Pada akhirnya, Jennie menoleh pada mereka semua. Tatapan gadis itu kini berubah menjadi dingin. “Jangan menekanku, apakah kalian berhak menekanku?”
Langkah kaki Wendy terhenti, tercengang atas sikap defensif si Oracle. “Apakah aku pernah mengatakan aku akan memberikan hatiku pada kalian? Jika kalian ingin ikatan ini putus, pergi. Aku akan meminta para tetua untuk memutuskan ikatan ini. Kalian pikir aku tidak terbebani dengan keinginan kalian dalam beberapa hari ini? Kalian terlalu menggebu-gebu. Kalian ingin aku melihat kalian tapi, aku tidak mengenal kalian sebelum ini.”
Jennie tidak pernah begitu marah, dan dirinya begitu benci melihat seseorang berusaha menekan sosok yang selalu dia kenali di dalam mimpi.
“Dan kamu, Seulgi. Kamu tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kamu tahu sebagian dari mimpiku berkat Apate. Apakah kamu ingin bermain-main denganku, dengan cara berpura-pura tidak tahu?” Tatapan Jennie begitu kasar, tidak selembut biasa dan tidak secerah biasanya. Seulgi menggigit bibir. Dia mengalihkan pandangan. Terluka mendapati cercaan yang begitu parah.
“Kamu tidak bisa menyalahkan dia, dia bahkan tidak tahu apapun. Apakah kamu melihat aku memberinya ruang untuk dirinya masuk selama ini? Aku bahkan lebih dekat pada kalian, lebih banyak bicara dengan kalian. Kapan kiranya Lalisa mendapatkan tempat seperti kalian? Tapi, kamu tidak melihatnya benar? Apakah aku kurang jelas? Jika aku tidak adil, untuk sekarang. Ketika Lalisa butuh bantuan dan kalian bahkan membenarkan prilaku Irene terhadapnya, apakah kalian dibuat terikat denganku hanya untuk dapat menghancurkan diriku dengan cara seperti ini? Saling cemburu dan membunuh satu sama lain?”
Anak-anak itu terdiam, membuang muka. Irene meneteskan air mata, dengan kasar mengusap wajahnya. Kata-kata Jennie begitu menusuk, dia bahkan tidak mau melihat Irene. Gadis itu marah, marah besar karena sikapnya pada Lalisa. Tiffany meremas telapak tangan kuat-kuat di atas meja. Tiffany takut dia akan menangis karena tatapan Jennie terlihat begitu membenci mereka.
“Aku bisa saja memilih satu diantara kalian, karena memang benar. Jika kalian bertanya, apakah aku selalu memimpikan seseorang sebelum ini? Itu benar dan ya, aku punya seseorang di dalam mimpiku, di dalam kepalaku, di dalam hatiku. Aku juga telah melihat dengan siapa diriku akan berakhir. Tapi, apakah aku memperlihatkannya pada kalian? Aku ingin menjaga perasaan orang-orang terdekatku, membalas perhatian yang kalian berikan. Aku tidak mau gara-gara hal itu, kalian mulai berpikir seperti sekarang.” kata Jennie jelas dan tegas.
Lalisa terdiam. Entah mengapa dia merasa, Jennie tengah membicarakan dirinya.
Helaan napas si Oracle terdengar tajam. “Jika ikatan yang dibuat oleh nenek Maria menghasilkan hal buruk di masa depan, aku sudah memikirkan ini. Aku tidak bisa menampungnya lebih banyak. Jika hal ini hanya ada untuk menyusahkanku. Aku memilih untuk melepaskan saja dibanding menjaga kalian di sisiku. Mungkin lebih baik jika, aku memutus semua kontrak. Aku tidak perlu banyak orang sebagai penjaga. Aku merasa, kecemburuan ini sudah masuk ke dalam tahap yang membahayakan. Kalian bahkan bisa saling membunuh dikemudian hari, aku tidak mau itu terjadi. Sebagaimana pun aku baru mengenal diri kalian masing-masing, aku sudah menyayangi kalian sebagai seseorang yang penting bagiku. Dan aku tidak mau bersikap serakah, kalian memiliki hidup yang bebas sebelum ini. Sekarang terserah kalian mau seperti apa, daripada kalian yang pergi. Aku yang akan pergi.”
Jennie bergerak melepaskan Lalisa, menatap Niki yang menyadari isyaratnya. Si Girk yang sedari tadi membeku mengangguk. Dia menarik lengan Daehwi, lalu membawa Jennie keluar dari dalam kafe. Sebelum itu, Jennie sempat menghampiri si pemilik kafe. Meminta maaf, berkata mereka akan menanggung biaya kerusakan. Si pemilik kafe hanya tersenyum pasrah, tidak bisa menolak permintaan si Oracle. Namun, kedua matanya jelas menatap tajam anak-anak disana, yang masih berdiri seperti patung taman menatap kepergian Jennie yang meninggalkan mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORACLE
FantasyΔελφο? [Orakel] : Oracle Seumur hidupnya, ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan mereka. Percaya bahwa itu hanyalah mitologi semata, juga fakta tentang siapa dia yang sebenarnya. "Aku melihatmu, jauh sebelum kamu menyadari keberadaanku." Start...
26. Demi Oracle
Mulai dari awal