Dirga menjadi orang terakhir yang datang ke markas pada malam itu. Ia melangkah lesu, seolah tidak memiliki tenaga, tubuhnya tampak begitu lelah. Saat Dirga masuk ke dalam ruangan, matanya melintasi satu-persatu temannya yang sedang asik dengan aktivitas masing-masing. Razka dan Zevan yang bermain catur, Rayden memetik senar gitar sembari bernyanyi dengan gumaman pelan, sementara Laksana dan Elang duduk melamun, seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri. Namun, meskipun begitu, kehadiran Dirga tidak luput dari perhatian mereka.
Melihat kondisi Dirga yang tampak jauh dari biasanya, mereka semua lantas saling memperdekat posisinya.
"El, lo kenapa, Dir?" tanya Razka, suaranya terdengar serius.
"Tau nih, Elang sama Dirga sama aja. Bisanya galau terus," kata Rayden dengan nada bercanda, mencoba mencairkan suasana yang mulai terasa canggung.
Dirga tidak segera menjawab. Ia hanya menghela napas panjang, seolah mengumpulkan kekuatan untuk bicara.
"Tadi gue liat cewek di jalan lagi minum es boba," ujar Dirga perlahan, matanya menatap kosong ke depan. "Gue tiba-tiba inget Thalia, dia suka banget sama es boba," tambahnya, mengenang memori masa lalu yang selaku menghantui pikirannya.
Rayden yang awalnya hanya ingin melontarkan guyonan, langsung menanggapi, "Bentar-bentar, ini Thalia yang mana, gue lupa anjir."
Laksana yang sejak tadi hanya diam akhirnya membuka mulut. "Itu loh, mantannya Dirga. Lo nggak lupa kan, waktu itu Dirga pernah rebutan Thalia sama Elang. Terus selang beberapa bulan, Elang rebutan Senja sama Dermaga. Emang sulit banget kisah cinta mereka tuh," katanya, sambil melirik Elang dengan tatapan yang penuh arti.
"Oh, iya. Gue baru inget," ungkap Rayden, masih berusaha mengingat detail-detail yang sedikit kabur dalam pikirannya. "Waktu itu Thalia meninggal gara-gara apa, ya?" tanyanya lagi dengan nada bingung. Ia merasa ada banyak hal yang ia lewatkan, karena sudah cukup lama tidak berkumpul dengan teman-temannya.
Dirga menunduk, matanya penuh dengan kesedihan yang selama ini ia pendam sendirian. "Gue nggak tau pasti alasan yang jelasnya," jawabnya, suaranya hampir tidak terdengar.
Dirga duduk di kursi hang ada di ruangan itu, menghela napas panjang sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Tanya aja sama Elang, kan dia yang terakhir bareng Thalia sebelum dia meninggal."
Suasana semakin terasa tegang, dan Zevan yang berada di sebelah Elang pun tiba-tiba menepuk pundak laki-laki itu. "Thalia sama Senja lo apain, El?"
"Dulu, Thalia meninggal setelah pulang dinner sama lo. Terus, Senja meninggal setelah pulang dari pantai sama lo juga, kan?" lanjut Zevan. Kalimatnya berhasil menarik perhatian teman-temannya. Semua mata kini tertuju pada Elang, menanti penjelasan darinya.
"Gue juga nggak tau." Elang meraih jaketnya, lalu dengan langkah tergesa ia meninggalkan teman-temannya.
✧Dₑᵣₘₐgₐ✧
Elang melamun di sepanjang jalan yang ia tempuh. Laki-laki itu kesulitan untuk mengontrol isi pikirannya sendiri, terperangkap dalam rasa bersalah yang muncul setelah pembahasan di markas tadi.
Senja dan Thalia yang menjadi mantan kekasihnya dulu kini mereka telah meninggal. Mereka berdua pergi terlalu mendadak dan Elang menjadi orang terakhir yang mereka lihat sebelumnya nyawanya tiada.
Berawal dari Thalia yang meninggal sehabis pulang dinner dengan Elang. Malam itu, semua masih terasa baik-baik saja. Namun, ketika pagi tiba Elang mendengar kabar bahwa Thalia telah tiada. Dan menurut mitos yang beredar, Thalia meninggal gara-gara keracunan makanan.
Begitupun juga dengan Senja yang malamnya masih baik-baik saja, kemudian paginya sudah di temukan sudah tidak bernyawa.
"Gue pembunuh..." lirih Elang, suaranya teredam di balik helm cakil yang di kenakannya. Kata-kata itu keluar dari bibirnya secara spontan. Elang tidak bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanya sebuah kekeliruan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DERMAGA: Kekasih Dalam Ilusi
Teen Fiction"Barangkali semesta berbaik hati, untuk menghadirkanmu sekali lagi." -Dermaga Aksa Devantara Karena kehilangan yang ia alami, Dermaga menjadi sosok yang pendiam, tertutup, dan tak lagi bisa menikmati keceriaan hidupnya. Jiwa Dermaga hancur berantaka...