抖阴社区

45 - Hari Pembalasan

13.4K 745 213
                                    

"Aku tidak bisa menemukan tasmu, tinggalkan saja di sini dan pergilah," sahut Julian berjalan cepat meraih dua koper Sheza menggiring perempuan itu keluar dari ambang pintu.

"Lian?"

"Jangan buang-buang waktu Sheza."

Terpaksa perempuan itu melangkahkan kakinya menuju mobil hitam di depan pagar sana. Dari belakang pula salah seorang bodyguard Tomas mengikuti Julian seraya menodongkan pistol ke punggung lelaki itu berjaga andai Julian berusaha melarikan diri.

Memasukkan barang-barang kekasihnya ke dalam bagasi, lalu ia bukakan pintu penumpang untuk perempuannya. Perih sekali jantung Sheza kala Julian mengecup keningnya sebelum ia masuk mobil.

"Masuklah," suruh Julian menyunggingkan senyuman.

Menilik ke arah lelaki di balik tubuh Julian, napas Sheza memberat, sesak, dan sakit di ulu hati.

"Tak apa, nanti kita bertemu lagi," ungkap Julian menekan lembut puncak kepala Sheza masuk ke mobil.

"Tepati janjimu, Julian!" seru Sheza luruh sudah tangisnya ketika lelaki itu menutup pintunya.

Mobil melaju kencang membawa Sheza pergi. Lewat kaca tengah sopir di depan sana melirik ke belakang mengamati Sheza sesaat. Dia buka topi dan masker yang sejak tadi menutupi wajah.

"Saya Juan, diutus Pak Johan untuk mengantar Anda pulang dengan selamat. Tak perlu cemas, Pak Johan sudah bertindak untuk Tuan Julian," ungkap lelaki di depan kemudi itu.

***

Brugh

Tubuh Julian tersungkur begitu Tomas menendang punggungnya kuat, lelaki itu didudukkan sofa dengan tangan dan kaki diikat kencang.

"Firasat saya tak pernah meleset. Bersyukur si bodoh itu berhasil melarikan diri tepat waktu. Namun tetap saja setelah saya menangani kamu, si brengsek Juan itu akan berakhir sama seperti pacar gay sialanmu itu, haha!" ungkap Tomas tertawa lepas.

"B-bagaimana bisa Anda menemukan saya?"

Julian yakin betul bahwa ia telah membuang GPS di lengannya hari itu.

"Kau sungguh mempercayai Juan?"

"Dia tidak tau alamat saya, berhenti membual!" sentaknya.

Tomas kembali tertawa sembari bertolak pinggang. "Benar juga, kamu tidak sebodoh itu untuk berbagi alamat dengan orang seperti Juan."

"Baiklah ... biar saya jelaskan bagaimana saya bisa menemukanmu."

Melangkah semakin dekat ke arah Julian lantas lelaki paruh baya itu mengeluarkan belati dari saku jas hitam yang ia pakai. Dia tarik kaos Julian sampai sobek, menampakkan tubuh polos anak angkatnya tersebut.

"Sssshhhh!" Julian meringis nyeri giginya menggerat rapat dengan kepala mendongak tinggi begitu Tomas mengiris lengannya perlahan-lahan.

Dia masukkan jari telunjuknya bulat-bulat menembus robekan di lengan Julian, meraba daging terbuka itu seperti mencari sesuatu. Tak tahan Julian merintih sakit, Tomas mencongkel benda kecil dari dalam luka tersebut sambil tertawa kecil.

"Kau memang pintar, tapi saya jauh lebih cerdas." Tomas menunjukkan chip GPS berukuran amat kecil itu di depan mata Julian.

"Saya robek bekas jahitan di lenganmu dan menanamkan chip ini di sana, lalu membuat robekan baru untuk mengecohmu. Benar saja, kamu sungguh tertipu membuang chip mati dan membiarkan yang aktif terus tertanam di tubuhmu."

"Brengsek!" umpat Julian memberontak sekuat tenaga bersama darah yang terus mengalir dari lengannya.

"Jaga mulutmu! Nyawamu ada di tangan saya!" sentak Tomas meletakkan ujung belati di bawah dagu Julian.

7 Days With JulianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang