抖阴社区

33 : Pulang

1.2K 134 2
                                        

Happy Reading!

••••

"Pelan-pelan," ucap Harsa seraya memapah Jauzan yang masih terlihat lemas saat melangkahkan kakinya.

"Gak usah di pegangin, gue bisa sendiri." Jauzan mencoba melepaskan pegangan tangan Harsa di pundaknya.

"Ah, lo mah, dibantuin malah nolak," ucap Harsa tak mengindahkan ucapan Jauzan.

"Dibilang gue bisa sendiri, lagian gue sakit biasa bukan lumpuh sampai harus di papah gini," balas Jauzan.

"Diem!" Mendengar nada tegas Harsa yang jarang sekali di keluarkan, membuat Jauzan mau tak mau menuruti, tak lupa ia memutarkan bola matanya malas.

Di belakang keduanya, ada Meldi, Rendi, Juan, Cakra dan Juju yang hanya bisa menggelengkan kepala dengan kelakuan dua pemuda kembar tak identik itu. Honestly, kelimanya sudah terbiasa.

Saat ini, tepat pukul sebelas malam. Ketujuh pemuda Abimana itu sedang berjalan di koridor rumah sakit tempat Jauzan dibawa. Tepat setelah infus ditangannya habis, ia langsung meminta untuk pulang.

Untuk Doni, ia sudah pamit terlebih dahulu karena kedua saudaranya yang menghubungi. Belanjaan Harsa pun, Harsa titipkan pada Doni.

Tak berselang lama, ketujuhnya sudah sampai di parkiran rumah sakit yang terlihat sudah lenggang karena malam sudah semakin larut.

"Gue mau sama si Uzan, kalian sana naik mobil Kak Meldi," ucap Harsa pada kedua adik kembarnya yang langsung menurut. Karena sumpah, keduanya sudah mulai mengantuk.

Cakra dan Juju berada di mobil Meldi, Harsa dan Jauzan di mobil Rendi, sedangkan Juan mengendarai mobil yang dibawa Juju saat membawa Jauzan.

•••

"Kalian langsung tidur sana! Jangan main game! Besok kan masuk kuliah!" perintah Meldi pada Cakra dan Juju sebelum membuka kunci mobil.

"Iya Kak, kita tidur duluan," pamit Cakra, sedangkan Juju sudah melenggang masuk ke dalam rumah.

"Kak Meldi, Kak Rendi sama Bang Juan juga duluan aja ke kamar, mandi terus istirahat. Si Uzan biar sama gue," ucap Harsa saat kelimanya berjalan memasuki rumah.

"Beneran Dek?" tanya Rendi, karena sejujurnya ia juga sudah merasa lelah, ingin cepat-cepat istirahat.

"Iya, sana!"

"Jangan berantem terus!" peringat Juan sebelum berjalan ke lantai atas. Ia gerah, pengen cepat-cepat mandi.

Tersisa Meldi, Jauzan dan Harsa yang lebih memilih menepi dahulu di sofa ruang tengah.

"Gak janji, soalnya si Uzan kalau sakit berkali-kali lipat ngeselinnya," balas Harsa mendapatkan tabokan pelan di punggungnya.

"Gue gak ngeselin ya," sahut Jauzan tak terima. "Lo itu harus ngaca, yang ngeselin ka elo," lanjutnya.

"Kapan gue ngeselin coba?" tanya Harsa menatap sang kembaran garang.

"Tiap hari," jawab Jauzan tak kalah garang.

Meldi yang berada di tengah-tengah keduanya menghela napas jengah. "Baru juga dikasih peringatan sama Juan," gumamnya memilih menjauhi keduanya.

•••

"Lo, mending ke kamar lo aja sana. Gue udah gak papa, tinggal pusing dong dikit."

"Jadi, lo ngusir gue?" tanya Harsa menatap Jauzan tak percaya. Ia baru saja selesai membersihkan diri di kamarnya.

Dengan santainya Jauzan yang akan berbaring langsung mengangguk. "Secara kasarnya sih gitu," jawabnya seraya mulai mencari posisi yang nyaman.

Harsa mendengus, ia berjalan mendekati pintu kamar Jauzan. Sang pemilik kamar mengira Harsa akan keluar, ternyata hanya menutup pintu yang sedikit terbuka, setelahnya Harsa langsung berjalan kearah kasur Jauzan dan merebahkan tubuhnya di sebelah sang kembaran.

"Lo gue suruh keluar, malah tidur di sini," ucap Jauzan.

"Gak papa atuh Zan, sekali-kali kita tidur bareng," balas Harsa mulai memejamkan mata setelah menarik selimut untuk menutupi tubuh sang kembaran dan dirinya.

"Dah, sekarang lo tidur, katanya pusing!" lanjutnya yang hanya dibalas deheman oleh Jauzan yang sudah mulai pasrah jika memang sang kembaran ingin tidur di kamarnya.

Bukannya Jauzan menolak atau tak menerima kehadiran kembarannya yang tidur di sampingnya. Hanya saja, jika tidur dengan Harsa, siap-siap saja tubuhnya akan dijadikan guling nantinya.

Sekarang sih iya belum, nanti beberapa jam kemudian pasti Harsa sudah nemplok bak lintah di badannya. Membuatnya mau tak mau  terbangun dan harus menyingkirkan kaki Harsa di tubuhnya.

Tak mau memikirkan terlalu jauh, lambat laun mata Jauzan mulai menutup.

Setelah memastikan Jauzan tertidur, Harsa bukannya ikutan tertidur, ia malah pergi keluar kamar. Tujuannya ke dapur, hendak mengambil air minum sebab merasa haus. Seingatnya, ia terakhir minum saat di kafe tadi.

Saat melewati ruang tengah, Harsa menemukan Juan yang sepertinya sedang asyik bermain game.

"Gak tidur lo Bang?" tanyanya.

Juan menghentikan mainnya, ia mendongak. "Belum ngantuk gue, lo sendiri? Kenapa belum tidur?"

"Sama, gue belum ngantuk."

"Karena belum ngantuk, mending kita battle game aja. Gimana?"

Harsa mulai berpikir, lalu menjawab, "Hayu deh, tapi gue mau ngambil minum dulu."

"Oke."

"Eh, lo mau minum kopi gak Bang? Gue mau buat, biar sekalian?"

"Boleh."

Sepuluh menit kemudian, Harsa kembali dengan membawa dua gelas kopi cappucino dan beberapa cemilan yang dirinya dapatkan di lemari pendingin.

"Wuih, pas nih. Minum kopi sama makan cemilan. Thanks ya."

"Yoi."

Pada akhirnya, sisa malam itu keduanya habiskan dengan battle game ditemani secangkir kopi panas dan camilan.

••••

TBC

Aku double up, silahkan cek slide setelahnya


[29/12/2023]

Our Home 2 [END] ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang