抖阴社区

                                    

"Ruang peradilan semu, untuk simulasi proses peradilan mahasiswa." Vikal menjawab santai. Ia pun mempersilakan Arina untuk masuk dan membiarkan pintu terbuka dan menutup pintu rapat-rapat. Saklar lampu dinyalakan, menjadikan ruangan tersebut satu-satunya yang menyala di dalam gedung.

Susunannya dibentuk sedemikian rupa hingga terlihat seperti ruang sidang sungguhan; dengan meja hakim yang berwarna hijau, kursi saksi, meja penasihat hukum dan penuntut, pengunjung sidang, bahkan sampai bendera dan lambang negara.

Arina pikir, ruangan itu terlalu besar dan nyata untuk sekedar dijadikan ruang peradilan semu.

"Kamu bisa duduk di kursi hakim, nggak masalah." Tutur Vikal sambil berjalan mondar-mandir. Mengikuti ucapan Vikal, Arina pun malu-malu membiarkan dirinya duduk di salah satu dari empat kursi hakim yang berjajar.

Setelah itu, Vikal keluar dari 'pintu rahasia' dengan sebuah buku tebal di dalam dekapan.

"Apa itu?"

"Buku sejarah van Ridders dan alumni-alumninya. Buku ini cuma ada tiga, di FH, di FK[12], dan di Fakultas Teknik. Katanya cuma bisa diakses sama rektor atau keluarga pendiri." Vikal meletakkan buku usang nan antik itu di depan Arina. Sementara Arina duduk, Vikal memutuskan untuk tetap berdiri di samping Arina agar lebih mudah dalam membolak-balik halaman.

"Kenapa begitu? Memangnya buku ini semacam... sakral?" Tanya Arina.

"Mhm."

"Lha... terus ini kamu—"

Vikal menoleh ke arah Arina. "Kalau nggak begini, kita nggak akan bisa nyari tahu soal masa lalu Sander."

Ada benarnya juga. Berbeda jauh dengan Vikal yang cuek, Arina justru merasa was-was karena menyentuh sesuatu yang seharusnya tidak diperkenankan kepada mereka.

Buku dan seisinya ditulis dalam bahasa Belanda, tetapi Vikal—sebagai murid berprestasi dan sosok yang memiliki hubungan langsung dengan kasus Sander—untungnya dapat menerjemahkan beberapa kata dan istilah tanpa kesulitan.

Halaman pertama, kedua, ketiga, Arina masih menyimak. Di halaman ke-10, 11, 12 Arina mulai disuguhi oleh nama-nama pendiri, kemudian sejarah universitas yang sangat panjang. Halaman 155, baru lah mereka menemukan daftar data diri alumni sivitas yang keterlaluan panjangnya. Vikal sempat memamerkan nama Gentala Abimanyu dan Ramona Haryani, orang tuanya yang tidak hanya membawa nama van Ridders menjulang sebagai lulusan jurusan hukum terbaik, melainkan juga sebagai donatur tetap universitas.

Lebih dari 300 nama di tiga halaman pertama, cukup untuk membuat keduanya pusing ketika membaca. Nomor 322 menyebutkan nama Sander de Graaf.

"Huh?!" Keduanya menyipitkan mata. "Kok tanggal lahir, kematian, dan riwayat hidupnya onbekende[13] semua?" Vikal memiringkan kepala. Yang tercatat hanya nama,

Baru lah beberapa saat kemudian, suatu ide muncul di kepala Arina. Ponselnya dikeluarkan dan Arina segera membuka aplikasi kamera yang menangkap bayangan dirinya sendiri serta Vikal di layar.

Kali ini, Sander muncul tepat di belakang Arina, seperti hal 'normalnya' pada saat Arina sedang bercermin.

"Kamu memanggil saya, Arina?" Tanya Sander dengan tenang.

"Sander!" Arina langsung memekik. "Nama kamu Sander de Graaf?!"

"Betul, Arina." Sander nampaknya senang begitu Arina menyerukan namanya.

"Kenapa data kamu hilang semua di buku ini?!"

"Saya pun... tidak paham, Arina. Mungkin saya memang tidak diinginkan di dalam buku itu." Jawab Sander, suaranya sedikit bergema di dalam ruangan.

"Tidak diinginkan?" Vikal dan Arina langsung bertukar pandang.

"Sebentar—" Arina sontak menghadap ke arah Vikal. "Kamu bisa pinjamin kekuatan kamu kayak waktu itu? Kirim aku ke masa lalu?"

"Saya udah bilang, kamu nggak harus pergi ke masa lalu, Rin. Kita bisa coba cari petunjuk dari buku ini." Vikal bersikeras.

"Nggak akan ketemu! Terlalu lama karena bukunya aja setebal ini. Emang kamu mau bermalam di sini?!" Jawaban Arina terdengar cukup menohok bagi Vikal.

Telapak tangan Vikal pun dikepalkan. "Kamu yakin?"

Arina mengangguk, walaupun pada kenyataannya dia juga setengah yakin.

Awalnya Vikal memang merasakan ragu, tetapi kini Arina sudah berkomitmen untuk mematahkan kutukan Sander, maka tidak ada alasan bagi Vikal untuk beraksi setengah-setengah.

Vikal akhirnya membuka telapak tangan. "Seandainya ada yang nggak bisa kamu lihat atau cerna, langsung kembali ke sini." Tegasnya.

Arina pun meng-iya-kan pesan tersebut dan langsung meletakkan tangannya di atas telapak milik Vikal. Genggaman tangan kini diperkuat dan Arina mulai merasakan lagi percikan aliran listrik di dalam tubuh. Pandangannya menjadi buram selama beberapa detik, setelah itu pulih dengan sendirinya, tetapi kali ini ada yang berbeda.

Ruang peradilan semu masih memiliki bentuk yang sama, hanya saja dengan nuansa yang lebih tua dan suram.

Di samping Arina berdiri seorang tentara Belanda yang membawa senapan, di lencana seragamnya tercetak tiga bintang. Di hadapan Arina kini berdiri tiga orang laki-laki—orang Indonesia—dengan gaya pakaian yang tradisional, tetapi sangat sopan dan bersih. Tidak ada indikasi bahwa ketiga orang tersebut akan dieksekusi.

Tiga orang, masing-masing merepresentasikan tiga fakultas pertama di Universitaet van Ridders, Arina menebak.

"Kalian adalah murid-murid pribumi pertama yang mendapatkan kehormatan untuk menimba ilmu di sini, menjadi masyarakat kelas pertama. Oleh karena itu, jangan sia-siakan anugerah begitu besar yang sudah diberikan kepada kalian oleh kerajaan kami. Kalian bertiga sudah mengetahui mengetahui kesalahan Sander. Dia berkhianat kepada saya dan mencuri sesuatu yang berharga dari saya."

"Baik." Ketiga orang itu menundukkan kepala, tetapi berbicara layaknya mereka mengerti apa yang baru saja dikatakan oleh si tentara.

"Jika kalian berhasil membawa Sander dari persembunyiannya, maka kalian akan mendapatkan tempat yang baik di sini. Tiga ksatria pribumi yang membangun van Ridders." Suara si tentara membahana, membuat Arina harus menutup telinganya tanpa disadari.

Walaupun terlihat submisif, ketiganya masih bisa menunjukkan sisi sikap yang tegas dan penuh wibawa di hadapan sang prajurit. Tidak salah lagi, tiga orang tersebut seharusnya menjadi tiga figur yang membangun Universitaet van Ridders 200 tahun silam. Arina hanya tidak menyangka bahwa wajah mereka jauh lebih muda dan perawakan mereka terlihat lebih kecil daripada yang sering ia lihat di foto-foto bersejarah.

"Abimanyu akan pergi ke barat, Adji Putih akan pergi ke selatan, sedangkan Tanubaya akan pergi ke timur. Kalian memiliki waktu tiga malam untuk menemukan de Graaf dan masing-masing dari kalian akan mencari Sander de Graaf dengan bantuan kekuatan militer Belanda. Begitu de Graaf ditemukan, semuanya harus kembali ke tempat ini."


┕━━━━━━━♔━━━━━━━┙


[12] Fakultas Kedokteran
[13] bahasa Belanda = tidak diketahui

To Be: Rebound ?? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang