抖阴社区

36 : Lanjut Part 2

1.5K 159 3
                                        

Happy Reading!

••••

"Bang, bangun!"

Tepukan pada bahunya Jauzan rasakan, membuat ia langsung membuka matanya. Jauzan mengerjapkan matanya pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk pada rentina matanya.

Saat sudah jelas, dilihatnya Juju yang saat ini sedang memperhatikan dirinya, dengan tangan yang masih bertengger di bahunya.

"Akhirnya, bangun juga lo Bang," ucap Juju seraya sedikit menjauh dari sang abang.

"Kenapa?" tanya Jauzan, saat akan membenarkan posisinya, dapat ia rasakan rasa berat di paha. Saat menunduk, ternyata kepala Harsa masih berada di pahanya, berbaring dengan mata yang masih terpejam.

"Gue bangunin karena bentar lagi mau Maghrib," jelas Juju membuat Jauzan langsung menoleh pada jam dinding yang terletak di ruang tengah, lalu ia menganggukan kepalanya.

"Lo udah makan Bang?" tanya Cakra yang baru saja tiba di ruang tengah.

Jauzan mengangguk sebagai balasan.

"Kalau Bang Harsa?"

"Udah, dia makan sama gue tadi," jawab Jauzan.

"Oh yaudah," balas Cakra menduduki sofa yang masih kosong.

Jauzan menatap kembarannya yang masih pulas tertidur, tanpa merasa terganggu dengan obrolannya bersama kedua adiknya yang bisa dibilang dengan suara keras.

Teringat sebentar lagi adzan Maghrib, Jauzan lantas mencoba membangunkan Harsa dengan cara menepuk-nepuk pipi kanan Harsa pelan.

"Sa, bangun! Bentar lagi Maghrib."

Beberapa kali tepukan, Harsa tak kunjung membuka mata. Membuat Jauzan dengan ekstra sabar kembali menepuk pipi sang kembaran.

"Sa, bangun!"

Tak bangun juga, Jauzan menghela napas. Susah memang jika membangunkan Harsa dengan cara lembut.

"Sa!"

"Sama gue aja Bang!" seru Cakra saat Harsa tak kunjung bangun. Ia berjongkok tepat disebelah Harsa.

"BANG, BANGUN! DI DEPAN ADA CEWEK CANTIK NYARIIN LO!" pekik Cakra dengan suara lumba-lumbanya, membuat Juju dan Jauzan secara refleks menutup kedua telinga masing-masing.

"MANA, MANA?"

Harsa tiba-tiba saja terbangun dengan brutal, ia beranjak dari posisinya dan berjalan keluar dengan cepat, melupakan satu tangannya yang masih dipasangi gips.

Cakra dan Juju langsung tertawa terbahak-bahak saat melihat reaksi sang abang, sedangkan Jauzan hanya bisa menggelengkan kepala.

"Lo bohongin gue ya?" tanya Harsa yang sudah kembali masuk. Menatap Cakra tajam dengan mata setengah terbukanya.

"Emang," balas Cakra santai setelah meredakan tawanya.

Saat merasakan ngilu dibagian tangannya, Harsa tiba-tiba saja berteriak.

"ANJ-- TANGAN GUE!"

•••

Usai melaksanakan sholat Maghrib, keempat pemuda Abimana itu kembali berkumpul di ruang tengah. Kali ini, keempatnya terlihat fokus dengan gawai masing-masing.

"Susah anjir," gerutu Harsa kesal seraya melemparkan ponselnya tepat di dekat Jauzan dengan satu tangannya. Matanya menatap Juju yang sepertinya sedang asyik bermain game online.

"Zan!" panggilnya pada sang kembaran yang sedang menscroll akun media sosialnya.

"Kali ini, apa?" tanya Jauzan menatap Harsa dengan sabar.

"Pengen main game di hp," jawab Harsa bak seorang anak yang sedang mengadu pada ibunya sebab tak dibelikan apa-apa oleh ayahnya.

"Kalau mau main game, ya main."

"Pakai satu tangan susah Zan," ucapnya disertai rengekan. Membuat Jauzan merasa pusing sendiri dengan rengekan Harsa.

"Ya, terus gimana? Masa harus pakai tangan gue satu." Jauzan menaikkan satu alisnya.

"Gak tahu, gue juga bingung."

Cakra dan Juju yang sejak tadi menyimak pembicaraan keduanya saling melirik. Lagi-lagi, kelakuan tak biasa kedua abangnya membuat keduanya bingung. Apa efek di tinggalkan sehari di dalam rumah berdua, membuat keduanya bisa akur seperti itu. Kalau ya? Kenapa tak mereka coba sejak dulu cara itu?

Obrolan keduanya terus berlanjut, membuat Juju yang mendengar jika Harsa terus merengek pada Jauzan langsung berhenti memainkan ponselnya, ia menyimpan ponselnya di meja, lalu berdiri.

"Kemana Dek?" tanya Jauzan yang sadar dengan pergerakan si bungsu.

"Beli roti bakar di depan," jawab Juju. "Yuk, Bang!" ajaknya pada Cakra, membuat Cakra langsung ikut berdiri.

"Gue ikut!" seru Harsa langsung bergegas mendekati kedua adik kembarnya. Melupakan aksi merengeknya pada Jauzan yang langsung menghela napas lega, seolah terbebas dari suatu beban berat yang melingkupinya.

Tapi, bohong!

"Lo, ikut gak Zan?" tanya Harsa sebelum ia dan kedua adiknya keluar.

"Hm," jawab Jauzan.

Hingga kini, keempat pemuda Abimana itu berakhir di luar rumah, menunggu penjual roti bakar yang biasanya melewati rumah mereka.

"Kenapa Bang?" tanya Cakra saat merasakan senderan di bahunya.

"Nggak papa, gue butuh senderan aja."

Cakra mengangguk.

"Tangan lo, gimana sekarang? Masih sakit?" tanya Juju memperhatikan satu tangan Harsa yang terpasang gips.

"Ya masihlah, pakai nanya segala lo Dek," jawab Harsa berubah sewot.

"Hehe, gue kan basa-basi doang Bang!"

"Lah, gue ngelupain sesuatu," ucap Harsa tiba-tiba saja berdiri.

"Ngelupain apa?" tanya Cakra dan Juju serempak.

"Belanjaan gue masih di Bang Doni," jawab Harsa. "Gue ambil dulu lah." Harsa bergegas meninggalkan ketiga saudaranya.

"Kalian berdua tetep disini, takutnya tukang roti bakarnya lewat. Si Harsa, biar gue yang temenin," ucap Jauzan memberikan kedua adiknya perintah.

"Siap!"

••••

TBC

Sorry, kalau pendek dan tidak jelas. Nanti malem insyaAllah aku bakalan up lagi.

See ya!

[31/12/2023]

Our Home 2 [END] ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang