抖阴社区

seventeen

10.3K 314 7
                                    

Rumah itu besar, luas, dan megah. Gerbangnya saja tinggi dengan penjagaan ekstra ketat. Tamannya luas sebelum mencapai teras, dengan banyak pohon cemara menambah kesan teduh dan asri.

Veronica masuk ke dalam rumah bercat putih tulang itu, dan langsung disambut oleh wanita cantik dengan dress Chanel melekat indah di tubuh langsingnya.

Wanita itu tersenyum sinis. "Aduh, anak durhaka pulang juga. Kenapa? Kehabisan uang?"

Veronica tidak menanggapi. Tetap berjalan lurus sampai bertemu tangga melingkar dengan hiasan emas. Di ruangan dengan banyaknya guci, lemari, dan lukisan mahal, serta Steinway and Sons, ada seorang lelaki yang sedang bermain piano dibimbing wanita berpakaian hangat.

"Kak Abby!" Cowok berseragam sekolah itu bangun dengan semangat, dipeluknya Veronica hangat. "I miss you!"

"Hai, Sam. Ayah mana?"

"Lagi siap-siap di kamar. Mau pergi sama Mommy."

Orang yang disebut pun datang, dan terlihat kesal begitu menangkap anak tunggalnya yang begitu akrab dengan anak tirinya. "Sam, kembali ke piano kamu."

Bocah lelaki itu kembali duduk dengan kepala menunduk. Kini Veronica berhadapan dengan Samantha.

Samantha berdecak kesal, tidak ragu menunjukkan raut tidak sukanya pada Veronica, sambil bersedekap. "Mau apa kamu pulang?"

"It's still my house, bitch."

Sam tampak kaget, Samantha apalagi. Tapi Veronica masih berekspresi datar. Tampak tidak perduli.

Wanita cantik asal Korea itu melotot marah, sedangkan guru les piano Samuel tampak takut dan bingung merasakan aura tidak enak yang terpancar dari dua orang itu.

"Kalau kamu pikir kamu ke sini karena Ayah kamu merindukan kamu, ck, forget it. He never longing to you."

"Well, i don't care." Veronica mulai menaiki tangga. "Gue cuma mau balik ke rumah. Bosen di apart."

Samantha segera menyusul dengan marah. "Gak cukup segitu banyaknya uang yang kami kasih ke kamu?! Gak bisa kamu jadi anak baik sekali aja? Hah?!"

Di anak tangga terakhir, Veronica berhenti. Ruangan luas menyambut dengan isinya yang tak kalah mewah, tapi cewek itu hanya menoleh pada wanita cantik yang juga menatapnya dengan nafas memburu.

"Ngapain gue harus jadi anak baik? Gue bukan anak lo."

"KURANG AJAR!"

"Ada apa ini?" Kini seorang pria berjas keluar dari sebuah kamar. Jasnya terlihat baru dan mahal, pantofel yang membungkus kakinya terlihat licin dan mengkilap. Belum lagi sosoknya yang kelihatan rupawan walau rambut-rambut putih sudah bermunculan. "Abby?"

Veronica tidak membalas.

"Abby, you're home!"

Veronica menepis saat pria yang seharusnya disebut Ayah itu bergerak untuk memeluk. "Don't touch me."

Thomas tampak kaget, tapi bibirnya tidak mengeluarkan kata apa pun.

Veronica segera melangkah menjauh dari kedua orang yang sudah tampak rapih seperti mau menghadiri pesta, tapi di depan sebuah pintu bercat putih itu, langkah kakinya terhenti.

"Abby, mau ikut? Kita ada acara penggalangan dana di rumah sakit."

"Nope."

Thomas menghela nafas. "Well, we talk later? Habis Ayah dan Samantha pulang?"

"Nope." lalu masuk ke dalam kamar yang sudah lama gak pernah Veronica tinggali. Sebelum akhirnya menghela nafas panjang diiringi raut ketakutan.

***

she. | ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang