抖阴社区

Bab XVII.

32 14 0
                                    

Usai perjalanan yang cukup panjang dan pertempuran dengan kemacetan, mereka berhasil memasuki sebuah gang yang tidak terlalu kecil, tetapi terlalu sempit untuk dimasuki dua mobil sekaligus. Pada titik tertentu, Arina merasa lebih khawatir bahwa mobil Vikal akan lecet karena tersenggol oleh kendaraan lain atau tembok yang begitu mepet.

Menembus jauh ke dalam gang tersebut, mereka menemukan sebuah pemukiman warga yang ternyata cukup luas, bahkan terdapat beberapa tanah kosong pada setiap lima meter. Gang yang sempit ternyata hanya merupakan pemisah antara sebuah area pedesaan dan hiruk pikuk kendaraan di jalan raya. Namun, tonggak mereka adalah bagian belakang rumah sakit.

Dari jalan pedesaan, mereka dapat melihat gedung rumah sakit yang menjulang tinggi, hanya dengan cara itulah Vikal menentukan tujuannya. Setelah bersusah payah menyusuri jalanan tikus dan berpuluh-puluh belokan, mobil pun harus berhenti karena jalan yang buntu.

Jalan itu bukan hanya sekedar buntu. Di atas tanah yang luas berdiri lima rumah yang panggung tradisional yang dibangun dalam bentuk setengah lingkaran, dengan rumah yang berada di tengah memiliki ukuran paling besar. Setiap unit rumah memiliki bagian yang rusak, beberapa di antaranya sudah dipenuhi oleh akar-akar yang merambat liar dan juga lumut hingga menyebabkan kekhawatiran bahwa satu sentuhan pun dapat merobohkan seluruh rumah.

Di belakang rumah-rumah tersebut adalah pepohonan yang rindang, tetapi seluruh kawasan yang dibatasi oleh semak-semak liar tersebut tampak berantakan dan terbengkalai.

Vikal, Arina, dan Aldo turun dari mobil, kemudian mendongak ke atas untuk melihat sisi belakang dari gedung rumah sakit.

"Menurut Google maps, ini rumahnya, kak." Celetuk Aldo.

"Nggak ada orang sama sekali di sini. Tetangga juga nggak ada." Lanjut Vikal.

Mereka pun menjelajahi rumah-rumah tersebut dari luar, dengan harapan akan mendapatkan petunjuk seperti yang berhasil mereka temukan di situs peninggalan rumah Abimanyu di barat. Namun, kali ini hanya isi rumah-rumah yang kosong, tanah yang ditumbuhi oleh tanaman liar beserta parasitnya, tidak ada petunjuk yang menyebutkan nama Adji Putih di mana pun.

"Mungkin keluarga Adji Putih udah keluar dari rumah ini dari zaman dulu?" Tanya Arina sambil berkeliling.

"Tapi biar begitu, seenggaknya harus ada sesuatu yang nunjukkin bahwa rumah-rumah ini pernah jadi milik Adji Putih." Vikal bersikeras.

Mendengar jawaban tersebut, Arina pun memberanikan diri untuk membuka kamera ponsel dan bercermin, sekaligus menemui sosok Sander yang semakin terlihat seperti mayat dibandingkan biasanya. Melihat kondisi yang tidak biasa itu, Arina merasa terkejut, tetapi tidak langsung bertanya.

"Sander, apa benar rumah ini pernah jadi milik Adji Putih?"

"Benar, tapi... sepertinya ada yang tidak beres di rumah ini." Ucap Sander.

"Ada yang nggak beres?" Sengaja Arina mengencangkan suaranya agar terdengar oleh Vikal. Seketika Vikal menghentikan kakinya dan menatap Arina dengan gusar. "Apa yang nggak beres?"

"Seperti ada sesuatu yang hilang di sini. Orang tua, anak-anak, mereka semua tidak pernah meninggalkan tempat ini, tetapi mereka hilang begitu saja..." Getaran pada nada bicara Sander mengindikasikan sebuah perbedaan yang begitu signifikan.

Arina menelan ludah. "K-kapan... kapan terakhir kali kamu datang ke sini... atau mengunjungi Adji Putih?"

"Pada malam setelah ketiga ksatria diresmikan sebagai mahasiswa pertama di van Ridders, kami sempat makan malam bersama di rumah ini dan saya singgah selama dua malam untuk mengajarkan Adji Putih bahasa Belanda karena dia harus mengerti banyak istilah medis untuk mengobati militer Belanda. Keluarga Adji Putih sangat rendah hati dan jauh dari kata suka berfoya-foya. Mereka adalah keluarga yang sangat intelijen, tetapi tidak arogan dan tulus dalam merawat siapapun."

To Be: Rebound ?? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang