“Pesan apa?” Dahi Jennie berkerut. “Wujudmu sangat tidak asing, dimana aku pernah melihatmu?” Merasa bahwa tak ada tanda-tanda bahaya, Jennie mendekat. Pria berwajah seputih tepung itu ikut mendekat. “Kamu datang menggunakan ilusi sihir, orang-orang di aula pasti tidak menyadari kedatanganmu kemari. Kamu mendatangiku secara pribadi, apakah ada sesuatu yang membuat kita harus bertemu secara langsung?”
Pria itu tersenyum, bibirnya terlihat pucat. Meski begitu, dia tidak menunjukkan gejala aneh yang harus membuat Jennie merasa waspada.
“Bagi manusia, itu mungkin sihir. Tapi, ini bukan sihir. Itu hanya kekuatan kami.” katanya, kata 'kami' membuat Jennie menyadari bahwa dia tengah membicarakan kelompoknya. “Aku tidak bisa berlama-lama disini, aku hanya disuruh untuk mengantarkan pesan. Lagipula, ada beberapa pemburu di tempat ini. Mereka mungkin sebentar lagi akan mencium bauku, mengingat hidung mereka seperti seekor anjing.” lanjutnya lagi.
“Hei, itu tidak sopan. Jika kamu datang dengan baik, universitas pasti akan menyambutmu. Hari ini gerbang dibuka untuk semua orang tapi, sebetulnya kamu tak boleh kemari. Teman-temanku sedang bertempur.” kata Jennie dengan sedikit tawa, pria di depannya tiba-tiba terdiam. Mata hitam itu menatapnya lekat sampai Jennie jadi tak nyaman, menggaruk kepala. “Kenapa kamu melihatku seperti itu?”
“Oracle memang selalu baik.” katanya dengan suara yang berbeda. “Meski terakhir kali, salah satu darimu menyakiti kami.” Suaranya kini berubah sedikit tajam. Ada nada marah disana. Lalu dia kembali menatap Jennie. “Tapi, kamu terlihat berbeda Oracle. Kamu mungkin dapat kami percaya kembali.”
Jennie mencerna setiap kata sejenak, dia menyadari beberapa maksud yang tak biasa. Dengan hati-hati Jennie bertanya, “Apakah salah satu dari terdahulu, pernah menyakiti kalian? Kamu terus menyebut kata 'kami' sedari tadi.”
Mata hitam pria itu berkedip sebentar, seolah-olah dia tengah mengingat sesuatu. “Hanya rasa ketidakadilan antar sesama makhluk.”
“Itulah alasan kenapa kamu menundukkan kepalamu padaku dengan enggan tadi.” Tak mengira akan balasan yang tepat, pria itu menatap Jennie sekali lagi. Tatapannya sedikit gemetar, kini Jennie dapat melihat maksudnya. Dia tak bermaksud bertingkah tidak sopan dan kentara tapi, itu keluar begitu saja. Jennie tertawa kecil. “Tidak masalah, aku juga tidak peduli dengan kesopanan atau semacamnya. Jika kamu membutuhkanku sebagai Oracle, kamu hanya perlu datang padaku dan berbicara. Termasuk orang-orangmu.”
Kini mata hitam tersebut menampilkan kilatan bersemangat tak biasa. Pria itu berkata. “Aku menyukaimu.”
Jennie terkejut untuk sesaat, tak berharap mendapatkan kata suka secepat itu dari orang asing. Lagi-lagi dia tertawa dengan begitu manis. “Terima kasih, aku juga menyukaimu. Senang bertemu denganmu. Kamu tidak terlihat mengerikan seperti yang terlihat, hanya jangan lagi datang dengan tiba-tiba menakuti pohon-pohon serta makhluk sekitar sini. Itu tidak baik.”
Pria itu mengangguk cepat. “Baik, aku akan melakukan cara yang lebih halus di masa depan.” Jennie lagi-lagi terkejut dan tertawa mendengarnya.
“Kamu terlihat seperti anak anjing sekarang.”
“Hm?”
“Anak anjing yang manis, kamu tahu anak anjing? Itu selalu terlihat lucu dan manis meski galak.”
Pria itu memalingkan muka. “Aku bukan anak anjing. Aku seorang Nephilim.” Dia jelas tidak mau disamakan dengan anak anjing, karena wujudnya lebih mengerikan dari anak anjing. Namun, julukan anak anjing membuatnya malu. Terlebih ketika si Oracle memujinya manis.
Kali ini keterkejutan di wajah Jennie benar-benar lucu. Dia hampir yakin pria ini mungkin salah satu makhluk mitologi atau semacamnya. Wujudnya memang berbeda dengan manusia biasa namun, Jennie tidak menyangka dia seorang Nephilim. Sosok yang Jennie ingin cari dan diajak untuk berbicara, kini malah menghampirinya sendirian.

KAMU SEDANG MEMBACA
ORACLE
FantasyΔελφο? [Orakel] : Oracle Seumur hidupnya, ia tak pernah menyangka akan bertemu dengan mereka. Percaya bahwa itu hanyalah mitologi semata, juga fakta tentang siapa dia yang sebenarnya. "Aku melihatmu, jauh sebelum kamu menyadari keberadaanku." Start...
30. Tamu tak diundang
Mulai dari awal