抖阴社区

52. Gigant (Raksasa)

Mulai dari awal
                                    

Dengan tenang Jisoo membalas. "Itu tekanan spiritual dari hutan ini. Melihat ketenangannya yang tidak biasa, kupikir hutan ini termasuk hutan sakral kota Islar."

"Aku tidak peduli hutan ini sakral atau tidak. Paling penting, apakah kamu sadar?" Rosie menarik lengan Jisoo sejenak. Menyebabkan langkah kaki Jisoo jadi sedikit oleng ke arahnya. "Kita sedari tadi selalu berakhir ditempat yang sama." Tatapan keduanya saling beradu, Rosie menemukan mata indah itu berkedip sebentar, sampai Rosie menghentikan lebih dulu adu tatapan mereka sebelum menunjuk ke arah pepohonan tak jauh dari sana. "Aku membuat tanda disetiap batang pohon saat kamu terus berjalan tanpa melihatku sedari tadi. Coba perhatikan..." tunjuknya kemudian.

Jisoo sontak mengalihkan pandangan, melihat dua goresan kecil seperti apa yang dikatakan Rosie tadi. Kedua mata Jisoo kembali pada Rosie, lalu menunduk menatap ke bawah pada salah satu cincin artifak yang Rosie kenakan.

"Barang itu cukup berguna." komentarnya.

"Ini senjata pelindungku, bisa berubah menjadi apapun."

"Lalu, kamu sudah menyadari hal ini sedari tadi dan tidak mengatakan apapun, justru menempel padaku seperti lintah?" Jisoo mengangkat kepala, menatap Rosie tajam.

"Kamu tidak mau mendengar, padahal aku sudah mengatakannya berulangkali." balas Rosie santai lalu melangkah menuju batang pohon yang dia tandai. "Aku memang sengaja menempatkan ini agar kita tidak tersesat. Tapi, ya setelah kita berjalan cukup lama aku baru menyadari kita selalu berada di tempat yang sama. Perasaannya seperti kita masuk lebih jauh ke dalam hutan tapi, sebenarnya tidak sama sekali."

"Batu formasinya mungkin ada disekitar sini." Jisoo tak ingin terlalu lama memandangi wajah Rosie, dia langsung melihat sekitar. Kedua tangannya meraba-raba udara kosong, berpikir ada lapisan pelindung tak kasat mata yang tidak disadari mereka sedari tadi.

"Itu jelas ada disekitar sini. Tapi, hutan ini tidak memberi kita jalan untuk melewatinya." balas Rosie, Jisoo menoleh kembali ke samping. Menatap aneh pada gadis yang sedari awal bertingkah seolah dia tengah ketakutan. "Itu mungkin seseorang atau beberapa orang." Rosie mendekat, berbisik pada Jisoo. "Yang orang ini inginkan adalah, melihat kita ketakutan dan lelah. Aku tahu kamu tidak akan mungkin mau bertingkah begini, jadi aku melakukannya."

Mendengar itu, bukannya marah Jisoo justru tertawa kecil. "Kamu melakukan itu hanya untuk terlihat tidak keren?"

"Aku selalu keren, aku hanya membiarkanmu yang bersemangat kelelahan dan mengeluh. Tapi, kamu belum mengeluh, jadi tidak ada waktu untuk memutari hutan ini lebih jauh. Aku menyerah." Rosie mengangkat kedua tangan, pertanda dia bersungguh-sungguh. Jisoo terlalu pemberani untuk seukuran gadis dengan wajah cantik.

Jisoo memasang ekspresi skeptis. "Sungguh alasan yang romantis."

"Nah, benar sekali. Lebih baik kita keluar dari sini sekarang."

"Kita masih belum menemukan—"

"Percayalah padaku, firasatku sungguh tidak nyaman saat ini." Rosie memang bukan cenayang tapi, Rosie cukup peka untuk merasakan tekanan disekitar mereka sedari tadi. "Ada sesuatu dari hutan ini yang terasa tidak baik. Emosinya, aku dapat merasakan itu."

Kim Jisoo terdiam. Dia tahu benar, seorang Healer dalam tahap tertentu dapat merasakan emosi alam sekitar. Itu karena kekuatan mereka secara spesifik berbaur dengan alam. Semacam metode healing yang langka, para healer tingkat atas seperti Rosie akan selalu menyerap energi alam sekitar yang terbuka, membuat kepekaan mereka naik menjadi dua kali lipat lebih tajam.

"Hutan ini marah karena kita masuk kemari." katanya lagi.

Mencoba untuk memastikan, Jisoo kembali menatap sekitar. Angin yang tadinya terasa tenang kini mulai terasa lebih tajam. Suara berisik dari dahan-dahan pepohonan yang bergoyang membuat Jisoo mendongakkan kepala ke atas. Saat itulah kedua matanya melebar sempurna.

"Apakah kamu melihat apa yang sedang aku lihat?" tanya Jisoo yang kali ini, lebih dulu merapatkan tubuhnya pada Rosie. Mendengar kata-kata Jisoo, Rosie jadi ikut mendongakkan kepala.

Pada awalnya itu hanyalah langit gelap biasa, rembulan setengah yang muncul dengan malu-malu menyinari sebagian kegelapan disekitar. Lalu, setelah memfokuskan pandangan dengan baik, Rosie bergidik. Bulu tengkuknya tiba-tiba merinding.

"Aku pikir, aku melihat raksasa. Apakah itu benar?" Di ujung kalimat Rosie masih dapat bercanda. Namun, dengan spontanitas alami, Rosie menarik Jisoo untuk mundur dan mundur.

Dalam kegelapan malam yang tak disadari oleh keduanya sedari tadi, sosok raksasa tengah berdiri seperti patung tak jauh dari tempat mereka berada. Raksasa itu menutup kedua matanya, seperti dalam mode tertidur. Ini kali pertama makhluk mitos seperti ini muncul tanpa pemberitahuan. Jarang sekali penglihatan normal seperti mereka dapat melihat makhluk-makhluk dua alam seperti makhluk besar di ujung sana. Pantas saja, tekanan di pundak Rosie semakin terasa begitu berat. Ini adalah efek dari kekuatan si raksasa penunggu hutan kota Islar.





TBC---

ORACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang