抖阴社区

                                        

Ujian sudah Alvaro kerjakan mati-matian kemarin, belajar giat hingga tidak tidur semalaman dan akhirnya ia bisa lulus dengan nilai yang lumayan memuaskan.

Mereka semua lulus, terkecuali Ayona, karena gadis itu kini masih setia rebahan diatas ranjang rumah sakit. Namun anehnya para guru sepakat meluluskan Ayona karena kepintaran gadis itu yang tidak main-main. Walau pun gadis itu baru mengerjakan tiga mata pelajaran saja.

Alvaro memutuskan untuk tidak melanjutkan jenjang pendidikan nya hingga kuliah ia ingin meneruskan perusahaan milik ayah nya. Dan kini ia sedang sibuk belajar hal-hal tentang dunia perbisnisan. Tentunya belajar dari sang ayah yang menjadi guru dadakan untuknya.

***

Tangan mungil itu mulai bergerak kecil dan dengan perlahan kedua mata indah yang tertutup selama seminggu penuh itu akhirnya mulai terbuka. Ayona mengedarkan pandangannya kesegala arah, rasa hambar menyerangnya ketika mengecap lidahnya sendiri.

Ia rindu pada Mamanya, Papanya, Kak Roby, Jihan, Sisi, Daniel, dan Bryan. Karena hanya ada kegelapan yang menemaninya selama ia tak sadarkan diri.

Ruangan itu benar-benar sepi. Jam menunjukkan pukul enam sore, mungkin seluruh keluarganya yang dikenal sangat religius itu sedang beribadah dimushola dekat rumah sakit.

Ayona mendapati paper bag diatas nakasnya, ia hendak meraihnya karena berfikir mungkin itu pemberian dari teman atau orang tuanya. Namun untuk sekedar menggerakkan tangannya, Ayona tak sanggup. Tubuhnya benar-benar lemas.

Ia tak menyerah, mulai mencoba mengambil benda itu lagi namun sialnya malah tersenggol dan jatuh kebawah lantai.

Ayona melihat kebawah sana terdapat sebuah kertas yang tak jauh dari paper bag itu, tertera sebuah nama dengan penulisan latin yang amat indah.

Deg!

Disana tertulis nama Alvaro Raka Bumi.

Entah. Ayona tidak tahu siapa wanita yang akan menikah dengan Alvaro karena setengah kertas itu masuk kedalam kolong ranjangnya. Pikirannya mulai berkelana kesana-kemari tentang siapa yang akan menikah dengan pemuda itu, perasaan sesak mulai mendera dirinya.

Namun ada satu orang yang Ayona rasa-- ah bukan, yang Ayona duga dengan teramat yakin akan bersanding diatas altar bersama pemuda itu adalah Olivya. Iya, mengingat bahwa gadis itu lebih baik, cantik, dan lebih-lebih yang lain dari dirinya.

Padahal pada kenyataannya gadis itu sudah tertidur untuk selama-lamanya dan tak akan pernah bangun.

Didalam pikiran Ayona hanya satu, yaitu. Pergi dan lupakan ini semua seolah tak pernah terjadi dalam kehidupannya. Ya. Hanya itu. Pasti sangat mudah baginya kan?

Pasti.

***

Satu pekan ini Alvaro benar-benar sangat sibuk, baru sebentar saja mengarungi perusahaan kecil yang papanya berikan untuknya itu langsung ramai oleh investor-investor yang ingin menanamkan saham mereka. Terutama investor kalangan wanita.

Bahkan untuk menjenguk sang pujaan hati Alvaro tak bisa karena saking padatnya jadwal meeting dengan para clien yang sangat penting dan tidak bisa coba ia tolak maupun abaikan sama sekali.

Alvaro melepas kaca matanya lalu diletakkan diatas meja, menjauh dari tumpukkan berkas-berkas itu dengan menyandarkan punggungnya pada kursi, ia memijat pelan pangkal hidungnya untuk mengurangi rasa pusing. Mengendurkan dasi merah maroon yang terasa seperti mencekik dirinya itu, membuka tiga kancing kemeja atas dan menggulung lengan kemeja hingga siku.

Ia menyambar ponselnya, menghidupkan benda itu yang semula berwarna hitam hingga terlihat gambar Ayona yang sedang tersenyum lebar disana sampai menular pada Alvaro. Gambar yang ia dapatkan dari ibu Ayona tentunya.

I (Don't) Need Your LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang