抖阴社区

3rd

11.9K 1.6K 61
                                        

Kelopak mata Renjun perlahan terbuka. Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit bernuansa khas Eropa kuno. Ia bangun dari tidurnya sembari bersandar pada headboard tempat tidur yang mempunyai ukiran indah. Kepala Renjun pusing ditambah dadanya terasa sesak setelah menghirup banyak sekali air ke dalam paru-parunya.

Renjun menoleh kanan kiri dirasa tempat ini cukup asing menurutnya. Ia seperti berada di sebuah kerajaan. Dekorasi kamar ini begitu elegan karena barang-barangnya hampir terbuat dari emas secara keseluruhan.

"Aku ada di mana?"

Mata Renjun membola melihat sebuah bingkai foto berukuran besar terpasang berada di dinding belakang tepat di atasnya.

Mata Renjun membola melihat sebuah bingkai foto berukuran besar terpasang berada di dinding belakang tepat di atasnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

I-itu aku?

Pintu kamar terbuka, menampilkan sesosok pria berpakaian ala bangsawan tersenyum manis ke arahnya. Renjun dibuat kebingungan. Ia tidak tahu berada di mana dan siapa pria di depannya ini?

"Kau sudah bangun, ratuku?"

Baiklah ini sangat konyol. Renjun semakin dibuat linglung saat pria itu memanggilnya 'ratuku'. Ia melirik pakaiannya dan yang membuatnya hampir memekik adalah dirinya tidak mengenakan busana. Hanya selimut yang menutupi bagian bawah sedangkan tubuh atasnya terpampang.

"Arghh!!"

Renjun berteriak histeris sembari menarik selimut guna menutupi tubuhnya yang terekspos. Pria itu bergegas mendekat, namun Renjun malah menendangnya hingga berakhir tersungkur ke belakang.

"Hey, ada apa? Ada yang salah?" Pria itu bangun, duduk ditepian ranjang seraya memandang Renjun cemas.

"Kau siapa?"

Pria itu tak bergeming. Dalam sekali tarikan membuat tubuh Renjun berada di pelukan hangat pria itu. Renjun memberontak sebisa mungkin, menendang lagi pria kurang ajar itu sehingga dia kembali terjatuh.

"Aku suamimu, Jung Jaemin, ingat?" ucap pria itu sambil membenarkan posisi duduknya. Bersila di atas karpet beludru dengan kedua tangan menyentuh dada.

Jung Jaemin? Siapa Jung Jaemin?

"Aku tidak mengenalmu! Aku di mana?!" sungut Renjun tak tertahankan. Ia benar-benar ketakutan sekaligus tidak nyaman berada di tempat aneh ini.

"Kau berada di kerajaanku. Apa kau benar-benar tidak mengingat sedikitpun tentangku dan istana? Jika aku tahu berlayar menyebabkan dirimu dalam masalah, maka dari awal aku lebih memilih makan bersama di tepi danau. Tolong maafkan aku."

Pria yang mengaku sebagai Jung Jaemin itu menggenggam tangan Renjun. Menundukkan wajah karena bersedih. Berbeda dengan Renjun, ia masih belum paham apa yang terjadi pada dirinya.

Seingat Renjun, ia terjatuh dari atas tebing karena sahabat laknatnya itu. Dan saat Renjun membuka mata, ia sudah berada di sebuah kerajaan. Lalu seorang pria datang dan mengaku sebagai suaminya, sebagai suaminya! garis bawahi itu!

"Sekarang tahun berapa?" tanya Renjun ingin memastikan. Jujur saja, ini seperti di luar dugaan dan sama sekali tidak masuk akal.

"Kau juga tidak ingat tahun berapa sekarang? Kau berada di abad 13."

"APA!"

Saking terkejutnya Renjun langsung berteriak. Renjun tidak bisa berkata-kata lagi, ia terlalu shock atas apa yang terjadi saat ini. Bagaimana bisa karena terjatuh dari tebing, bisa membuatnya pergi ke abad pertengahan tepatnya abad 13? Itu tidak masuk akal!

Jaemin langsung memeluk Renjun, kali ini Renjun tidak melakukan pemberontakan. "Aku akan membantumu mengingat segalanya. Sekarang kembalilah beristirahat, aku menyayangimu, Injoon." Diakhiri kecupan lembut di dahi Renjun.

Apa tadi, Injoon?

Mau tidak mau Renjun kembali membaringkan tubuhnya. Jujur, kepalanya terasa pening memikirkan kejadian tak terduga yang menimpanya. Jaemin membenarkan selimut di tubuh Renjun kemudian pergi dari kamar.

"Ahh ... aku akan gila!"

•••

Renjun duduk di tepi ranjang dengan pandangan kosong. Lamunannya buyar saat kepala pelayan kerajaan meminta Renjun keluar untuk makan bersama. Awalnya Renjun menolak, namun Jaemin datang dan membujuknya hingga Renjun pun luluh.

Ia akui dirinya kelaparan.

Disetiap lorong Renjun lalui dengan perasaan tidak nyaman. Para prajurit membungkuk hormat melihat kedatangan Renjun, terlebih Jaemin berusaha menggenggam tangannya, tetapi langsung ditepis.

Renjun tak peduli pada ekspresi melas yang ditunjukkan Jaemin.

Sesampainya di ruang makan, mata Renjun membulat kala melihat seseorang yang dikenalnya sedang tertawa karena candaan dari pria disebelahnya. Ingin rasanya Renjun mengumpat.

Diselimuti perasaan kesal yang membuncah, Renjun berjalan menghampiri sosok tersebut kemudian tanpa aba-aba langsung menjambak rambut lelaki itu hingga si empu memekik menahan tangan Renjun yang menarik kuat rambutnya.

"Akhh ... hey Injoon, apa-apaan kau ini! Lepaskan aku!"

Ruang makan berubah menjadi kacau saat Renjun dengan brutal memberikan pukulan-pukulan kepada lelaki berkulit tan itu. Yang lain segera melerai pertengkaran kedua orang tersebut. Jaemin lekas menarik tangan Renjun dan memeluknya guna menahan pergerakan Renjun.

"Jika saja kau tidak mengejutkanku, mungkin aku tidak akan bisa sampai di sini! Tepat sekali kau juga ikut, maka akan kuhabisi kau!" teriak Renjun meluapkan kekesalannya kepada lelaki berwajah mirip seperti sahabatnya, Donghyuck.

"Apa maksudmu?"

Renjun memberontak dari pelukan Jaemin. "Kau berpura-pura tidak melakukan kesalahan itu? Aku tidak akan memaafkanmu, sialan!" Renjun berteriak kesal seakan hendak mencabik-cabik tubuh orang itu.

"Renjun, tenanglah. Apa yang kau bicarakan? Haechan tidak melakukan apapun. Sepertinya kau salah paham." Pria berdimple menengahi pertikaian.

Renjun lantas mendecih. "Diam! Siapa kau seenaknya memotong!"

"Apa yang kau katakan? Kau berani meninggikan suara pada mertuamu, huh?!"

Jaemin menyuruh pria itu tenang. Ia juga bingung karena sejak Renjun sadarkan diri, tingkah dan sikap Renjun berubah 180° dari lemah lembut menjadi kasar dan suka marah-marah.

"Maafkan perilaku Injoon, ayahanda. Dia kehilangan ingatannya. Aku mohon maklumi atas sikapnya."

Renjun mendorong mundur Jaemin. "Nama konyol macam apa itu! Namaku Renjun bukan Injoon! Arrghh ... kau membuatku gila!" Lalu Renjun melegang pergi dari ruang makan. Tak tahu ke mana asalkan jauh dari tempat tersebut.

Jaemin segera menyusul kepergian Renjun, membuat semua orang yang ada di meja makan saling memandang.

"Ada apa dengan menantuku?"

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang