抖阴社区

18. Feli Sakit [REVISI]

85 6 0
                                        


Cahaya redup dari lampu tidur menerangi ruangan yang hening. Udara malam terasa dingin menusuk tulang, seolah ikut memperparah kondisi Feli yang terbaring di atas kasur. Wajahnya pucat, matanya sayu, dan keringat dingin membasahi pelipisnya. Napasnya berat, sesekali ia menggigit bibir, menahan rasa tak nyaman yang menggerogoti tubuhnya.

Di samping tempat tidur, sebuah meja kecil menjadi saksi bisu dari malam panjang ini. Segelas air hangat, termometer yang menunjukkan angka cukup tinggi, dan beberapa obat yang belum tersentuh tergeletak di atasnya. Pintu kamar berdecit pelan saat seseorang mendorongnya dengan hati-hati.

Devan muncul dengan membawa baskom berisi air hangat dan kain lap. Wajahnya penuh kekhawatiran. "Fel, kenapa lo nggak bilang kalau dari tadi nggak enak badan?" suaranya lirih, tapi sarat penyesalan.

Feli menoleh lemah, matanya yang redup menangkap sosok sahabatnya itu. "Aku nggak mau ngerusak momen bahagia kali ini," jawabnya dengan suara parau.

Devan menghela napas panjang, nyaris frustasi. "Jangan ngomong gitu, tolol. Lo pikir gue seneng lihat lo begini?" Nada suaranya terdengar lebih tajam, tapi tetap mengandung kelembutan yang khas. Ia merendam kain ke dalam air, memerasnya, lalu menempelkan ke dahi Feli yang panas. Perempuan itu meringis kecil tapi tak menolak. Devan mengulurkan segelas air, "Minum dulu."

Belum sempat Feli meraih gelas itu, pintu kamar kembali terbuka. Sosok Damian muncul, membawa obat penurun panas dan sebutir vitamin C di tangannya. Tatapannya serius, tapi tetap memancarkan ketenangan. Tanpa banyak bicara, Devan bangkit, membawa baskom keluar untuk mengganti airnya, memberi ruang bagi Damian.

"Nih, minum ini dulu," ujar Damian, suaranya tenang namun tegas.

Feli menatapnya lemah, tapi akhirnya menurut. Setelah meneguk air dan menelan vitamin C yang diberikan, ia berbisik, "Makasih, Kak."

Damian mengusap lembut kening Feli yang masih panas. "Lo harus banyak istirahat. Jangan keras kepala."

Feli hanya bisa mengangguk lemah sebelum akhirnya matanya perlahan terpejam. Damian tetap di sampingnya, memastikan gadis itu benar-benar tertidur pulas sebelum akhirnya beranjak keluar. Di ruang tamu, suasana terasa tegang. Rey dan Vero duduk dengan wajah cemas, terus melirik ke arah kamar Feli yang tertutup rapat. Saat Damian keluar, keduanya langsung bergegas masuk.

Vero duduk di tepi kasur, jemarinya menggenggam tangan kembarannya dengan erat. "Lo kenapa, sih? Kalau sakit ngomong dong," bisiknya, hampir marah tapi lebih banyak rasa khawatir di sana.

Rey mengusap pelan kepala Feli yang masih terasa hangat. "Gue nggak nyangka liburan kita malah jadi begini," gumamnya lirih.

Mereka berdua tetap di samping Feli sampai memastikan adik mereka benar-benar tertidur nyenyak. Setelah itu, mereka meninggalkan kamar dengan langkah pelan.

...

Pagi harinya, suasana di ruang makan jauh lebih sunyi dari biasanya. Tak ada candaan khas mereka, tak ada keributan kecil yang biasa terjadi di pagi hari. Semua orang duduk dengan wajah murung, mengaduk-aduk makanan di piring tanpa nafsu.

"Kalian udah nengok Feli belum?" tanya Daffa, memecah keheningan.

"Udah," Marvin menjawab dengan lesu. "Masih demam."

"Padahal kemarin sehat-sehat aja," Nevan menggumam.

"Iya, gara-gara terlalu excited di timezone," timpal Rafa sambil menggelengkan kepala. "Kita pada kegoblokan nggak sadar kalau dia udah kecapekan."

Nathan yang sejak tadi diam akhirnya buka suara. "Gue udah siapin bubur ayam buat dia. Semoga doyan."

"Kakak harap Feli cepat sembuh," ucap Javas dengan nada tulus.

Jevan mengangguk. "Aamiin, kita doain aja."

Di tengah obrolan, Rey hanya diam. Tangannya terkepal di bawah meja, perasaan bersalahnya semakin menumpuk. Sebagai kakak tertua, seharusnya ia yang paling peka. Seharusnya ia sadar saat Feli mulai terlihat lelah, saat adiknya itu mulai banyak diam. Tapi nyatanya, ia terlalu sibuk bersenang-senang.

"Fuck," Rey mengumpat pelan, tapi cukup terdengar oleh Vero yang duduk di sampingnya. "Lo kenapa?"

Rey mengusap wajahnya kasar. "Gue ngerasa jadi kakak paling nggak berguna."

Vero menepuk bahunya pelan. "Nggak ada yang salah sama lo. Kita semua kecolongan. Yang penting sekarang kita jaga dia baik-baik."

Rey menatap ke arah kamar Feli yang masih tertutup. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan rasa bersalah yang membuncah di dadanya. Ini bukan hanya tentang liburan yang gagal, ini tentang tanggung jawab yang selama ini mungkin ia abaikan. Tiba-tiba, suara gaduh dari dalam kamar Feli membuat semua orang refleks menoleh.

"Woi, siapa yang ngasih gue bubur ayam?! Rasanya kayak lem diaduk pake air comberan!" suara Feli serak, tapi penuh emosi.

Nathan langsung mendongak dengan ekspresi terkaget-kaget. "Buset, baru bangun udah toxic!"

Devan ngakak di tempat. "Tandanya sembuh tuh, balik julid lagi." Rey buru-buru lari ke kamar Feli, disusul yang lain. Begitu melihat Feli duduk dengan wajah cemberut sambil mendorong mangkuk bubur menjauh, mereka malah lega.

"Lo sadar nggak, Fel? Kemarin lo lemes, diem, nyaris mati suri. Sekarang bangun-bangun malah roasting makanan," kata Rafa sambil ngakak.

Feli mendelik, "Kalau lo yang sakit terus disuapin bubur rasa plastik, lo bakal ngamuk juga."

Nathan mendekat, mencium aroma bubur buatannya sendiri. "Eh, anjir, beneran bau aneh. Siapa yang naro garam segentong di sini?"

Vero facepalm, sementara Damian yang baru masuk hanya bisa menggeleng-geleng. "Gue dokter, bukan koki. Tapi bahkan gue bisa bilang itu bubur udah gagal total."

Rey menghela napas lega, senyum kecil muncul di wajahnya. "Yaudah, gue beliin bubur baru, tapi lo harus janji nggak ngeluh."

Feli melipat tangan di dada. "Tergantung buburnya enak atau nggak."

Dan dengan itu, suasana kembali normal. Walau penuh dengan roasting dan kejulidan, itulah cara mereka menunjukkan rasa sayang satu sama lain.







Menurut kalian, apa yang akan terjadi selanjutnya? Tulis di kolom komentar ya!

Jangan lupa vote dan komen ya, guys! Pendapat kalian sangat berarti buat aku dan Terima kasih banyak untuk semua vote dan komentarnya. Kalian the best!

Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang