ORACLE
Lazy_Monkey|||
Vote & komen
------------------------------🌹----------------------------
“Mau keluar sekarang?” Kedua mata Taeyeon beralih dari buku menoleh pada Jennie yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, berganti pakaian lebih santai. Hari sudah beranjak malam dan ketiganya telah berada di dalam asrama gadis itu hampir separuh waktu. Tiffany baru mengabarkan pada Taeyeon bahwa ayahnya sudah tiba dan menunggu mereka di ruang ketua yayasan.
“Ya, boleh. Tapi, aku ingin pergi ke kantin juga sebentar untuk membeli minuman.” Jennie mengurai rambutnya santai tanpa ada minat untuk menggoda. Namun, kedua mata Taeyeon entah mengapa tak bisa terlepas dari sana. “Aku juga ingin bertemu dengan Niki dan Daehwi, mereka berdua pasti takut berbicara denganku sekarang. Aku mencoba menghubungi mereka tapi, tidak dijawab. Kami sudah jarang bersama.” keluh Jennie sedih.
Kelas normal akademik belum sepenuhnya dimulai. Terkecuali kelas bakat yang sudah diisi beberapa mahasiswa baru. Hampir seminggu terlewat Jennie hanya mengunjungi kelas seni lukis untuk mendaftarkan nama lalu melakukan perkenalan. Itu adalah kelas utama yang dia ambil selain kelas sampingan lain seperti akademik dan sejarah. Karena kesibukkan yang lamban ini, Jennie jadi jarang bertemu dengan Niki maupun Daehwi yang telah memulai kelas vocal terlebih dulu. Mereka hanya menyempatkan waktu untuk makan siang bersama, tentunya dengan teman-teman baru yang membuat kedua orang itu agak segan banyak bicara di atas meja. Terkadang pula, keduanya benar-benar sibuk mengikuti kelas hingga Jennie hanya ditemani ke delapan penjaga.
Jennie merindukan mereka, dua orang yang seharusnya tahu lebih dulu siapa dirinya sedari kemarin. Apalagi Niki, satu-satunya sahabat Jennie, harus melihat dengan kedua mata kepala sendiri tanpa diberitahu. Terakhir kali saat makan bersama yang kacau balau siang tadi, sikap Niki maupun Daehwi jelas berubah. Ketika mereka sadar Jennie siapa, Niki tampak ketakutan dan segan. Jennie tak mau sahabat baiknya itu melihatnya dengan tatapan berbeda.
“Bukankah Niki dan Daehwi tidak tinggal di asrama?” Kim Jisoo mengangkat kepala sedikit, tengah bermalasan di atas sofa sambil bermain ponsel. Lalu kedua matanya menatap lekat pada Jennie, mengamati dari atas ke bawah.
“Dari mana kamu tahu?” Satu alis Jennie terangkat. Sahabatnya jelas berbeda dari anak-anak ini, bukan Jennie bermaksud membandingkan. Sedari awal Niki maupun Daehwi berusaha keras untuk menjauh dari masalah seperti mereka.
“Tentu saja, Niki yang bercerita.”
Kim Jisoo bangkit perlahan duduk tegak. Kedua matanya ikut mengamati pakaian Jennie dari atas ke bawah. Jisoo yang cantik dan selalu disebut seperti dewi tak pernah iri pada gadis lainnya, karena dia tahu, selain Irene Bae. Keduanya adalah visual di sekolah terdahulu bahkan diangkatan mereka sekarang. Dia bahkan tidak pernah tertarik melihat gadis lain selain Wendy Claire sebelum ini. Karena Wendy selalu terlihat manis dan keren. Kim Jisoo yakin betul, dia hanya menyukai Wendy selama ini.
Tetapi, melihat Jennie hanya dalam balutan pakaian santai. Celana khaki berwarna cream dengan kaos crop top lengan panjang hitam yang menampilkan perut. Rambutnya yang terurai sesekali disisir sedemikian rupa dengan jemari ketika dia berbicara, bukan untuk menggoda namun, berhasil membuat siapa saja yang melihatnya begitu tergoda dan ingin merengkuh tubuh kecilnya ke dalam pelukan saking gemas. Pipi gembul gadis itu menambahkan kesan imut dan manis. Bahkan ketika Jennie tidak tersenyum, mata kucingnya yang tajam justru membawa pesona tak biasa. Kim Jisoo hampir merasa bahwa cantik dan manis saja tidak cukup, bagaimana bisa sosok ini begitu membuatnya tertarik?

KAMU SEDANG MEMBACA
ORACLE
FantasyΔελφο? [Orakel] : Oracle Seumur hidupnya, ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan mereka. Percaya bahwa itu hanyalah mitologi semata, juga fakta tentang siapa dia yang sebenarnya. "Aku melihatmu, jauh sebelum kamu menyadari keberadaanku." Start...