***
Sorotan cahaya dari sebuah senter kecil itu saat ini menyorot ke arah bola mata milik Tyan, setelah beberapa saat lalu sang dokter itu menyuntikkan obat pereda rasa sakit kepada pria tersebut.
Tik!
Senter itupun di matikan, "apa yang pasien alami saat ini hanyalah kebutaan yang bersifat sementara akibat benturan keras yang mungkin sebelum nya pasien alami, jadi untuk kedepannya saya minta untuk pasien terus berada di ruangan yang minim cahaya agar pengelihatan pasien segera pulih. Jadi kalian tidak perlu khawatir, semua nya akan kembali normal setelah beberapa hari pasien beristirahat dan untuk rasa sakit yang pasien alami mungkin itu akan terjadi sedikit lebih lama jadi saya akan memberikan obat untuk mengurangi rasa sakit itu."
Hembusan napas lega terdengar dari bibir milik Leon dan juga Jerome, "terimakasih banyak dok!" Ucap kedua nya.
"Baik, kalau begitu saya permisi dulu."
Setelah kepergian sang dokter itu Jerome dan Leon lantas menghampiri Tyan dan memberikan pelukan hangat pada pria mungil itu, mereka bersyukur bahwa Tyan dapat melewati masa-masa kritisnya meskipun hingga detik ini Tyan harus tetap melewati hal yang berat.
"Makasih ya abang, makasih ya Le.. maaf selalu ngerepotin kalian." Ujar Tyan tiba-tiba.
Kedua orang itu lantas menggeleng cepat, "adek ga pernah ngerepotin kita kok jadi jangan mikir kayak gitu ya."
"Iya bener kata bang Jerome, lu ga pernah ngerepotin kita semua kok." Celetuk Leon yang tersenyum lebar memeluk sahabatnya itu.
Tyan pun tersenyum lemah, jamari manisnya terlihat saling bertaut, bibirnya pun terlihat ia gigit dengan kuat untuk menahan perasaan yang ia rasakan saat ini.
Namun entah kenapa tiba-tiba saja tangan Tyan meraba bagian kepalanya, ia merasa penasaran dengan apa yang terjadi padanya. Jerome dan Leon yang berada di sana merasa khawatir jika Tyan akan berpikir yang tidak-tidak untuk keadaanya saat ini.
"Tyan lu ngapain sih! Jangan di pegang itu masih basah tau jahitannya," tegas Leon menarik pelan tangan milik Tyan.
"Le gue pasti keliatan jelek banget ya karna rambut gue udah ga ada," ucap Tyan dengan setetes air mata yang kembali membasahi pipinya, setelah ia mengetahui bahwa dirinya telah kehilangan sebagian rambut miliknya akibat oprasi yang dirinya jalani.
Leon dan Jerome pun saling melemparkan tatapan, "enggak lah gilak! Siapa bilang lu jelek hah? Lu tuh cakep mau Tyan, jangan pernah mikir kayak gitu ih, lu tuh cakep bahkan Jayden aja rela bonyok demi el–"
Tatapan tajam yang Jerome berikan pada Leon membuat pria tersebut menghentikan ucapannya barusan, pria tersebut lantas menelan ludahnya. Salah ia telah salah mengucapkan sesuatu.
"Jayden bonyok? Emang dia kenapa?" Tanya Tyan dengan rasa khawatir.
"Oh e-enggak bukan, ih gue mau pipis bentar ya Tyan lu disini dulu bye!" Leon melangkah kakinya keluar dari ruangan tersebut dan tak sengaja berpapasan dengan Luke dan juga Bima yang masuk ke ruangan tersebut.
"Lu mau kemane?" Tanya Bima menahan lengan milik sang adik.
"Kencing, udah ah lepas!" Leon menghempaskan tangan milik sang kakak dan langsung pergi begitu saja.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY WORLD IS YOU {END}
Random? BXB ? SEMI BAKU ? LOKAL ? Bagaimana jadinya jika seorang pembuat onar yang tampan, kaya dan banyak di sukai oleh sub ataupun wanita di kampus jatuh cinta dengan adik musuh bebuyutannya, tak akan mudah baginya untuk mendapatkan cinta dan persetuj...