Keesokan harinya, di jam pertama.
Tepat di depan kelas X.6, kelas yang ditempati Solar dan Thorn, pagi ini dipenuhi oleh kerumunan orang-orang. Penyebabnya adalah si pemilik netra hijau yang menangis keras, Thorn.
Thorn sudah menangis sejak ia sampai di kelas dan melihat bahwa tas dan buku milik adiknya, Solar, masih berada di sana.
"Ke mana Solar?! Ke mana Solar?!" jerit Thorn sambil meremas kepalanya sendiri. Air mata terus mengalir membasahi pipinya. Tubuhnya gemetar hebat karena takut dan juga khawatir yang berlebihan.
Kini Thorn ditenangkan oleh beberapa murid beserta wali kelasnya. Ia lalu dibawa ke UKS.
Si kembar tiga yang berada di lokasi pun meneguk ludahnya ketika mendengar berita hilangnya salah satu murid dari kelas X.6.
Taufan sebagai teman dekat Thorn pun ikut menenangkan kawannya itu. Ia memeluk erat tubuh Thorn yang gemetar sambil mengusap-usap punggungnya. Begitu pula dengan Halilintar dan Gempa yang ikut menyemangati remaja bernetra hijau.
Setelah hampir satu jam menangis, akhirnya Thorn mulai tenang berkat bantuan Taufan dan anggota Palang Merah Remaja yang ikut menenangkan anak itu.
"Kemarin kita berdua masih di sekolah sampai jam empat sore, lalu aku izin kerja kelompok, Solar masih di kelas. Saat aku pulang ke rumah, Solar belum pulang, aku kira dia menginap di rumah temannya. Rupanya..." jelas Thorn, air matanya kembali mengalir, namun ia segera mengusapnya.
Taufan mengangguk mendengar penjelasan dari Thorn, ia mengalihkan pandangannya pada remaja lelaki berambut panjang sebahu berwarna putih, dia remaja yang ditabraknya beberapa hari lalu, namanya Maripos, anak dari kepala sekolah.
Wajah Maripos terlihat sangat serius saat ini, ia bahkan membawa laptop miliknya ke UKS untuk menyambungkan dengan CCTV kelas.
Menurut CCTV di kelas X.6, memang benar kejadian awalnya sama seperti yang diceritakan oleh Thorn. Namun selang beberapa menit setelah Thorn melangkahkan kaki keluar kelas, Solar terlihat berbicara pada seseorang yang sayangnya tidak terekam oleh CCTV karena orang itu berada di ambang pintu.
Maripos mengusap wajahnya dengan kasar. Kenapa ia tidak kepikiran memasang CCTV di koridor.
Maripos mendekatkan wajahnya pada layar laptop, bermaksud untuk melihat lebih jelas ciri-ciri si pelaku yang hanya terlihat ujung sepatunya saja, bukan hanya itu, Maripos dapat melihat sedikit pakaian yang dikenakan oleh orang itu.
Ini kan...
.
.
.
Kini sudah satu hari sejak kasus hilangnya Solar, sampai sekarang anak itu masih dalam masa pencarian. Polisi juga ikut terlibat dalam kejadian itu karena sudah lebih dari 24 jam sejak Solar menghilang.
Satu-satunya saksi, yaitu Thorn, yang merupakan kakak kandung Solar pun terus menceritakan secara detail kejadian-kejadian sebelum adiknya menghilang. Ia juga seringkali mengecek rekaman CCTV di lab. komputer untuk menemukan bukti yang sayangnya masih belum ditemukan.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah tinggi Pulau Rintis itu tetap berjalan seperti biasa, namun ada perubahan jam. Untuk sementara waktu jam pulang dirubah lebih awal. Kegiatan ekstrakurikuler juga dilakukan seperti biasa namun waktunya terbatas.
Halilintar yang terkenal cuek pun kini terlihat gelisah, bahkan ia kerap kali menggerakkan kakinya ketika guru sedang mengajar materi. Hal yang sama juga dilakukan Taufan, bahkan si kembar kedua itu menggigit kukunya tanpa sadar. Gempa menyadari itu, mereka berdua ketakutan, begitupun dengannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet [End]
RandomCerita ini manis di awal, pahit di pertengahan. Menceritakan kisah tiga saudara kembar dalam suka dan duka. ?? -Karakter boboiboy hanya milik Monsta! Saya hanya meminjamnya saja. -Tidak ada kaitan apapun dengan seri boboiboy ataupun komik. -Cerita i...