ini bukan akhir
- Rayner and RainPagi harinya, saat Rayner membuka mata, hal yang pertama kali ia tangkap adalah wajah damai Rain dengan rambut yang acak-acakan. Semalam, sehabis mandi bergantian, mereka langsung tidur di kamarnya.
Rayner menyingkirkan helaian rambut Rain ke sisi wajah gadis itu agar wajahnya semakin terlihat. Ia tersenyum tipis menikmati apa yang ia lihat sekarang.
Saat menyadari sesuatu, senyumnya hilang digantikan dengan raut sendu. Hari ini Rain akan pulang ke Bali. Kemungkinan akan menjadi hari terakhir mereka bertemu, karena Rayner juga akan pergi ke Boston untuk melanjutkan pendidikannya di sana.
Rayner mendekatkan wajahnya dan menggesekkan hidung mereka. "Wake up, Jelly."
"Mmm." gumam Rain sambil membuka sebelah matanya.
Kemudian Rain tersenyum saat melihat wajah Rayner. Ia memeluk erat cowok itu dan kembali memejamkan matanya. Mengangkat sebelah kakinya ke atas pinggang Rayner, seolah laki-laki itu adalah guling.
"I love you." kata Rain dengan suara serak khas bangun tidur.
Jantung Rayner langsung melompat-lompat di dalam sana. "Tumben." balas Rayner.
"Heem." Rain mendusel di dada Rayner. "Takut gaada kesempatan lagi buat ngomong langsung kayak gini. Komunikasi kita abis ini kan cuma bakal lewat hp."
Rayner mendengus. "I love you more, Rain."
Rain membuka matanya tanpa berpindah dari posisinya. Ia menghela napas. "Ray,"
"Hmm?"
"Makasih yaa udah mau nampung gue yang bacot, ribet, ga bisa diem ini di apart lo. Makasih mau ngurusin gue yang kadang banyak maunya. Makasih udah sayang sama gue kayak gini." mata Rain berkaca-kaca.
Rayner hanya diam mendengarkan sambil mengelus punggung Rain.
"Makasih lo selalu sabar sama gue, ingetin gue dengan cara baik-baik. Hiks. M-makasih karena lo, gue kenal apa itu rasa sayang sama orang lain. Dan sekarang gue gabisa, takut pisah sama orang itu."
Air mata Rain semakin deras mengalir. "Maaf kalo gue terlalu posesifin lo. Maaf kalo gue nyusahin—"
"Ngga, Rain." potong Rayner pelan.
Gadis berkaus pink itu menjauhkan tubuhnya dan menatap Rayner serius. Ia membiarkan Rayner menghapus air matanya.
"Ray, gue tau lo udah punya keputusan buat hubungan kita abis ini," Rayner mengangguk. "Tapi lo juga harus minta pendapat gue kan? Kita harus bareng-bareng mutusin ini." laki-laki itu mengangguk kembali.
"Gue rasa, kita punya keputusan yang sama." kata Rayner. "Lo jealous-an, Jelly."
"Begitupun lo, meski lo jarang nunjukin, tapi gue tau."
Rayner tersenyum. "Ini yang terbaik kan, Rain?"
Sejenak Rain terdiam sebelum mengangguk dan menangis dengan kencang. Rayner segera membawa gadis itu ke dalam pelukannya lagi.
"Maaf, gue nyakitin lo," Rayner tersenyum masam. "Padahal gue gamau buat lo sakit."
"Ngga, Ray. I'm okay. Kita punya jalan masing-masing. Lagian kedepannya masih panjang kan? Kita bisa ketemu lagi nanti, suatu hari nanti, walopun nanti, dengan," Rain berkata dengan terbata-bata. "Perasaan yang udah bed—"
Rayner langsung menarik tengkuk Rain dan menyatukan bibir mereka, menghentikan ucapan Rain yang bisa saja menyakiti keduanya.
—

KAMU SEDANG MEMBACA
Rayner and Rain
Romance18+ Sifat Rayner itu seperti kebanyakan laki-laki di sekolah. Bisa kalem, bisa bacot, bisa nakal, dan bisa juga berubah mesum. Sementara itu, Rain yang memiliki wajah kalem ternyata memiliki mulut yang cerewet. Kisah ini berawal dari Hera, bunda Ra...