抖阴社区

                                    

“Entah, mungkin tengah menghitung berapa banyak helai bulu di sayapnya yang rontok.”

“Seulgi...” Jennie menegur.

Seulgi memutar mata, “Aku tidak tahu, Jennie. Dia mungkin merajuk dan patah hati karena kamu menamparnya kemarin.” Sudut bibirnya melempar seringai puas. “Aku senang sekali melihat wajahnya yang sombong itu berubah jadi ayam mati.”

Padahal, seharusnya bukan hanya Eugene yang patah hati saat ini melainkan mereka semua. Namun, cukup aneh bagi Jennie karena para penjaganya hari ini malah terlihat santai dan tidak seperti biasa. Seperti mendekati Jennie dan berusaha mengambil perhatiannya dengan serakah. Hanya Taeyeon yang sedari tadi mengikutinya, itupun hanya untuk melayani segala keperluan Jennie serta memastikan tidak ada barang yang tertinggal. Seulgi, Wendy dan Rosie bertugas membawa beberapa barang dan memasukkan barang-barang tersebut ke dalam bagasi. Lalu, yang lain telah tertidur di dalam van.

“Dia tidak punya alasan untuk bertingkah seperti itu. Pergi ke kafe disana, panggil dia. Dia ada disana.” kata Jennie yang sedetik lalu membuka penglihatan tepi untuk merasakan kehadiran si Nephilim. Dan ya, Eugene ada di kafe depan universitas, bersembunyi di belakang pintu tengah mengintip ke arah mereka yang berada diseberang jalan.

Kemarin saat Jennie menampar Eugene, si Nephilim itu langsung bergegas terbang meninggalkan universitas. Jennie pun tidak terlalu peduli apakah dia marah atau patah hati. Hanya saja, Jennie tak mau membuang-buang waktu ketika dia telah memiliki janji pada Gentri.

“Kamu baru saja menolaknya secara terang-terangan, Oracle. Semua orang kemarin mendengar dan melihat ketika kamu berteriak bahwa Lalisa adalah kekasihmu. Siapa yang akan berani muncul di depan mukamu saat ini, selain kami yang sudah tak bisa lagi merasakan patah hati?” Kim Jisoo menyahut sambil pura-pura mengusap air matanya yang tak ada. “Jadi, mengapa kita harus memberikannya kursi disini? Dia punya sayap, dia bisa terbang. Dia pasti akan mengikuti kita, aku yakin seratus persen Nephilim satu ini gemar menguntit. Lagipula, jika dia mengabaikanmu hanya karena cemburu. Bukankah itu kebodohannya sendiri?”

Ada satu hal yang jelas dan jelas setelah kejadian kemarin. Ketika Jennie mengakui Lalisa, perasaan mereka yang selalu cemburu dan iri seolah sirna. Bukan berarti mereka tidak mencintai Jennie seperti dulu lagi. Rasa cinta mereka dalam hal romantis berubah, berubah ketika si Oracle memberi tanda pada dia yang dipilih oleh gadis itu. Seharusnya Jennie melakukan ini lebih awal, mengakui posisi Lalisa di hatinya.

“Baguslah, aku jadi tak perlu repot membujuk kalian yang suka tantrum.” Jennie menatap tajam ke arah Seulgi yang masih belum bergerak mengikuti perintahnya. “Tetap saja, panggil dia, sekarang!”

Seulgi mau tak mau mendengus lantas beranjak dari kursi. Menyeberangi jalan pergi ke kafe depan universitas mereka. Saat dia mendekat, Seulgi dapat melihat sosok Eugene yang bersembunyi dibalik pintu.

“Kamu, tubuhmu sekecil apa sampai kamu pikir dirimu tidak terlihat? Cepat keluar dari sana dan masuk ke dalam mobil! Merepotkan.” Seulgi berdecak malas.

Eugene ragu-ragu keluar dari balik pintu, mengintip sedikit ke arah mobil van diseberang jalan. Bertanya. “Aku masih malu.”

“Kamu masih punya wajah.” Sedari awal, Seulgi memang tak suka dengan gadis satu ini, selain karena dia Nephilim, dia juga dengan berani membuat kekacauan dengan salah satu teman di kelompok mereka.

“Aku hanya jatuh cinta, Nephilim jarang jatuh cinta.”

“Aku tidak peduli.” Seulgi memutar bola matanya malas, dia geram. Saking tak ingin berlama-lama, Seulgi tarik kerah kaos gadis Nephilim itu. “Lebih baik kamu berhenti mengeluarkan omong kosong sebelum Jennie berniat membanting mobil disana karena menunggumu. Kamu jatuh cinta pada orang yang salah, aku sudah tahu bahwa Jennie akan bersama Lalisa Manoban. Itu adalah takdirnya jadi...” Seulgi tepuk pundak Eugene agak keras. “Sadar dirilah. Kamu tidak bisa melawan salah satu dari kami.” ujarnya sombong sekali.

Eugene berdecak, satu alisnya terangkat. Dengan tanpa daya tubuhnya diseret Seulgi. “Kalian tidak cemburu?”

“Akan lebih baik jika kamu menutup mulutmu.” jawab Seulgi malas.

“Apa bagusnya gadis itu? Dia hanya seseorang dengan kekuatan elemen api.”

Seulgi berhenti, menatap Eugene dengan satu alis terangkat. “Apinya mungkin dapat membakar sayap bodohmu itu. Dan aku tengah membayangkan bagaimana rupamu ketika bulu-bulu sayapmu rontok dan botak karena terbakar api temanku.”

Kali ini Eugene tertawa. Meski tawanya justru terdengar mengerikan. “Kupikir kalian bermusuhan. Beberapa kali aku pernah melihat kalian berdua bertengkar.”

Kali ini, Seulgi lanjut melangkah sambil menyeret kaos Eugene. “Kami memang bermusuhan. Tapi, ketika kami dihadapkan musuh lain, kami adalah teman. Jangan banyak bicara, suaramu menjengkelkan.”

“Apa kalian menganggapku sebagai musuh?” Eugene menunjuk dirinya sendiri.

“Selagi kamu tidak menunjukan gejala bahwa dirimu dapat mengkhianati Oracle di masa depan. Kami mungkin dapat menganggapmu sebagai teman. Tapi...” Seulgi berhenti lagi tepat dipinggir jalan, menatap Eugene serius. Seringai pada sudut bibirnya terlihat. “Apa yang dapat dipercaya dari seorang Nephilim? Kaum kalian dijatuhkan ke dunia ini karena kalian mengkhianati para dewa. Kalian adalah garis keturunan malaikat kiri yang serakah. Jadi kuperingatkan padamu sekali lagi, jika kamu dapat bersikap baik dan tidak dengan kurang ajar menghina temanku. Kehadiranmu masih dapat diterima. Tapi, jika kamu mengulangi hal yang sama hanya sekedar untuk mengejar obsesimu pada Oracle, kupastikan kamu adalah orang pertama yang akan merasakan bagaimana rasanya mati ditangan orang sepertiku.”

Seulgi berbalik dan kembali melanjutkan langkah, di belakang Eugene terdiam namun, tak lama sudut bibirnya mengurai senyum dingin.















...

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang