Book 4
Sekuel I'm not Stupid!
"Jika kamu mengetahui kekuatan penuh angka 3, 6 dan 9, maka kamu akan mengetahui rahasia semesta Magnesium High School." __Anarkali 2015.
Kalimat dalam buku teka-teki silang itulah yang menjadi pedoman Wira dalam menyel...
Jangan lupa vote, share, komennya setiap paragraf ya.
Vote, komen kalian sumber semangatku buat nulis 🙃 Ayo ramaikan di media sosial dan ajak teman-teman kalian untuk baca cerita ini.
Bersedia meramaikan cerita ini, kan?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tolong selalu ingat tiga logo di atas 👆
12. BINVS : PENCURI BUKU TTS
“Dunia ini kacau, kamu selalu butuh pegangan supaya tidak tersesat.” _Tsana
Pandangan Wira tak luput dari seorang siswi tomboi yang hari ini rambutnya digerai. Potongan rambutnya bergaya wolf cut sedikit panjang, membuatnya terkesan keren. Apalagi kini tangannya menari dengan lihai—melukis berbagai ilustrasi digital di atas tablet menggunakan stylus pen pemberian Wira sebagai properti bekerja sesuai kesepakatan mereka. Tsana sedang melukis ilustrasi komik milik adik Wira.
Merasa diperhatikan, Tsana pun menjadi gugup sampai permen pentol yang sejak tadi di mulutnya hendak jatuh. Kini ruang kelas hanya ada mereka berdua, sebab yang lainnya sedang menikmati jam istirahat. Percayalah, Tsana akan berani bersikap santai terhadap Wira jika ada orang ketiga atau teman-teman lainnya. Namun, jika hanya ia seorang diri berhadapan dengan Wira, rasanya canggung. Tsana selalu merasa rendah diri di hadapan Wira yang sangat ia segani.
“Na, sini deketan lagi. Gue mau lihat,” pinta Wira yang langsung dituruti oleh Tsana, meski gugup setengah mampus.
“Keren, nggak?” tanya Tsana memamerkan hasil lukisannya dengan bangga. Ia lakukan itu demi mengurangi rasa gugupnya.
“Selalu keren.”
Tsana terkekeh kaku mendengar Wira memujinya. Padahal, ia tahu kalau Wira tidak menatap hasil lukisannya, melainkan menatap wajah Tsana. Percayalah, rasanya tak nyaman berada di situasi seperti ini. Mata Wira tak mau beralih darinya.
“Mau ke UKS?” tanya Wira tiba-tiba.
“Ngapain?”
“Napas lo nggak beraturan. Suhu tubuh lo panas dingin. Demam?”
“Enggak.”
“Lo gugup dilihatin gue?” tebak Wira merasakan gerak-gerik Tsana yang tak bebas.
Laki-laki manis bertubuh tegap dengan wajah yang cukup bersih itu memberikan air mineral miliknya yang baru saja ia minum kepada Tsana. “Detak jantung lo keras banget bunyinya. Minum dulu, jangan sampai kehabisan oksigen kalau di samping gue,” ucapnya, membuat Tsana langsung tersedak saat sedang minum.
“Pelan-pelan minumnya.” Wira menepuk-nepuk punggung Tsana dengan pelan.
Di luar terdengar keributan luar biasa yang membuat mereka berdua terkejut. Dai berlarian dari arah utara menuju selatan sambil berteriak, “Woy! Jack di-bully.”
***
Suara tawa menggelegar murid-murid yang bergerombol di koridor kelas Prestasi itu membuat Wira dan Dai penasaran. Mereka kaget saat di tengah-tengah gerombolan tersebut ada salah seorang teman kelasnya yang sedang di-bully.
“Kenapa Jack bisa ada di sana? Ini nggak ada di skenario kehidupan sebelumnya,” ucap Wira.
“Alurnya cukup berubah. Tapi, fokus kita jangan sampai terpecah. Misi kita tetap menyelesaikan teka-teki silang dan mengubah akhir tragedi kebakaran itu,” sahut Dai berdiri di sampingnya.
“Jack katanya udah biasa jadi bahan bullying anak kelas Prestasi,” celetuk Alip di samping kiri Wira.
“Lihat grup angkatan.” Angkasa menginstruksi teman-temannya untuk membuka ponsel mereka masing-masing. Terpampanglah sebuah video berdurasi satu menit yang menampilkan Jack hanya menggunakan boxer, dengan atasan seragam SMP-nya. Siswa laki-laki itu sedang di-bully oleh teman-temannya saat SMP, sampai dihilangkan celana seragamnya. Dalam video tersebut Jack menangis kehilangan kacamatanya serta menahan malu.
“Anjir, ternyata udah dari dulu dia korban pembullyan? Ini siapa yang tega sebar videonya, njir!” Alip mulai heboh sendiri.
“Anak-anak kelas Prestasi tapi kelakuannya kayak, tai,” maki Dai saat melihat Jack sedang ditertawakan di tengah-tengah gerombolan itu. Dai segera menyingkir kala tiba-tiba ada seseorang yang menyempil berdiri di antara ia dan Wira. Siapa lagi kalau bukan Tsana yang telat datang. Siswi tomboi berkalung silver itu meraih ponsel Dai dan menyaksikan video pembullyan Jack saat masa SMP.
“Jangan dilihat, dia nggak pakai celana,” ucap Wira menutup kedua mata Tsana menggunakan telapak tangannya.
Namun, segera Tsana tepis. Ia bergegas menuju gerombolan anak kelas Prestasi yang sedang mengolok-olok Jack. Beberapa kali tubuh Jack di dorong ke sana-kemari sampai kacamatanya jatuh dan retak. Mereka menginjaknya tanpa perasaan. Jack yang kesulitan melihat, pun berjongkok meraba-raba lantai untuk mencari kacamata miliknya.
Tsana membelalakkan matanya saat Alifah menginjak tangan Jack menggunakan sepatu. Ia sontak mendorong tubuh Alifah untuk menjauh. “Kurang ajar lo!” pekik Tsana.
“Akh—” rintih Alifah hendak terjatuh.
Tsana dan Alifah saling tatap tak menyangka mereka akan berhadapan dengan perlakuan kasar. Pasalnya beberapa hari ini, hubungan mereka berdua cukup baik sebab tinggal satu kamar asrama.
“Siapa pun yang bully Jack, langsung aja berhadapan sama gue!” tantang Tsana dengan sangar. Namun, satu persatu dari mereka menjauh tak mau berurusan dengannya. Bukan rahasia lagi kalau murid MHS bernama Kai Tsana Kafabih ini pernah meraih kejuaraan Pencak Silat Tingkat Provinsi. Tsana juga satu-satunya siswa MHS yang berhasil menguasai teknik langkah Qing Gong.
Qing Gong sendiri merupakan seni bela diri Tiongkok yang melibatkan latihan melompat dari permukaan vertikal. Salah satu cara untuk berlatih Qing Gong adalah dengan berlari di jalan yang miring, kemudian secara bertahap meningkatkan kecuramannya hingga mencapai permukaan vertikal. Teknik ini sering kali disebut dengan teknik meringankan tubuh. Sehingga orang awam selalu beranggapan bahwa orang yang menguasai langkah Qing Gong itu bisa terbang. Bakat Tsana inilah mematahkan fakta bahwa murid-murid yang ditempatkan di kelas Stupid murni bodoh dan tak memiliki keterampilan apa pun.
“Tsana bantuin, Jack?” Wira kaget melihat perempuan yang ia anggap lebih dari teman itu membantu Jack bangkit dan melawan mereka yang berani menyakiti siswa culun itu.
“Mundur, Wir. Gue bilang apa waktu itu? Jangan suka sama Monkai,” ledek Dai.