抖阴社区

12th

6.7K 1.1K 11
                                        


Renjun memetik setangkai bunga mawar putih yang bermekaran begitu indah di samping halaman istana. Dihirupnya bunga tersebut kemudian tersenyum cerah merasakan aroma yang begitu semerbak.

"Bunga di sini tak seberapa, aku bisa menunjukkan kebun bungaku padamu jika kau ingin."

Renjun tersentak kaget saat sebuah suara menginterupsi dirinya. Renjun pun berbalik badan menatap Jaemin yang berjalan mendekat.

"Ah, kupikir siapa, ternyata kau. Apa acara pertemuannya sudah selesai?"

Jaemin mengangguk cepat. "Hanya membahas mengenai penyerangan minggu ini dan sudah teratasi dengan cepat. Kau belum menjawab tawaranku, ingin ikut ke kebun rahasiaku tidak?"

"Boleh!" jawab Renjun bersemangat. Jaemin tersenyum tipis dan menyuruh Renjun untuk berjalan mengikuti.

Jaemin membawa Renjun agak jauh dari area istana. Renjun melihat anak tangga dan mulai menaiki satu persatu anak tangga yang ditaburi kelopak bunga berwarna merah muda. Tampak indah dengan tanaman liar yang tumbuh disekitaran tangga.

Renjun terpukau saat sudah sampai di atas di mana Renjun langsung disuguhkan oleh pemandangan bunga hias yang sangat cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun terpukau saat sudah sampai di atas di mana Renjun langsung disuguhkan oleh pemandangan bunga hias yang sangat cantik.

Renjun terpukau saat sudah sampai di atas di mana Renjun langsung disuguhkan oleh pemandangan bunga hias yang sangat cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Woah!" Tanpa sadar kalimat kagum keluar dari mulut Renjun. Dia sangat menyukai bunga dan sekarang Renjun dapat menyaksikan bunga-bunga yang tumbuh dengan cantik di sana.

Jaemin melihat keantusiasan Renjun hanya bisa tersenyum. Perilaku Renjun malah mengingatkannya pada Injoon karena istrinya itu juga menyukai bunga. Jaemin berjalan menyusul Renjun yang berjalan menjelajahi kebun bunganya.

 Jaemin berjalan menyusul Renjun yang berjalan menjelajahi kebun bunganya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun berlari kecil menuju jembatan. Di bawahnya bukan air melainkan beberapa bunga yang tumbuh subur memanjakan mata memandang. Renjun menghirup udara segar hingga indra penciumannya menangkap samar aroma bunga yang sangat harum. Renjun merasa seperti berada di surga bunga. Renjun akan betah jika seperti ini setiap harinya.

"Sebenarnya usiamu itu berapa, huh? Aku lelah mengejarmu."

Renjun menoleh lalu terkikik. "Aku tidak meminta kau untuk mengikutiku. Salah sendiri mengapa harus berlari, 'kan bisa berjalan normal, dasar bodoh."

"Kau berani menyebut seorang raja sepertiku bodoh? kau ingin di gantung mati?!"

Renjun tak menanggapi ucapan Jaemin, dia lebih memilih memerhatikan kebun yang sangat luas dipenuhi oleh bunga-bunga cantik.

Renjun menoleh ke samping saat Jaemin menyelipkan bunga Daisy di telinganya. Raja Sirius itu memandang arah depan dengan kedua matanya yang menyipit akibat sinar matahari meghalau penglihatan.

"Kebun ini jarang sekali dikunjungi, tapi para dayang seringkali membersihkan tempat favoritku bersama Injoon. Dia juga sama sukanya pada bunga, hingga suatu hari dia pernah memarahiku karena aku tidak sengaja menginjak salah satu bunga yang ditanamnya," jelas Jaemin bersamaan keluarnya kekehan renyah.

Jaemin menghadapkan badannya ke arah Renjun. Tangan kanannya tergerak menyentil kening Renjun sehingga empunya pun memekik tak terima.

"Ayo kembali ke istana, cuaca di sini sangat terik."

"Aku masih ingin bersinggah."

"Jangan membantah. Kau bisa kembali kemari besok, tapi tidak untuk sekarang." Jaemin menyeret tangan Renjun. Mau tidak mau Renjun pasrah di tarik pergi dari kebun bunga yang akan menjadi tempat barunya bermain saat tak ada satupun orang yang mengajaknya berbicara.

•••

Renjun bosan dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengisi waktu senggangnya. Sebagai ratu pengganti sementara, Renjun tidak tahu hal apa yang sebelumnya dilakukan Injoon. Renjun tidak berpengalaman menjadi ratu atau apalah itu. Renjun tidak mengerti.

Renjun mengembuskan napasnya panjang, ia beranjak dari atas tempat tidur dan membuka pintu kamar.

"Perpustakaan ada di mana?" tanya Renjun pada salah satu prajurit yang sedang berjaga di depan kamar.

"Mari hamba antar, Yang Mulia," ucap prajurit itu. Renjun mengangguk membuntuti prajurit yang membawanya ke perpustakaan.

"Terima kasih banyak." Renjun membungkukkan badan membuat prajurit itu terdiam. Bagaimana bisa ratu membungkukkan badan kepada prajurit jika dalam urutan organisasi kerajaan jauh lebih tinggi seorang ratu?

Renjun masuk ke dalam perpustakaan istana. Hal pertama yang dilihat Renjun adalah beberapa buku yang tersusun rapi pada rak. Renjun mengamati buku-buku disetiap rak, namun tak ada yang menarik. Hampir secara keseluruhan buku itu bukanlah sebuah buku yang membahas cerita dongeng ataupun fiksi. Hanya sebuah buku sastra pembelajaran.

"Membosankan."

Tak sengaja pandangannya melihat tinta, pena bulu dan tumpukan kertas yang ada di atas meja. Renjun mendekat lalu duduk lesehan di atas tikar.

"Aku punya ide," gumamnya berantusias. Renjun mulai membuka penutup tinta, mencelupkan ujung pena bulu lalu mulai menuliskan kalimat pada kertas kosong itu.

Saat sedang asyik menulis fiksi buatannya, tiba-tiba terdengar teriakan kencang berasal dari luar istana. Renjun terkejut bahkan terdengar derap langkah kaki berlarian di luar perpustakaan. Renjun berdiri untuk memeriksa apa yang sebenarnya terjadi.

Kedua bola mata Renjun membelalak melihat darah berceceran di lantai istana. Sorot matanya memandang beberapa prajurit ambruk dengan panah tertancap di punggung mereka.

Renjun beringsut kembali masuk ke dalam perpustakaan guna bersembunyi. Akan tetapi langkahnya terhenti saat tiba-tiba sebuah pedang tertodong tepat ke depan lehernya. Renjun terpatung di tempat tanpa melakukan banyak pergerakan.

"Ratu Sirius rupanya semakin mempesona, ya? tidakkah kau ingin ikut denganku, Yang Mulia?"

Renjun memejamkan mata. Dalam hati sudah berteriak meminta pertolongan kepada Jaemin berharap dia datang menyelamatkannya. Renjun tak berani sekedar menengok ke belakang karena pedang di depannya ini bisa saja siap menyayat lehernya.

Jaemin, kumohon tolong aku!

MIDDLE AGESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang