BRAK!!!
Menutup pintu kasar, Sheza langsung terjun ke atas ranjang dalam posisi tengkurap membenamkan wajah pada bantal dalam-dalam pun kakinya mengepak-ngepak gemas.
Tengkuk terasa panas dingin, jantung pun berdentum hebat seolah mau copot.
"Cium sampe pingsan? Kenapa hati gue receh banget, sih, cuma digombalin begitu doang? Ah elahh."
"Harusnya gue ilfeel, itu bentuk pelecehan verbal gak, sih? Dasar, Pak Tua!"
Bermonolog gadis itu merutuki reaksinya saat digoda Julian tadi. Tidak. Sheza tidak boleh terlihat seperti ini, dia bukan cewek gampangan yang mudah digoda oleh Om-Om mesum seperti Julian.
Segera Sheza melangkah cepat ke arah pintu, begitu mau memutar gagang, niatnya terurungkan. Dia tekan dadanya yang terus bergejolak.
"Sheza, lo kenapa, sih?! Sebelumnya lo gak pernah begini, loh, sama Julian!"
Gadis itu merosot memegangi lutut lemas, jongkok di depan pintu memegangi kepala berusaha menetralisir degup jantung.
Baiklah Sheza sudah mengumpulkan kekuatan, langsung saja ia buka pintu kamar melangkah tegap menuju dapur. Raut wajahnya semaksimal mungkin berusaha biasa saja.
Dia lihat Julian sedang mengelap mangkok di sana. Julian menoleh, mereka sempat kontak mata dan seketika Sheza berpaling. Salah, harusnya bukan reaksi itu yang ia berikan. Secepat kilat ia kembali membalas tatapan Julian dengan tajam. Lelaki itu mengerutkan kening, seperti mau dilabrak oleh Sheza.
"Apa?" tanya gadis itu jutek.
"Apanya?" balas Julian lembut.
"Apa liat-liat?"
"Iya ini gak liat." Lelaki itu menurunkan wajahnya kembali fokus pada mangkok.
"She?"
"Apa?!"
"Biasa aja dong," kekeh Julian.
Sheza menggidikkan kepala baru sadar sepertinya ia terlalu galak.
"Kenapa?" Nadanya menurun.
"Tolong cicipin sup di panci, barangkali terlalu asin atau semacamnya."
"Iyaa."
Menuju panci di atas kompor, Sheza menyahut sendok dari rak, dia cicip kuah sup buatan Julian. Tanpa sadar Sheza memejamkan mata saking menikmati sup lezat itu.
"Udah pas kok."
"Wortelnya udah empuk?"
"Bentar aku cobain."
Menyendok sepotong wortel, Sheza tiup benar-benar, lalu melahapnya, baru satu kunyahan Sheza mendongak dengan mulut terbuka meniupkan hawa panas di mulutnya. Dia lempar sendok di tangan seraya lompat-lompat kecil.
Panik bukan main, Julian meninggalkan aktivitasnya kemudian lari kencang kepada Sheza. Lelaki itu mengadahkan tangannya ke bawah dagu sang gadis.
"Lepehin ke sini!" suruh Julian.
Wortel bersama tetesan air liur Sheza jatuh ke dalam tangan Julian, tak ada ekspresi jijik lelaki itu langsung membuangnya ke kotak sampah lantas mencuci tangan. Dia ambil segelas air untuk Sheza.
"Mau debus kah? Harusnya kamu tiup dulu."
"Udah, Lian!"
"Tiup yang lama."
"Siapa, sih, orang waras yang mau mulutnya melepuh?"
"Mulut kamu melepuh?" panik Julian segera membuka bibir bawah Sheza dengan ibu jarinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days With Julian
Romance[Sequel of SHEZA] ?18+ Obsesi membuat Julian menggila, kemudian nekat menculik Sheza. Tujuh hari menjadi waktu penetapan lamanya ia menculik sang pujaan hati. Tentu aksi penculikan itu membuat Sheza kian benci terhadap Julian. Namun kita tahu sifat...