抖阴社区

15. Tak Mengerti

3.1K 554 108
                                        

Don't forget to vote before you read this chapter guys! Happy reading <3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to vote before you read this chapter guys!
Happy reading <3

Lelaki dengan jaket berlambang petir itu baru saja memarkirkan motor besar miliknya di garasi. Matanya memicing saat melihat sebuah mobil asing berwarna putih terparkir di halaman depannya.

Siapa?

Pikirnya, sebab ini bukan rumah utama, tetapi rumah yang diberikan sang ayah untuk dirinya. Kalaupun ada yang ingin datang pasti sudah cowok itu ketahui sebelumnya. Setelah melepas helmnya ia segera melangkah menuju pintu. Sudah ada seseorang yang menyambutnya, seperti biasa.

"Malam, Den. Udah pulang?" tanya wanita itu seraya mempersilakan masuk.

"Iya, Bi. Ada tamu?"

Bi Sani mengangguk. "Iya Den, ada nyonya besar." jawabnya membuat pemuda itu mengernyit bingung.

"Nyonya besar?" dahinya mengernyit bingung. "Tante Liana?"

Bi Sani menggeleng pelan. "Bukan, Den. Tapi mamanya Den Arsen."

"Mama?!" pekiknya terkejut. Untuk apa ibu kandungnya itu datang kesini? Setelah bertahun-tahun lamanya pergi dan sekarang tiba-tiba kembali.

Juga tanpa memberi kabar apapun kepadanya.

"Mau apa dia kesini?!" tanya Arsen namun belum sempat Bibinya menjawab, suara lembut dari seorang wanita membuatnya sontak berbalik.

"Arsen..." panggil seorang wanita paruh baya berperawakan semampai dengan wajah cantik alami yang sepertinya tak lekang oleh waktu. Orang-orang mungkin tak akan percaya jika wanita itu sudah berusia lebih dari 45 tahun. Wanita itu berkaca-kaca menatap sang putra yang sudah lama tidak ia temui.

"Mau apa?" Arsen bertanya ketus dengan sorot mata yang tak bisa di artikan. Berusaha tak terpengaruh dengan tatapan sendu wanita paruh baya itu.

"Mama kangen banget sama kamu, sayang." Kirana-ibu kandung dari pemuda berparas tampan bak dewa itu tak kuasa menahan tangis saat melihat putranya yang sudah semakin tumbuh dewasa. Kakinya melangkah mendekat, ingin mencoba memeluk. Tetapi Arsen dengan cepat mencegahnya, menepis tangannya.

"Jangan sok peduli!" sentak cowok itu membuat sang ibu menatapnya kecewa. Kirana tak bisa menyalahkan sikap putranya sebab ia sedari awal memang bersalah karena sudah meninggalkan anaknya.

"Mama minta maaf, sayang..."

Bukannya menjawab, Arsen segera meninggalkan Kirana dan pergi menuju kamar dengan rahang yang mengeras menahan emosi. Ia tak ingin lepas kendali, karena bagaimanapun juga orang itu adalah seseorang yang telah melahirkannya ke dunia ini.

"Jangan ikutin gue!" ucap Arsen cepat membuat wanita itu terkejut lalu menghentikan langkahnya dan membiarkan anaknya memasuki kamarnya. Di bantingnya pintu itu dengan keras. Setelahnya Kirana menangis meratapi pintu kamar yang sudah tertutup rapat.

[??] Favorite CrimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang