Holla-holla jangan lupa vote, komen, and share ya teman-teman. enjoyyyy.....
Hari-hari menjelang keberangkatan semakin dekat, dan suasana semakin sibuk. Rafa dan Naira masing-masing sibuk mempersiapkan berbagai hal untuk perjalanan ke Korea Selatan. Naira sibuk mencari izin dari kantornya, sementara Rafa harus melalui proses yang panjang untuk mendapatkan izin cuti selama seminggu dari jadwalnya yang padat sebagai mahasiswa spesialis itu. Meskipun sulit, Rafa akhirnya mendapatkan izin dan dia tahu, semua ini dilakukan demi Naira.
Di rumah Naira, suasana sedikit lebih tegang. Naira telah meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk pergi ke Korea berdua dengan Rafa, namun hasilnya tidak seperti yang ia harapkan.
"Nggak bisa, Bila. Kamu nggak bisa pergi ke luar negeri hanya berdua sama Rafa," ucap Papa Naira dengan nada tegas. "Kami nggak tenang kalau kamu pergi begitu saja, apalagi ke luar negeri."
Naira menghela napas, sudah berusaha meyakinkan beberapa kali, tapi hasilnya tetap sama. "Papa, Rafa udah temenan sama aku selama 15 tahun. Kita kan bukan anak kecil lagi. Rafa juga udah dewasa, dan kita cuma liburan, nggak yang aneh-aneh."
Mamanya menatap Naira dengan lembut, namun tetap khawatir. "Mama ngerti, Nai. Tapi kami sebagai orang tua pasti tetap khawatir. Kalau kamu mau pergi, nggak masalah, tapi minimal ada yang menemani kalian. Bagaimana kalau Arkana ikut?"
Naira langsung terdiam sejenak, berusaha menelan fakta bahwa ia harus membawa adik bungsunya dalam perjalanan impiannya. "Arkana?" gumamnya pelan, terbayang betapa merepotkan membawa Arkana yang kadang usil.
"Kalau Arkana ikut, Papa sama Mama nggak keberatan kalian pergi," tambah Papa dengan senyum tipis. "Dan tenang aja, semua biaya Arkana nanti Papa yang bayarin."
Sore itu, Naira hanya bisa menyerah. Meskipun sebenarnya ia lebih ingin menikmati liburan ini hanya dengan Rafa, namun demi mendapatkan izin dari orang tuanya, ia harus rela membawa serta Arkana. Ia segera menghubungi Rafa untuk memberi tahu kabar ini.
"Fai, Arkana ikut ke Korea," ucap Naira, suaranya terdengar lemas saat mengabari Rafa.
Di seberang telepon, Rafa tertawa kecil. "Hah? Arkana? Kenapa dia ikut?"
Naira menghela nafas panjang. "Orang tua aku nggak kasih izin kalau kita cuma berdua. Jadi... ya, Arkana ditumbalkan."
Rafa masih tertawa, seolah tak mempermasalahkan hal ini. "Nggak masalah, Ai. Lagipula, Arkana kan adik kamu. Siapa tahu seru juga jalan bareng dia."
Naira mendengus kecil, merasa sedikit kesal tapi juga tahu bahwa Rafa benar. "Iya sih... tapi kan, aku mau liburan bareng kamu doang, Raf. Aku mau menikmati waktu berdua sama kamu. Eh, jangan salah paham dulu maksudnya..."
"Tenang, aku ngerti," potong Rafa dengan nada santai. "Kita masih bisa menikmati liburannya kok, meski Arkana ikut. Yang penting kita berangkat, kan?"
Naira tersenyum tipis mendengar jawaban Rafa yang selalu membuatnya tenang. "Iya, benar. Aku udah nggak sabar ke Korea, Fai. Ini impian aku dari dulu, dan sekarang kita bakal ke sana beneran."
Rafa tertawa lagi, kali ini lebih lembut. "Aku juga nggak sabar, Ai. Seminggu mungkin nggak lama, tapi aku bakal pastiin kita nikmatin setiap momennya."
Selama beberapa hari berikutnya, Naira sibuk membantu Arkana mengurus paspornya dan memastikan segala keperluan perjalanan siap. Di sisi lain, Rafa juga sibuk mempersiapkan dirinya. Ia memastikan bahwa meski cuti yang didapatkan susah payah dan terbatas, ia akan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk memberikan liburan impian bagi Naira.
Ketika semua persiapan hampir selesai, Arkana berkomentar, "Nunai, lo seneng ya gue ikut?"
Naira memutar matanya. "Seneng dari mana? Kalau bukan karena Papa dan Mama, gue pasti nggak ngajak lo."
Arkana tertawa usil. "Yakin lo nggak seneng gue ikut? Kan gue bisa jadi bodyguard lo sama Rafa."
Naira mencubit lengan Arkana pelan. "Lo jangan usil deh. Liburan ini harus jadi momen terbaik gue, ngerti?"
"Tenang aja, Nuna Ai," sahut Arkana sambil tertawa. "Gue bakal bikin liburan lo tambah seru."
Sementara Naira merasa sedikit khawatir bagaimana Arkana akan berperilaku selama perjalanan, ia tetap tak bisa menahan rasa antusiasnya. Perjalanan ke Korea ini bukan hanya liburan impiannya, tapi juga kesempatan untuk menghabiskan waktu dengan Rafa, meskipun kini ada Arkana yang harus ikut serta.
...............
Setelah mengurus semua keperluan dan memastikan setiap detail perjalanan sudah siap, hari yang dinanti akhirnya tiba. Rafa, Naira, dan Arkana sudah di bandara, menunggu panggilan boarding untuk penerbangan mereka ke Korea Selatan. Arkana terlihat sangat bersemangat, meskipun kadang Naira merasa adiknya ini justru terlalu berlebihan.
"Lo kayak baru pertama kali naik pesawat aja, Kan," ucap Naira sambil tertawa kecil, melihat Arkana yang mondar-mandir di ruang tunggu.
"Eh, gimana nggak excited? Ini Korea, Nunai! Udah lama gue pengen ke sana juga, dan lo bawa gue gratis lagi!" Arkana menjawab penuh semangat, senyumnya lebar dari telinga ke telinga.
Rafa, yang duduk di samping Naira, menatap Arkana sambil tertawa kecil. "Yang penting, Arkana nggak ribet disana ya, jangan sampai ganggu rencana liburan kita."
Arkana menjawab dengan anggukan tegas. "Tenang aja, Bang Rafa, gue bakal jadi anak baik di sana."
Naira menggelengkan kepalanya dengan senyum. Meskipun tadinya dia merasa sedikit terganggu harus membawa Arkana, sekarang ia mulai merasa lebih tenang melihat antusiasme adiknya. Setidaknya, Arkana bisa jadi tambahan seru dalam perjalanan ini.
Tak lama kemudian, mereka dipanggil untuk boarding. Setelah beberapa jam perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya mereka tiba di Korea Selatan. Udara dingin Seoul menyambut mereka begitu keluar dari bandara. Naira tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ini adalah mimpi yang jadi nyata, berjalan di negara yang selama ini ia impikan.
"Welcome to Korea, guys!" seru Arkana dengan penuh semangat.
Rafa menatap Naira yang tersenyum lebar, ikut senang melihat temannya begitu bahagia. "Akhirnya kita di sini juga, ya. Nggak nyangka beneran bisa ke Korea bareng kamu, Ai."
Arkana, yang ikut tersenyum lebar, mengangkat kedua tangannya ke udara. "Korea! Let's go!"
Setelah tiba di hotel, mereka langsung check-in dan mengambil kunci kamar masing-masing. Rafa dan Arkana berbagi satu kamar, sementara Naira mendapatkan kamarnya sendiri. Sebuah pilihan yang mereka sepakati sejak awal agar perjalanan ini tetap terasa nyaman dan tidak canggung.
"Kalau lo mau ganti kamar sama Arkana, aku nggak keberatan, Ai," candanya Rafa sambil memberikan kunci kamar Arkana.
Naira tertawa kecil. "Nggak, makasih. Aku udah nyaman sama kamarku sendiri."
Setelah beristirahat sejenak, mereka bertiga memutuskan untuk keluar dan menikmati malam pertama mereka di Seoul. Makan malam di luar adalah pilihan tepat untuk memulai liburan ini. Mereka ingin merasakan suasana malam di Seoul yang terkenal dengan keindahan lampu-lampu kota dan suasana yang hangat meskipun udara dingin musim gugur mulai terasa.
"Ayo kita makan malam di tempat yang seru. Aku pengen cobain makanan jalanan Korea," ucap Naira dengan penuh antusias saat mereka berjalan keluar hotel.
Arkana langsung merespon dengan semangat. "Gue setuju! Gue pengen cobain tteokbokki asli Korea, udah kebayang rasanya di lidah gue."
Rafa hanya tersenyum, menikmati momen itu. "Kalian yang tentuin tempatnya, aku ikut aja. Yang penting kita makan."
Mereka berjalan menyusuri jalanan malam Seoul, menikmati pemandangan kota yang begitu hidup dengan orang-orang yang lalu-lalang, lampu neon yang berkilauan, dan aroma makanan jalanan yang menggugah selera. Naira terlihat begitu bahagia, matanya terus memandang sekeliling seolah tidak ingin melewatkan satupun detail dari kota ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
TEPI EMOSI (End)
RomancePart sudah lengkap Dunia di mana persahabatan dan perasaan saling bertautan, Naira menghadapi dilema antara dua pria yang memiliki tempat khusus dalam hidupnya. Satu pria adalah teman dekat yang selalu ada untuknya, memberikan perhatian dan kasih sa...