Selamat Membaca...
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Sudah sebulan ketiga perwira muda itu dirawat di Argantara Hospital. Mereka bertiga telah melewati masa kritisnya, kabar mereka dirawat juga telah sampai ke Jenderal Abimana dan ke tim 404 delta.
Saat ini, seorang dokter muda nan cantik dan sempurna setia merawat seorang letnan yang terbaring di brankar kamarnya.
"Kapan kamu akan sadar gito. Aku rindu denganmu, aku selalu menunggumu disini. Ku mohon sadarlah gito." Monolog sang dokter sambil memegang tangan gito.
"Ci shani, ayo kita sarapan dulu." Ajak temannya.
Ya dokter yang setia merawat gito itu adalah shani, setiap harinya dia selalu di sisi gito. Dia tidak melawatkan sehari pun untuk merawat pujaan hatinya.
"Tidak anin, aku tidak lapar. Kalian sarapanlah duluan, aku masih ingin disini menunggu dia sadar." Ucap shani yang tidak mau beranjak dari kamar rawat gito.
"Shani, biar bunda saja yang menggantikan kamu disini nak. Kamu pergilah sarapan dulu." Ucap bunda indah dengan lembut.
Indah pagi itu baru selesai dengan operasinya mulai tadi malam, dia tidak pulang melainkan bertahan disana merawat sang anak.
Mendengar penuturan lembut dari indah, shani tidak bisa menolak ajakan anin tadi.
"Baik bunda." Balas shani.
Shani pun pergi keluar dan ikut sarapan pagi bersama anin. Di kantin sudah menunggu gita, eli, sisca, chika dan feni. Mereka bertujuh hari itu tidak pulang, mereka disana bergantian menjaga ketiga pasien.
Jessi sekarang ikut bersama gita dkk, indah meminta gita dkk untuk berteman dengan jessi. Yaps, mereka tidak menolak permintaan seorang indah. Dan mereka juga mau berteman dengan jessi tanpa ada paksaan.
"Pagi semuanya." Sapa anin dan shani.
"Pagi ci/nin." Balas mereka semua bersamaan.
"Bagaimana perkembangan gito ci?" Tanya feni.
"Masih sama mpen, gito sudah melewati masa kritisnya tapi dia belum sadarkan diri." Ucap shani sambil duduk disebelah gita dan jessi.
"Sabar ya ci, bang gito pasti sadar kok. Mungkin belum waktunya." Ucap gita sambil mengelus bahu shani.
"Iya git." Balas shani tersenyum.
"Oh iya, kalian gak ada lihat sebulan ini anggota timnya gito datang berkunjung kesini?" Tanya sisca.
"Gak ada sih phi, tapi kalau jenderal mereka baru ada ku lihat. Dia bertemu juga dengan bunda." Ucap gita sambil memakan makanannya.
Disini feni mereka memanggilnya mpen/mben, sedangkan sisca dipanggil phi sisca. Itu sudah melekat pada mereka berdua sejak dulu.
"Anehkan, masa komandan regu mereka dirawat disini. Tapi mereka gak ada yang hadir satu orang pun." Ucap eli.
"Mereka bukan gak datang li, tapi dari yang ku dengar saat bunda ngobrol sama jenderal mereka. Anggota timnya lagi dikirim tugas ke lebanon dan mungkin akan pulang bulan depan paling lama." Jelas gita dan dianggukin mereka semua.
Saat mereka sedang ngobrol, datanglah kathrin dengan seorang lelaki yang gita pun gak kenal.
"Assalamu'alaikum." Sapa kathrin.
"Wa'alaikumsalam." Jawab mereka bersamaan.
"Kalian sudah lama disini?" Tanya kathrin.
"Gak terlalu lama kok tin." Balas anin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Sang Prajurit (END)
General FictionIni hanya sebuah fiksi dan jangan sangkut pautkan kepada real life. Selamat membaca. Jangan lupa untuk votenya.