lagi. Rere dan Leya yang mengobrol dan Rain kembali memperhatikan Rayner. Ia menelusuri bagian belakang tubuh jangkung itu. Seragam yang dikeluarkan memang sudah menjadi ciri khas sekolah mereka, tapi celana yang dikecilkan? Tentu saja itu kelakuan Rayner. Rambutnya acak-acakan sekali sampai Rain gemas ingin menyisirnya.

Tiba-tiba Rayner menoleh lagi dan Rain nyengir lalu memilih untuk fokus pada ponselnya di atas meja. Sebenarnya ia merasa malu karena sudah dua kali tertangkap basah menatap cowok itu.

Tidak lama kemudian ia menyadari Leya dan Rere berhenti ngobrol mendadak. Belum juga Rain bertanya, wangi Rayner memasuki indera penciumannya. Gadis itu ingin menoleh saat sebungkus roti bakar dan susu stroberi diletakkan di atas mejanya.

"Makan." kata Rayner penuh penekanan di sebelah kepalanya. "Jangan males makan."

Setelah itu cowok kampret itu meninggalkan kecupan di pipi Rain membuat gadis itu mematung dengan pekikan heboh seisi kantin menjadi backsound-nya.

"Astaga." lirih Rain.

🔞🔞🔞

"Ih, ngapain sih tadi cium-ciuuum?" Rain bergumam kesal saat keduanya melangkah menuju parkiran.

"Maluu."

"Nanti pasti diomongin huee."

"Muka gue pasti keliatan jelek banget tadi pas abis lo cium." Rain merengek.

"Cantik."

Gadis itu mengabaikan ucapan Rayner. "Mana di kantin masih rame banget tadi. Ampe ibu-ibu kantin melongo liatnya, Ray."

"Ah, malu!"

"Kenapa sih harus malu?" tanya Rayner tenang.

Rain menatapnya sinis. "Lo emang udah gapunya urat malu, Rayner."

"I just want to show that you are mine."

"But not like that!"

Rayner duduk di motornya sambil memainkan kuncinya. Ia menatap geli Rain yang masih cemberut. "Then, how?" Rain tidak menjawab.

Tangannya terulur menarik Rain mendekat, memosisikan gadis itu diantara kakinya. "I saw a lot of guys looking at you with lustful eyes. And yeah," Rayner mengangkat bahunya sambil memelintir rambut Rain di telunjuknya. "I hate that."

Rayner kembali menatap tepat di mata Rain. "Dengan gue nunjukin lo punya gue, harusnya gaada lagi yang berani lempar tatapan kurang ajar gitu sama lo."

Sekilas Rayner terlihat sedikit menyeramkan, tapi tidak lama, laki-laki itu kembali biasa. Rain menunjukan cengirannya.

"Ray,"

Rayner and RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang