抖阴社区

Part 8 - Tragedi Apartemen

705 98 24
                                        

Jalanan kota malam ini sudah cukup sepi, sehingga Malvin bisa dengan bebas melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata menuju apartemen Derran, namun di tengah perjalanannya ia teringat akan Kirana. Perasaan Malvin dibuat gelisah, sehingga cowok itu menepikan mobilnya, mengetik beberapa digit angka di ponsel.

"Gue minta tolong sama lo, dateng ke apartemen gue sekarang! di sana ada Kirana, perasaan gue gak enak soalnya. Jangan tanya ada apaan! nanti gue jelasin, gue ada urusan mendadak," ujar Malvin saat sambungan teleponnya tersambung.

Setelah mengatakan isi hatinya pada Nisya, Malvin segera melajukan mobilnya menuju apartemen Derran. Sedikit informasi, Nisya adalah sepupu Malvin.

Setelah sampai di basement apartemen, Malvin segera berlari menuju unit Derran. Ia juga berharap cowok brengsek itu sudah bangun dari acara mabuknya.

'brak'

Pintu kamar Derran didorong paksa oleh Malvin, hal pertama yang Malvin lihat adalah sosok Derran yang terduduk di ranjang sambil memegangi kepalanya.

"Malvin?"

'bugh bugh'

"Baj!ngan lo, Der!" umpat Malvin, menyeret tubuh Derran yang masih setengah telanjang. Memberikan beberapa bogeman mentah pada wajah cowok itu.

"Uhuk-uhuk." Derran yang pada dasarnya masih belum sadar sepenuhnya hanya bisa terpontan-panting ketika Malvin menyerangnya dengan membabi buta.

Malvin menatap tajam Derran yang kini sudah terkapar di lantai, "lo selalu marah tiap gue mainin cewek, tapi sekarang, lo malah jadi rappist, Derandra!" bentak Malvin.

****

Nisya, gadis itu sedikit kesal karena Kakak Sepupunya itu menelpon malam-malam. Beruntung mereka masih satu gedung apartemen, jadi ia hanya perlu berjalan menuju unit apartemen sang Kakak.

Dengan rasa malas, gadis itu menekan beberapa digit angka, dan pintu apartemen berhasil dibuka. Nisya berjalan pelan memasuki unit Malvin, namun beberapa langkah kemudian gadis itu berteriak histeris.

"AAAAAAHHH," teriak Nisya, tubuhnya bergetar hebat ketika dirinya mendapati sosok gadis dengan rambut panjang tengah terkapar tak berdaya dengan darah di mana-mana.

Nisya panik, namun ia berusaha tenang. Berjalan mendekat dan menyingkap rambut perempuan tersebut. Ketakutan Nisya semakin bertambah saat melihat wajah perempuan itu pucat pasi, beruntung Nisya masih bisa mendinginkan kepalanya, mengetik nomor di panggilan darurat, ia menghubungi ambulans dari rumah sakit terdekat.

"Di unit apartment nomor 325, Jalan Mawar Blok Tiga."

Setelah mematikan sambungan teleponnya, Nisya meletakkan jarinya di bawah lubang hidung perempuan itu, beruntung napasnya masih terasa. Sepertinya perempuan ini hanya pingsan karena kehabisan darah.

Setelah beberapa saat kemudian, suara gaduh terdengar dari luar, sesegera mungkin Nisya membuka pintu. Tim datang dengan cepat seperti dugaan Nisya sebelumnya.

"Di sana, Pak. Ayo ikut saya!" ujar Nisya, lantas petugas segera membawa tubuh Kirana. Ya benar sekali, perempuan yang ditemukan Nisya dalam keadaan mengenaskan tadi adalah Kirana.

"Gue harus hubungin Malvin, gue harus minta penjelasan ke dia!"

****

Malvin menatap tajam Derran yang sedang meringis kesakitan di sofa, sepertinya cowok itu sudah cukup mempunyai kesadaran karena bogeman-bogeman dari Malvin. Hal yang membuat Malvin bingung adalah, Derran sama sekali tak melawan.

"Lo udah tahu, kan, salah lo apa?" Malvin mulai membuka percakapan.

Derandra mengangguk. "Iya."

Malvin menarik napasnya panjang, "dan lo tahu siapa yang udah jadi korban lo?"

Lagi dan lagi, Derran mengagguk. "Kirana."

"Kenapa lo lakuin itu, Der? gue tahu sebenarnya lo gak benar-benar dalam pengaruh alkohol. Masih ada kesadaran dalam diri lo buat gak ngelakuin hal itu, tapi kenapa lo tetep lanjutin tingkah brengsek lo, Derandra!" bentak Malvin di akhir kalimatnya.

Derran masih diam, tak ingin menjawab pertanyaan Malvin. Hal itu sukses membuat Malvin naik pitam.

"JAWAB GUE, DERANDRA!"

"Dendam, rasa benci gue ke dia terlalu besar, Vin. Gue tahu ini brengsek, dan gue berhak dapet ini dari lo, atau mungkin orang tuanya nanti. Dari awal otak gue udah kacau gara-gara Jordi dan milih mabuk di acara Friska, niat awal gue ke bar, tapi kalian tetap paksa gue buat ikut. Gue juga udah pesen sama kalian buat anter gue pulang kalo mabuk, tapi malah Kiran yang anter gue pulang. Pikiran gue kacau ditambah pengaruh alkohol yang makin bikin gue kacau, dan akhirnya gue perk*sa Kiran, gue gak mikirin apapun waktu itu. Yang ada di otak gue cuma pengen lihat dia hancur, dan sepertinya tujuan awal gue bener-bener terjadi," jelas Derran panjang lebar.

"Tapi lo udah kelewatan, Derran!"

"Gue tahu, dan gue nyesel sekarang!" balas Derran tak kalah berani, namun saat Malvin ingin kembali menjawab, ponsel cowok itu berdering, tanda panggilan masuk.

"Bentar."

Malvin menggeser layar ponselnya ke atas, tanda ia menjawab panggilan tersebut.

"Hallo, Sya."

"BAJ!NGAN, LO HARUS JELASIN SEMUANYA KE GUE! TAPI GAK SEKARANG. Ada yang lebih penting dari pada pertanyaan-pertanyaan di otak gue, cewek yang ada di apartemen lo lagi sekarat. Petugas lagi bawa dia ke rumah sakit terdekat, gue juga lagi ke sana. Mending lo juga ikut ke sana buat jelasin semuanya."

Malvin membelalakkan matanya ketika mendengar perkataan Nisya lewat telepon, "lo jangan bercanda!"

"Ngapain gue bercanda? mending cepet lo dateng! beruntung apartemen udah pada sepi, jadi gak ada yang lihat gue bawa petugas ke unit lo," ucap Nisya.

"Oke, gue kesana sekarang."

Setelah itu Malvin menutup sambungannya, bergantian menatap Derran yang masih seperti orang linglung.

"Gue pergi dulu, jangan sampai lo melarikan diri ya!"

"Lo mau kemana?"

"Kirana masuk rumah sakit, dan itu gara-gara lo."

"Ijinin gue buat ikut," pinta Derran.

"Lo gila? lo yang buat dia kayak gitu, Der. Jadi saran gue mending lo di sini dulu, jangan kemana-mana! nanti gue kabarin lagi!"

I'm Sorry | Completed [?]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang