抖阴社区

8. Kebenaran

1.1K 100 11
                                        

⚠️PERINGATAN! ADEGAN DEWASA⚠️




Sesuai janjinya. Taufan pergi ke lab.kimia untuk mengerjakan ulangan susulan. Berkali-kali dirinya menghela napas sembari menggerutu kesal ketika menaiki satu persatu anak tangga.

Netra safirnya melirik ke atas, tinggal beberapa anak tangga lagi ia akan sampai di lantai 3.

Terdapat beberapa ruangan di lantai 3, seperti perpustakaan, lab.komputer, lab.kimia dan kelas yang sudah tak terpakai.

Dengan berat hati Taufan memutar kenop pintu lab.kimia, namun setelah masuk, hati Taufan sedikit lega karena ruangan itu ber-AC, ia paling menyukai suasana sejuk seperti ini.

Taufan meletakkan tasnya di salah satu kursi kayu di sana. Guru mapelnya belum juga datang padahal ia sengaja mengulur waktu untuk datang ke sini. Hanya tasnya saja yang sudah berada di meja guru.

Entah kesambet apa. Tiba-tiba Taufan penasaran dengan isi tas milik guru mapelnya itu yang sedikit terbuka.

Taufan membuka resleting tas hitam tersebut lebih lebar. Beberapa saat kemudian kedua matanya membulat, ia sangat mengenali barang-barang ini.

Baju olahragaku, botol minum Lintar.. tempat pensil Gempa. Kenapa bisa ada di sini? Taufan mengeluarkan semua benda yang ada di dalam tas tersebut. Ia menemukan sesuatu yang membuatnya ketakutan setengah mati.

Banyak sekali benda persegi yang menunjukkan foto dirinya dan kedua saudaranya. Saat berada di kelas maupun di luar kelas. Bahkan Taufan menemukan sebuah foto saat dirinya dan saudaranya tengah menikmati makan siang di pinggir lapangan. Taufan ingat betul momen ini.

Taufan dikejutkan dengan suara langkah kaki yang semakin mendekat, ia reflek menjatuhkan foto-foto itu sebelum memutar tubuhnya. Rupanya dia guru mapelnya yang sedari tadi ia tunggu.

"A-ah, selamat sore, pak," sapa Taufan dengan suara gemetar panik. Ia menggunakan tubuhnya untuk menutupi foto-foto yang berserakan di meja.

Sam masih diam, tatapan matanya tak seperti biasanya, membuat Taufan semakin panik ditambah pria itu melangkah mendekatinya.

"Menurutmu.. apakah sopan membuka tasku tanpa izin?"

"Ehm.. maafkan aku. A-aku akan merapikannya lagi, kok," jawab Taufan seraya mengibaskan tangannya.

Sam semakin mendekat. Ia tersenyum. Kedua tangannya diletakkan di tepi meja, di kedua sisi Taufan, mengunci pergerakan remaja itu yang kini mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Sebenarnya.. aku ingin memberitahumu sesuatu," ujar Sam pelan.

"Me-memberitahu apa..?" Taufan menoleh ke sana ke mari, mencari jalan keluar.

"Ini tentang ibumu."

Sontak Taufan memasang muka tak bersahabat. Ia memberanikan diri bertatapan dengan netra hitam milik Sam. "Kenapa dengan Mama?" tanyanya dengan nada tak suka.

"Kau tahu.. aku mencintainya, sangat." Kedua tangan Sam melingkari pinggang ramping Taufan, membawa anak itu ke dalam dekapannya. Mencium aroma tubuhnya yang begitu mirip dengan ibunya.

"Anu.. pak. Bagaimana dengan ulangannya?" tanya Taufan, berusaha mengalihkan topik. Namun sepertinya pria itu mengabaikannya.

"Tentang kematian ibumu.." Sam menghentikan ucapannya, sedangkan Taufan meneguk ludah. "Aku.. aku yang membunuhnya. Aku membunuh Keenan. Aku membunuh ibumu!"

Terkejut? Tentu saja.

Sam melepas dekapannya, menangkup kedua pipi Taufan. Ia menyeringai lebar. "Kau selalu penasaran, kan? Kenapa ibumu mati dengan keadaan mengenaskan seperti itu? Sekarang kau sudah tahu jawabannya. Apa kau puas?"

Bittersweet [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang