Sesampai di depan kos-kosan sederhana yang di tempati Damar buru-buru ia mengganti pakaiannya, menggunakan baju kaos hitam polos di padukan kemeja kotak kotak bermotif hitam putih yang dibiarkan tak di kancing lalu celana jeans hitam menjadi pilihan Damar, walau dengan pakaian sederhana percayalah aura Damar sangat membuncak.
Di perjalanan Damar singgah di tepi trotoar.
"Cing, kacian banget si, sini biar saya kasi mam." Damar lalu mengeluarkan sebungkus makanan dari kantung kresek, Damar sangat sering membawa makanan kucing ketika berkendara hatinya tak tega melihat mahluk tanpa dosa itu berkeliaran dengan perut kosong hal itu juga berlaku pada setiap hewan Malang yang ia lihat.
***
"Assalamualaikum." ucap Damar ketika sampai ke depan ruang UGD.
"Waalaikumsalam." jawab Santi yang tengah menunduk lalu menatap kearah sumber suara.
"tan, Riselda mana?" tanya Damar ketika tak melihat gadis itu.
Pintu ruang UGD terbuka kedua suster keluar dari ruangan.
"Sus bagaimana kondisi suami saya?" Tanya santi ketika kedua suster itu menghadap ke arahnya.
"kondisi suami ibu saat ini sudah lumayan stabil namun tetap saja suami ibu belum sadar akhirnya kami memutuskan memindahkan pasien ke ruang rawat inap, kata pak dokter begitu bu." Kata salah satu suster.
"Baik kalau begitu kami kedalam dulu ibu untuk mengurus kepindahan pasien." Santi mengangguk kearah sang suster.
"Nak, tolong panggilin ayu, dia lagi di taman rumah sakit, kabari kalau papanya udah mau dipindahin ke ruang rawat inap, ayu anaknya memang gitu gak mau dilihat kalau lagi sedih." pinta santi.
"baik tan." Pamit Damar lalu berjalan menuju taman rumah sakit.
ketika sampai di taman Damar melihat tubuh gemetaran Riselda, dapat ditebak bahwa gadis itu tengah menangis, tanpa berbicara sedikitpun Damar menghampiri Riselda.
Damar duduk di bagian ujung bangku yang berada di taman rumah sakit, Riselda yang mengetahui kedatangan Damar menghapus air mata yang sudah mengalir di pelubuk pipinya.
"kalau mau nangis silahkan jangan ditahan dari pada sesak." Ungkap Damar memulai pembicaraan.
"Ino, hari ini ulang tahun gue, gue cuma berharap hari ini bisa rayain bareng mama papa tapi ngapain tuhan buat papa kecelakaan." Keluh Riselda ia menatap kearah atas sana seolah mengeluh ke alam semesta yang di hiasi kelap kelip bintang.
"Happy birthday Ris, jangan gitu, ini semua udah tuhan rencanain jadi lo gak boleh marah sama tuhan, tuhan tahu lo sanggup makanya dia kasih cobaan ini sama lo." Kata Damar.
"tapi gue nggak sanggup, Ino. Rasanya separuh dunia gue hilang, gue gak pernah berharap banyak dengan dunia cukup bisa bahagia sama keluarga gue itu udah cukup, tapi kenapa papa harus kayak gini." air mata kembali membasahi wajah riselda.
"Eh, gue lupa. Bokap lo udah di pindahin keruang rawat inap." Ujar Damar ketika mengingat perkataan Santi tadi.
Damar lalu berdiri dari duduknya namun tangannya di cekal oleh Riselda "sorry gue jadi banyak ngomong." Riselda lalu menundukkan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DAMAR GRALINO [END]
Teen FictionDamar selalu tahu bagaimana membuat orang lain tersenyum, tapi tidak semua senyuman berasal dari kebahagiaan. Hidup membawanya melewati banyak tempat-panti asuhan, jalanan yang tak pernah benar-benar ramah, hingga gerbang sekolah yang menjanjikan ma...