抖阴社区

Epilog

391 31 4
                                        

Hilir angin yang sejuk menerpa wajah cantik milik seorang wanita paruh baya.

Menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan dengan secara perlahan, itulah yang terus Airin lakukan hampir lima menit lamanya.

Suara ombak yang damai menjadi alunan indah untuk didengar sebagai penenang hati.

Sejenak melupakan sosok sang putra, Airin dan sang suami memilih untuk meninggalkan kota Bandung sementara waktu.

Menunggu luka itu untuk sembuh, mereka memutuskan untuk tinggal di kota lain selama perkiraan lima tahun lamanya.

Mereka manusia, manusia normal yang memerlukan kehidupan damai tanpa benak yang dipenuhi dengan ingatan kenangan-kenangan yang menyayat jiwa.

Demi menemukan ketenangan dan kedamaian itu, Jaffas dan Airin bahkan rela menutup mata untuk mengurus kasus perihal pembunuhan yang direncanakan itu karena tak ada gunanya lagi untuk memperpanjang hal tersebut sebab putra sulung mereka tak akan pernah bisa kembali lagi.

Yang sudah terjadi akan mereka anggap sebagai pembelajaran yang sangat berarti, tanpa menyisakan dendam.

Hidup memang tak selalu berjalan dengan harapan kita, dan terkadang bahkan memberikan kejutan yang sungguh tak terduga. Walaupun begitu, hal tersebut adalah hal yang wajar nan normal.

Dikampung yang dekat dengan pantai, dan penuh akan penduduk bersikap ramah nan baik hati, serta lingkungan yang belum tercemari oleh polusi udara itu, menjadi awal untuk semuanya bagi mereka yang sebelumnya tak tahu arti sebenarnya kehidupan.

Senang, bahagia, kecewa dan sedih memang sudah seperti siklus kehidupan makhluk dimuka bumi ini.

"Gak harus selalu kuat, tapi harus selalu bisa bertahan."

Mengingat kata-kata itu yang dulu pernah keluar dari bibir Mahendra, membuat Leon memejamkan matanya sejenak.

Kemarin, Leon sungguh tidak tahu harus berbuat apa sebab dengan tiba-tiba Jaffas memberi tahu bahwa ia harus menjadi calon penerus perusahaan milik ayahnya itu karena Mahendra telah tiada.

Mau tak mau Leon hanya menyetujui ucapan sang ayah, ia yakin bahwa suatu saat nanti dirinya bisa menjadi apa yang Jaffas harapkan.

Tidak hanya untuk ayahnya ia lakukan, namun demi kakak sulungnya juga.

"Leon, kesini kita makan dulu!"

Panggilan dari sang ayah membuat lamunan Leon buyar, pemuda itu langsung menghampiri sang ayah yang tengah duduk disebuah tikar bersama ibu, dan adiknya.

"Leon, makan yang banyak biar sehat." Tutur Airin dengan lembut.

Leon mengangguk, "Iya, bunda."

Atensi Airin beralih pada anak bungsunya yang tampak sudah basah kuyup sebab habis berenang.

"Jion, udah makan langsung mandi, ya? Padahal bunda udah bilang kalau kamu jangan renang dulu!"

Jion hanya membalas perkataan sang bunda dengan senyuman khasnya yang membuat siapapun gemas melihat bagaimana lucunya remaja itu ketika tersenyum.

Semenjak kejadian dimana Airin kehilangan Mahendra, wanita itu menjadi lebih memberi banyak lagi perhatian pada kedua putranya.

Airin takut, takut jika Tuhan membawa buah hatinya untuk yang kedua kalinya. Oleh sebab itu, Airin tak akan pernah menyia-nyiakan lagi siapapun itu.

Tak jauh beda dengan isi hati milik Jaffas, pria itu pun merasakan hal yang sama. Namun, dia tak begitu menunjukan dengan jelas rasa sayang dan perhatiannya.

Biarlah Mahendra yang pertama dan terakhir memberi mereka rasa kehilangan yang amat mendalam.

Mulai sekarang, besok, dan hari-hari selanjutnya sebisa mungkin akan dijalani dengan senyuman dan kebahagiaan. Oleh semua orang, tanpa terkecuali satu orang pun.

***

Mohon maaf kalau cerita ini berakhir gak sesuai dengan harapan kalian, karena mau bagaimanapun juga cuman ada alur ini yang terukir dipikirkan aku sejak dulu.

Dalam segi penulisan, bahasa, ataupun karakter dalam cerita ini memang jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu dicerita-cerita baru yang akan datang insyaallah aku usahakan lebih baik dari ini.

Terima kasih banyak buat kalian yang udah voment cerita ini dan follow account aku. Terutama yang ngikutin cerita ini dari awal, mungkin sampai ada yang baca ulang karena dulu pernah ada sedikit revisi?

Pokoknya salut banget sama kalian udah mau baca kisah Mahendra walaupun aku kadang jarang up dan dalam setiap paragraf mungkin ada banyak kekurangan dan salah pengertian bahasa.

Dicerita pertama yang aku buat ini, aku gak banyak berharap, cuman berharap setidaknya ada satu pelajaran yang dapat kalian ambil dan dijadikan pelajaran dalam hidup.

Cukup segini dari aku, pokoknya terima kasih banyak buat kalian semua. Sayang kalian banyak-banyak! Kita ketemu di karya aku yang lainnya, yaa. Sampai jumpa<3!

-Bandung, 27-05-2023.

PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang