Dengan tergopoh lelaki itu keluar dari kamar mandi, ruangan tampak sepi, setidaknya itu yang Julian lihat sebelum ia membuka pintu. Karena rupanya masih ada dua bodyguard yang berjaga di depan pintu. Berbalik badan menyadari pintu terbuka, mereka terlihat kaget melihat keberadaan Julian yang penuh darah.
Pada saat itu juga seseorang memukul tengkuk dua orang tersebut menggunakan tongkat besi, mereka langsung tersungkur tak sadarkan diri.
Lee menatap Julian dengan tangan gemetar, matanya merah berkaca lalu tak berselang lama lelehan air mata jatuh dari atas kantung matanya.
"Tuan, anda baik-baik saja? Saya pikir anda tidak bisa lolos dari mereka. Maaf saya tidak bisa menolong anda saat di dalam tadi," ucap Lee.
Julian masih cengo, pikirannya kosong. Lee lari kepada Julian, menarik tangan lelaki itu mengajaknya segera pergi dari kediaman Andreas.
Setelah agak tenang, Julian menoleh lelaki di sampingnya yang sedang fokus mengendarai mobil.
"Kamu mau bawa saya ke mana?"
"Ke tempat yang aman, yang tak terjangkau oleh Tuan Tomas. Nyawa anda dalam bahaya."
"Tidak mungkin Tomas tidak memiliki CCTV di rumahnya, pasti dia juga akan melihat kamu membawa saya pergi."
Meneguk saliva, beberapa detik kemudian Lee menoleh Julian dengan senyum hangat. Tidak, Lee sedang tidak baik-baik saja. Gurat raut takut dan cemas terlihat jelas di wajahnya.
"Kini nyawamu dalam bahaya juga."
"Tak apa, Tuan."
"Kenapa kamu melakukan semua ini? Hanya karena saya telah memberi kamu uang hari itu? Uang yang saya beri tidak sepadan kau tukar dengan nyawamu."
"Ada alasan lain."
Julian menatap Lee kian lekat, menunggu lelaki itu melanjutkan jawabannya. Tiba-tiba mobil berhenti, mereka sampai di depan rumah sederhana pada sebuah pedesaan. Julian yakin itu rumah Lee.
Perlahan Lee menoleh Julian. "Saya tahu ini melanggar norma dan anda akan jijik mendengarnya."
"Saya ... menyukai anda."
"Jangan bercanda," kekeh Julian.
"Saya kagum terhadap kerja keras anda."
Ekspresi Julian berubah datar, ditatapnya Lee dengan marah. Benar, Julian merinding jijik setelah mendengar pengakuan Lee.
Turun dari mobil langsung membuka pintu kemudi, Julian menarik kasar kerah kemeja Lee, memaksa lelaki itu keluar dari mobil. Faktor malam hari serta jarak satu rumah ke rumah yang lain lumayan jauh, tak ada yang tahu bahwa Julian sedang memukuli Lee.
Membungkuk mencengkeram kerah baju Lee seraya membenturkan punggung lelaki itu ke ban mobil, Julian yang hendak melayangkan pukulan untuk ke sekian kali mengurungkan niat saat Lee buka suara.
"Saya sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini," ucap lelaki yang tepi bibirnya terluka itu. "Tuan boleh memukuli saya sampai rasa bersalah Tuan tersalurkan, tapi bagi saya semua yang telah terjadi bukan kesalahan anda."
"Lo gatau apa-apa tentang gue, gay bangsat!"
Dengan lemas Lee mengulas senyum tipis menanggapi perkataan pedas Julian.
"Harusnya lo gabilang soal perasaan anjing lo itu!" bentak Julian. "Minggir lo dari mobil gue, gue bisa cari tempat aman gue sendiri."
Kembali berdiri, Julian menendang tubuh Lee agar menjauh dari mobilnya.
"Saya hanya berusaha jujur, jika Tuan membenci saya karena kejujuran itu, saya rasa terlihat konyol. Saya tidak mengharapkan balasan atas perasaan saya. Lagipula rasa suka ini timbul karena kekaguman," papar Lee menghentikan Julian membuka pintu mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days With Julian
Romance[Sequel of SHEZA] ?18+ Obsesi membuat Julian menggila, kemudian nekat menculik Sheza. Tujuh hari menjadi waktu penetapan lamanya ia menculik sang pujaan hati. Tentu aksi penculikan itu membuat Sheza kian benci terhadap Julian. Namun kita tahu sifat...