ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ
.
.
.Di saat kicauan burung yang sangat merdu menghiasi pagi hari Nayara yang begitu cerah dengan cahaya matahari yang masuk melalui celah ventilasi, Nayara nampak sibuk dengan seragam putih abu-abu yang sudah menempel pada tubuhnya. Gadis itu berdiri di depan cermin seraya memeriksa lukanya. tangan mungilnya meneteskan Betadine pada kening, pergelangan tangan, serta lutut nya.
Gadis itu kembali menutupi luka nya menggunakan plaster motif bunga favorit nya. Nayara menatap wajahnya pada cermin, menghela nafasnya pelan, kemudian tersenyum.
Nayara meraih tas ransel berwarna biru pastel miliknya yang terpajang di atas lemari baju. gadis itu terdiam sejenak, melihat kondisi tas lama nya yang sudah berdebu bahkan beberapa sisinya sudah robek. ia mengelapi tas nya menggunakan sapu tangan, meniup debu debu itu hingga bersih.
"Masih bagus kok," katanya terus mengelapi tasnya.
Ia merangkulkan tas ransel itu pada bahu nya sebelah. memiringkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, memeriksa pada robekan pada tas nya apakah begitu terlihat jika dia berjalan nanti?
Nayara bergegas memasukkan buku bukunya serta peralatan sekolah nya yang lain ke dalam tas. Gadis manis itu kini sudah siap untuk bersekolah.
ia bergegas keluar dari kamarnya, memakaikan sepatu pada kedua kakinya yang mungil. Senandung kecil keluar dari mulut Nayara, Hari ini Nayara begitu bersemangat untuk pergi ke sekolah.
Pandangannya tertuju pada seorang wanita yang tengah sibuk pada aktivitas memasaknya di dapur. wanita itu berdiri membelakangi Nayara yang masih terdiam berdiri di depan pintu kamar nya.
Liza. wanita itu seperti sedang memasak sesuatu, begitu kuat aroma masakan nya hingga membuat Nayara sedikit terbatuk-batuk bahkan bersin.
Wanita itu menoleh kearah sumber suara, melihat Nayara yang berdiri di sana memperhatikan nya. wajah nya nya berubah seperti tak senang, kedua alisnya mengerut serta tangan nya mencengkram kuat spatula itu.
Ragu-ragu Nayara perlahan mendekat kearah Liza di sana. kedua tangannya mencengkram kuat ujung roknya, seperti rasa takut sedang merasuki nya.
"Ma?" beo gadis itu namun Liza tak menoleh sedikitpun.
Nayara gugup dan takut, ia mencoba kembali menatap kearah Liza, "Ma, Nayara mau berangkat sekolah."
Lagi lagi wanita itu tak menoleh kearah gadis di belakangnya. Ia sibuk dengan mengirisi timun menjadi bagian yang kecil.
"Eum .... Nayara mau ijin, m-minta uang saku, ma."
Prangg!!!
Suara pisau di letakkan dengan kasar hingga menimbulkan suara yang menggelar. gadis itu terlonjak kaget, jantung nya seolah mau copot. Nayara meneguk Saliva nya berat, badan nya seperti bergetar dengan hebat sekarang.
Wanita itu perlahan membalikkan badannya, menghadap kearah Nayara di sana. Liza menatap horor kearah gadis malang di depannya.
Tangan wanita itu mendorong kepala Nayara menggunakan jari telunjuknya hingga membuat Nayara hampir terjengkang kebelakang.
"Makanya kerja! Kebutuhan rumah banyak."
"Lagian kan kamu juga nganggur kalau pulang sekolah? bantuin cari uang!" lanjut menatap sinis kearah Nayara yang tertunduk takut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nayara [ TAHAP REVISI ]
Teen Fictionapa itu bahagia? apa itu cinta? apa itu keluarga? "tak sepenuhnya keluarga dapat memberikan kebahagiaan. keluarga bagaikan jurang, tak sepenuhnya keluarga dijadikan sebagai tempat mengadu. menurut ku keluarga lah yang membuat ku menderita" -Jeevica...