抖阴社区

Bab X.

43 16 1
                                    

Catatan: Yang digaris bawahi dan italic diucapkan dalam bahasa Belanda.


┕━━━━━━━♔━━━━━━━┙


"Jangan lupa untuk bagikan pengalaman kamu yang paling berkesan di Night of Knights ke Instagram Ridders. Lima cerita yang paling menarik bakal ikut diterbitkan di newsletter van Ridders bulan depan. Saya Arina Chandani Rahmi, mewakili tim redaksi van Ridders Now! pamit undur diri. Sampai bertemu minggu depan!"

"Oke, cut!" Sarah memberikan aba-aba dan kamera pun berhenti merekam Arina di studio. "Good job, everyone! Agenda Night of Knights kita sudah tuntas. Minggu depan kita mulai rapat untuk resolusi tahun baru dan agenda baru."

Seisi ruangan bertepuk tangan, termasuk Arina. Mungkin tidak disadari oleh Arina sendiri, tetapi suasana hatinya sudah jauh membaik dibandingkan pasca malam acara dan beberapa hari sesudahnya. Arina masih bisa melihat sosok hantu Sander di televisi saat harus memonitor performanya sebagai seorang pembawa acara, tetapi rasa takutnya tidak lagi separah dulu, sebelum Arina tahu bahwa Sander bukan hantu yang akan menyakitinya.

Ponsel Arina bergetar di dalam saku celana, cepat-cepat ia merogohnya ke dalamnya dan melihat sebuah balon pesan muncul pada layar.

From. Vikal
Kita ketemuan di FH setelah matahari tenggelam. Nggak usah takut, semuanya bakal baik-baik saja. Jangan lupa makan.

"Arina," Sarah menghampiri, "nanti sore ikut kongkow bareng Humas di Dago, kan? Ngerayain kesuksesan tim kita, nih."

Arina tersenyum janggal, "maaf Sar, belum bisa ikut kalau sore ke malam ini. Udah ada janji."

"Yaaah, musti banget janjiannya hari ini? Padahal kamu wajahnya tim Humas selama mempromosikan acara, loh."

"Nanti kalau ada kesempatan, janji aku bakal ngundang tim Humas untuk kongkow yang ke-dua kali." Arina memamerkan gigi-giginya dan menepuk lengan Sarah pelan. Beruntung, Sarah adalah sosok yang cukup pengertian dengan kondisi Arina tanpa harus mempertanyakan banyak hal.

Sore itu ketika matahari sudah redup di bawah garis horizon, Vikal terlihat sedang berdiri sendirian di gerbang akses utama Fakultas Hukum. Seperti biasa, sosoknya akan selalu terlihat bersinar walau berada di bawah kegelapan langit senja.

"Udah makan?" Hal pertama yang Vikal tanyakan kepada Arina ketika tiba di destinasi.

"Udah. Kenapa sih, nanyain sudah makan atau belum terus?" Bibir Arina mengerucut.

"Kan saya udah bilang, kamu itu perantara hantu. Harus punya energi." Vikal menekankan, kemudian langsung mengajak Arina masuk ke dalam gedung kuno ala Belanda yang tidak lagi asing bagi Arina sekarang.

Namun, gedung utama Fakultas Hukum terlihat lebih menyeramkan ketika malam hari dibandingkan beberapa waktu silam ketika Arina mengunjunginya untuk mewawancarai mahasiswa. Terlalu sedikit sumber cahaya, terlalu sunyi, terlalu mematikan bagi Arina yang sebenarnya seorang penakut.

Di depan Arina, Vikal berjalan dengan penuh percaya diri menembus kegelapan, bagaikan tidak memiliki rasa takut setitik pun. Yang bisa Arina lakukan hanya pura-pura menjadi berani dan sebisa mungkin tidak melangkah terlalu jauh dari Vikal.

Mereka tiba di hadapan sebuah pintu kayu yang cukup megah. Vikal mengeluarkan sebuah kunci dari dalam saku celananya, kemudian membuka pintu tersebut.

Kedua mata Arina membulat ketika melihat seisi ruangan tersebut. "Ini... ruang sidang?" Mulutnya menganga.

To Be: Rebound ?? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang