Takdir adalah kekuatan yang tak bisa dihindari, sebuah kenyataan yang hadir tanpa pemberitahuan. Beberapa orang mungkin merasa kesulitan untuk menerima jalan hidup yang sudah digariskan untuknya, berjuang melawan kenyataan yang terasa begitu keras...
Kean sudah berbulan-bulan kembali tinggal bersama saudara-saudaranya. Mereka memang tidak terlalu sering ribut lagi, tapi hubungan mereka tetap terasa dingin. Hari ini hari Minggu, dan Kean memutuskan untuk pergi ke belakang rumah. Burung-burung berkicau dengan merdu, menambah suasana tenang yang jarang ia rasakan di rumah itu.
Saat sedang menikmati udara segar, pandangannya tertuju pada seekor kucing putih yang duduk di dekat semak-semak. Kean tersenyum kecil dan perlahan menghampirinya. Kucing itu tidak lari, malah mengeong pelan saat Kean mengelus bulunya. Setelah beberapa saat bermain, Kean berdiri dan masuk ke dalam rumah untuk mengambil ikan. Ia kembali ke halaman belakang dan memberikan ikan itu pada si kucing, yang langsung melahapnya dengan lahap. Kean duduk di tanah, mengamati kucing itu sambil menikmati ketenangan yang jarang ia dapatkan.
Namun, waktu berlalu dengan cepat. Matahari kini bersinar terik di langit, menandakan siang sudah tiba. Kean pun kembali ke dalam rumah untuk mulai menjalankan tugasnya—membersihkan rumah. Ia mengambil sapu dan mulai menyapu lantai, lalu mengepel bagian yang kotor. Ini memang tugasnya di rumah ini, dan ia tidak punya pilihan selain menerimanya.
Saat melewati ruang kerja, matanya menangkap Arga dan Vian yang sibuk dengan laptop masing-masing. Mereka tampak serius bekerja, dengan beberapa dokumen berserakan di atas meja. Kean hanya melirik sekilas sebelum melanjutkan pekerjaannya.
"Kean," panggil Arga tiba-tiba. Kean langsung menghentikan aktivitasnya dan menghampiri kakaknya.
"Lo bikinin gue kopi hitam. Jangan lama," perintah Arga tanpa menoleh dari laptopnya.
Kean hanya mengangguk pelan dan segera menuju dapur. Ia menuangkan air panas ke dalam cangkir, mencampurnya dengan bubuk kopi hitam, lalu mengaduknya perlahan. Setelah yakin kopi sudah siap, ia membawa cangkir itu ke ruang kerja.
Namun, saat hendak meletakkan kopi di meja Arga, kepalanya mendadak terasa pusing. Pandangannya sedikit berputar, dan sebelum ia bisa menyeimbangkan diri, tangannya goyah. Cangkir kopi itu jatuh, menumpahkan isinya ke atas dokumen-dokumen di meja.
Cairan hitam itu langsung meresap ke dalam kertas-kertas penting, meninggalkan noda besar yang tidak bisa dihapus.
"Kean!" suara Arga meledak, membuat ruangan yang tadinya tenang berubah mencekam. "Lo tau nggak ini dokumen apa?!"
Kean membeku, tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya bisa menatap kertas-kertas yang rusak itu dengan rasa bersalah.
"Bangsat! Ini dokumen kerja sama penting!" Arga langsung berdiri dan menatap Kean dengan penuh amarah. Dalam hitungan detik, sebuah tamparan mendarat di pipi Kean. Rasanya panas, lebih karena penghinaan daripada sakit fisik.
Kean tidak membalas, tidak berani membela diri. Ini memang salahnya.
"Udah, bang. Nggak ada gunanya lo marah sekarang," kata Vian dengan nada datar, meski jelas ada ketegangan dalam suaranya. "Lo masih ada meeting bentar lagi. Ribut sekarang cuma buang waktu."
Arga mengepalkan tangannya, matanya masih menatap Kean dengan tajam. "Lo jangan ke mana-mana sebelum gue pulang. Gue bakal kasih lo pelajaran nanti." Nada suaranya dingin dan penuh ancaman.
Kean menunduk, menggigit bibirnya untuk menahan kata-kata yang ingin ia ucapkan. Percuma. Tidak ada yang akan mendengar, apalagi peduli.
Arga akhirnya menghela napas kasar dan beralih ke Vian, mencoba mengalihkan fokus ke pekerjaan mereka. Kean, sementara itu, hanya bisa berdiri diam sebelum akhirnya perlahan berbalik dan meninggalkan ruangan.
Di dalam dadanya, ada perasaan sesak yang sulit dijelaskan. Bukan hanya karena tamparan tadi, tapi lebih karena kenyataan bahwa, meskipun ia sudah tinggal kembali di rumah ini berbulan-bulan, ia tetap seperti orang asing di mata saudara-saudaranya.
***
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.