抖阴社区

26. Demi Oracle

Mulai dari awal
                                    

Lalisa hanya menutup mata, pasrah jika dia diserang tanpa perlawanan. Lalisa tidak begitu jahat untuk menghancurkan temannya sendiri, terlebih mantan kekasihnya sendiri. Meskipun, dari semua anak-anak itu. Dia adalah yang terkuat. Lalisa tidak mau. Lalisa sadar, dirinya salah. Dalam ketidaktahuan yang tiba-tiba, Lalisa melakukan sesuatu yang sebetulnya Lalisa sendiri tidak akan berani. Itu hanya omong kosong saat Lalisa membalas kata-kata Seulgi ketika dia ingin mendekati Jennie. Lalisa hanya berniat membuat hati Seulgi panas, lagipula Lalisa tak bisa mendekati Jennie jika si Oracle tidak memanggil.

Jaringan es meluncur begitu cepat, kembali membentuk jaringan tipis yang mekar siap menancap ke wajah Lalisa Manoban. Tiba-tiba es tersebut berubah menjadi air dan jatuh ke lantai. Rembesan merah yang tersebar menghantarkan bau anyir darah.

Irene mengerutkan dahi, dia telah mempelajari teknik ini cukup lama. Menyatukan es dengan darah, mengeluarkan kekuatan dari inti yang dia punya. Itu memang belum sempurna namun, untuk menyerang seseorang itu cukup kuat hingga tak dapat dipecahkan dengan begitu mudah.

Ketika Irene menolehkan kepala, Irene sadar itu adalah perbuatan Jennie.

“Cukup!”

Hanya satu kata dan semua orang melihat bagaimana si Oracle melangkah mendekati Lalisa Manoban, menggerakkan jemari memindahkan bongkahan dinding yang hancur yang menimpa tubuh gadis itu. Ketujuh penjaga lainnya menatap kosong pemandangan tersebut, ketidakberdayaan, rasa cemburu yang membara, frustasi dan keengganan untuk melihat pemandangan disana membuat mereka mengalihkan tatapan ke arah lain.

Jennie dengan lembut membantu Lalisa berdiri, membersihkan puing-puing debu yang membuat kotor wajahnya. Melihat bagaimana gadis itu berusaha keras untuk tidak melawan, membuat Jennie sakit hati. Bagaimana pun, gadis ini adalah seseorang yang selalu menemani mimpi-mimpi Jennie setiap malam. Keinginannya untuk bertemu dengan si pemilik mimpi begitu besar. Jennie tidak bisa marah, dia mungkin tengah berlaku tidak adil pada yang lainnya karena memberikan begitu banyak perhatian pada Lalisa secara tak sadar. Tapi, tidak ada yang bisa merubah takdir. Apalagi keinginannya untuk mengasihi yang satu ini.

“Kamu membelanya...” Suara pecah terdengar dari mulut Taeyeon. Dia menatap Jennie dengan kesakitan penuh.

“Kalian berjanji untuk tidak membuat masalah.” Jennie berkata dengan nada kosong. Dia bahkan tidak menoleh, terlalu takut untuk melihat sorot mata terluka dari para penjaga. Jemarinya dengan telaten mengusap pipi Lalisa yang tercoreng debu. Lalisa menatap gadis itu lekat-lekat, Jennie juga berusaha untuk tidak menatapnya dan Lalisa menyadari hal itu.

Seulgi benar, kata-kata Seulgi benar.

Ada sesuatu yang terjadi, yang berhubungan dengan dirinya. Lalisa berharap dugaannya tidak salah namun, melihat bagaimana semua teman-temannya menatap Jennie dengan pandangan terluka dan menuntut Jennie, membuat Lalisa merasakan sakit hati yang sama.

“Tapi, dia melakukan hal yang sama sepertiku. Kenapa kamu tidak marah?” tanya Seulgi sambil mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Dia tahu apa penyebabnya namun, Seulgi masih tidak dapat menerima. Dia membenci fakta bahwa bagaimana pun dirinya berusaha, fokus Jennie masih tertuju pada Lalisa.

“Kamu tidak adil, Jennie.” Rosie menyahut. Suaranya yang jauh lebih lembut terdengar sedih.

“Kamu membuat kami terlihat seperti orang bodoh.” Tiffany ikut memojokkan si Oracle. Meminta sedikit kebaikan agar mereka tidak diabaikan. “Kamu bahkan tidak mau melihat kami saat ini.”

“Aku terluka.” Wendy bergerak ingin pergi. Dia yang paling tidak bisa menahan rasa sesak.

Kecemburuan mereka melihat pemandangan Jennie yang begitu lembut memperhatikan Lalisa menyakiti kedua matanya. Wendy telah mengalami satu kali patah hati sebelum ini, ketika dia menginginkan Irene dan Lalisa memilikinya. Lalu, Jennie. Si Oracle, yang seharusnya dapat bertindak adil. Melakukan hal itu juga, berat sebelah.

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang