Sempat mengusap layar ponselnya beberapa menit Alvaro segera menggeser ke atas dan masih muncul gambar orang yang sangat dicintainya sedang mengerucutkan bibir lucu, tentu saja membuat pemuda itu terkekeh gemas.
Drt.. drt.. drt..
Belum sempat membuka room chat WhatsApp nya hanya sekedar untuk menghubungi sang pujaan hatinya dan mengucapkan rindu sampai seratus kali, namun sebuah panggilan telepon tiba-tiba menginterupsi Alvaro.
Alvaro menghela nafas nya saat melihat nama orang yang tertera disana maka malas-malasan dengan Alvaro memencet tombol hijau yang melompat-lompat itu dan diusap nya ke atas. Ia mendekatkan benda persegi panjang itu ke telinga nya.
"Halo, Pa?" Tanya Alvaro saat panggilan tersambung.
Dapat disimpulkan hanya dengan satu detik saja bahwa orang yang disebut Pa oleh Alvaro itu merupakan orang tua nya. Alvaro tebak Papa nya itu pasti akan mengomongkan hal tentang bisnis, Alvaro berani bertaruh 5 M jika tebakan nya salah atau melenceng.
5 M:
1. Memakai masker
2. Mencuci tangan
3. Menjauhi kerumunan
4. Menjaga jarak
5. Mengurangi mobilitasIya kan?
"Var, besok kamu wakilin Papa buat meeting sama clien yang di Singapura ya?" Papa Alvaro-- Hendry berujar diseberang sana.
Alvaro mendecakkan lidah, kan benar apa yang ia tebak, pasti Papa nya ada udang dibalik bakwan. Sebab pria paruh baya itu tidak pernah menelpon nya hanya sekedar untuk menanyakan 'sudah makan atau belum', 'bagaimana kabarnya', atau yang lain. Karena kini Alvaro tinggal seorang sendiri disebuah apartemen dekat kantornya.
"Ish, kenapa harus Varo sih Pa! Kenapa enggak Papa aja?!"
Padahal baru aja tiga hari lalu Alvaro disuruh buat nemuin clien yang ada di Thailand, pekerjaan nya pun terpaksa harus tetbengkalai dan dengan cepat menumpuk menjadi gunung kurang dari lima menit.
"Lagipula. Kenapa clien Papa itu enggak mau ke sini, ke Indonesia, hah?"
"Enggak bisa, Papa besok harus hadirin dinikahan anak temen Papa sama Mamamu, Var." Hendry memberi tahu pada sang putra agar mengerti situasi ini.
"Kamu kan tahu sendiri, clien Papa itu mageran semua orangnya, enggak kaya clien kamu"
Menghela nafas jengah Alvaro lantas berkata "Ck. Clien Papa kan isinya om-om semua! Sedangkan aku?"
Terdengar kekehan samar diseberang sana, "Kamu sih, malah mewarisi kegantengan nya Papa. Andai saja jika kamu bukan anakku Var, sudah Papa jual kamu dari dulu sama tante-tante jalanan"
Alvaro mendengus sebal mendengar penuturan pria paruh baya yang menurutnya tua-tua keladi itu "Sok aja atuh, palingan nanti ada juga yang ngamuk kalau sampai anak kesayangan nya ini kenapa-kenapa"
Hendry bergidik ngeri mengingat putera nya itu teramat disayang dan dimanja oleh sang istri-- Elyna "Bercanda.., jadi gimana mau kan gantiin Papa mu yang ganteng ini?"
Huh! Papa nya siapa sih! Narsis banget! Untung gue enggak kenal!! Batin Alvaro
Alvaro mengusap-usap dagu nya, memutar otak. Berfikir senjenak, guna mencari ide yang dapat menguntungkan dirinya. "Tapi Papa dan Mama harus merestui dan bujukin orang tua Ayona, agar mau merestui Alvaro sama Ayona."
"Rebes itu mah, jadi Deal?"
Orang tua Alvaro dan orang tua Ayona kan dari dulu sudah lama saling mengenal, bahkan saat Alvaro dan Ayona masih menjadi zigot, jadi apa kah ada alasan mereka untuk tidak merestui hubungan kedua anaknya itu. Tidak ada.
"DEAL!!" seru Alvaro dengan tegas dan tak terbantahkan.
"Kamu berangkatnya jam dua siang nanti ya, udah papa siapin tiketnya!"
"PAPA!!"
Tut.. tut.. tut..
Papa nya itu benar-benar. Kenapa sangat memberitahu nya mendadak sekali? Padahal sekarang jam sudah menunjukkan pukul setengah dua, itu artinya Alvaro hanya punya waktu 30 menit untuk prepare pakaian yang harus dibawa nya ke Singapura dong?
Lagi. Sambungan telpon terputus begitu saja oleh Papa Alvaro, membuat sang anak mengerutkan dahinya bingung dan menahan kekesalan nya melihat kelakuan Papa nya yang sangat absurd dan aneh itu.
Tapi tidak mau memusingkan diri Alvaro memilih menatapi langit-langit ruangan kerjanya yang bernuansa abu-abu itu sembari tersenyum lebar dan sesekali terkikik geli.
"Wait for me Ayona... kkk~"
Biarkan Alvaro berdiam diri sejenak, tentang keberangkatan ke Singapura, itu mudah, Alvaro bisa naik pesawat lewat bagian kelas bisnis. Tapi jika barang-barang nya, itu biar urusan si wibu Rio-- sekretaris nya.
To be contuned..
Tiba-tiba saja dengan lancar ide mengalir di atas kepala Miss D. Ada yg menunggu sy up tyda? Angkat kaki!
Eh jangan, nanti Miss D kesepian:'(
Dua tiga naik odong-odong
Miss D kangen kalianEnggak nyambung ya? Tapi biarin lah, Miss D lagi seneng atinya:D
Selalu diingatkan untuk vote, komen, share, dan follow akun nya Miss D yak!! Agar Miss D semangat ngetik cerita ini^^ terimakasih banyak!
Gatau mau speak apa lagi, jadi aku akhiri saja perjumpaan tidak langsung kita ini. またね^^
Salam hangat dari author, masa depannya Jaemin Aespa <3

KAMU SEDANG MEMBACA
I (Don't) Need Your Love
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] (BUDIDAYAKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA) cerita pertamaku, jadi kalau ada kekurangan mohon memberi saran. ?>?<? Ini bukan cerita tentang badboy dengan badgirl, maupun juga badgirl dan goodboy...
Chapter 27
Mulai dari awal