TEPI EMOSI (End)

Setelah hari bahagia itu, Naira dan Rafa memulai kehidupan baru sebagai suami istri. Mereka tinggal di sebuah apartemen kecil yang hangat, penuh dengan cahaya dan tawa. Meski baru saja menikah, tapi karena ikatan persahabatan yang terjalin selama 16 tahun sebelumnya telah mengukuhkan fondasi hubungan baru mereka.

Setiap pagi, Naira dan Rafa bangun dengan senyuman. Naira, dengan semangatnya selalu menyiapkan sarapan dengan sentuhan kasih sayang. Sementara itu, Rafa, dengan cinta dan perhatian, selalu menyiapkan secangkir kopi favorit Naira. Mereka berbagi cerita tentang impian dan rencana masa depan, membahas segala hal mulai dari perjalanan yang ingin mereka lakukan hingga cita-cita yang ingin mereka capai.

Mereka juga menyadari bahwa meskipun yakin akan kekuatan cinta, namun kehidupan tidak selalu berjalan mulus. Kadang-kadang, mereka menghadapi tantangan yang menguji kesabaran dan pemahaman satu sama lain. Namun, persahabatan yang sudah terjalin lama itu membantu mereka untuk saling mendukung dan memahami. Setiap kali ada perbedaan pendapat, mereka kembali mengingat semua yang telah mereka lewati untuk sampai ke titik ini.

Seiring berjalannya waktu, cinta mereka bukan lagi tentang seberapa lama mereka bersama melainkan seberapa mampu mereka menerima kekurangan satu sama lain. Setiap momen kecil seperti berbagi tawa saat menonton film, bercanda di dapur, atau berjalan-jalan di taman adalah hal sederhana yang menjadi berharga ketikan itu dilakukan bersama. Mereka menyediakan waktu untuk mereka kembali ke tempat-tempat yang pernah dikunjungi dulu, mengenang momen-momen berharga yang membentuk hubungan mereka.

Naira dan Rafa mengukir kisah cinta yang tak lekang oleh waktu, membuktikan bahwa cinta sejati dapat tumbuh dari persahabatan yang tulus. Mereka bersyukur atas setiap detik yang dihabiskan bersama, menjadikan perjalanan mereka bukan hanya sekedar cerita, tetapi juga sebuah legenda cinta yang akan dengan bangga mereka ceritakan ke anak-anak bahkan ke cucu mereka nantinya.