Ketika Dermaga hendak menuruni anak tangga sekolah untuk segera pulang, ia tak sengaja berpapasan dengan Gauri yang kesusahan membawa buku-buku di tangannya. Dalam sekejap, Dermaga merasakan dorongan untuk membantu gadis itu. Dengan senyum tipis yang hampir tak terlihat, ia mendekat dan menawarkan bantuan.
"Biar gue bantu, Gau," kata Dermaga, suaranya terdengar begitu lembut di telinga Gauri.
Namun, Gauri terdiam sejenak. Entah kenapa, hatinya tiba-tiba terasa tak karuan. Ia merasa bahwa dirinya tidak boleh terlalu dekat dengan Dermaga, karena jika semakin sering berinteraksi, maka akan semakin besar juga perasaan yang tumbuh dalam hatinya. Karena sakit rasanya, ketika Dermaga menganggap dirinya sebagai orang lain.
"Nggak usah, Kak. Makasih," ucap Gauri pelan, berusaha menahan perasaan yang mulai menggeliat dalam dadanya. Dengan cepat, ia berlalu meninggalkan Dermaga, berharap bisa menghindari tatapan teduh laki-laki itu.
Namun, Dermaga mengejar langkah Gauri dan menghalangi jalan gadis itu. "Kenapa? Aku cuma mau bantu kamu, Gauri."
"Kenapa kamu baik sama aku, Kak? Karena aku punya banyak kemiripan sama Kak Senja, kan?" seloroh Gauri, yang berhasil membuat Dermaga terdiam. "Mulai sekarang, lebih baik Kak Aga nggak usah nemuin aku lagi, deh," lanjut Gauri, berusaha menghindar.
Dermaga masih terlihat bingung. "Kenapa, Gau? Gue nggak ngerasa punya salah sama lo."
"Aku takut salah mengartikan kebaikan Kak Aga," Gauri menjawab dengan hati yang berdebar. "Aku takut semakin jatuh cinta sama kamu, Kak."
Kata-kata itu keluar begitu saja, tanpa bisa ia tahan. Gauri merasa malu, namun hatinya merasa lega. Dermaga terdiam, matanya membelalak sedikit, tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Lo suka sama gue?" Dermaga akhirnya bertanya, penuh rasa penasaran.
Dengan sedikit gugup, Gauri langsung membalas, "Kalo iya, kenapa?"
"I wanna be yours, Kak Aga."
"Jangan mencintai orang yang belum selesai dengan masa lalunya, Gau. Lo nggak akan bahagia."
Kata-kata itu seakan menghantam hati Gauri seperti petir di siang bolong. Ia terdiam, menatap Dermaga dengan mata yang terasa mulai memanas, dan Gauri merasa seolah-olah dunianya terhenti sesaat.
"Lo jangan sampe suka sama gue, karena perasaan itu udah habis buat Senja. Hanya Senja seorang. Lagi pula, kita baru kenal, kan? Lo jangan terlalu mudah terbawa perasaan," Dermaga melanjutkan, matanya tak lepas dari Gauri yang semakin terdiam.
Gauri merasa hatinya retak mendengar kata-kata itu. Air mata rasanya ingin tumpah, Gauri kemudian memilih untuk pergi dengan langkah cepat, menghindari Dermaga yang masih berdiri di sana.
"Kenapa dia bisa suka sama gue?" gumam Dermaga pelan, ia hanya bisa menatap gadis itu yang semakin menjauh dari pandangannya.
Di sisi lain, Gauri merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia harus mengatakan hal itu? Kenapa harus mengungkapkan perasaan yang seharusnya ia pendam lebih lama?
Gauri sadar, bahwa ia harus menghapus perasaan itu. Cinta Dermaga bukan untuknya, dan ia tidak bisa terus berharap pada seseorang yang hatinya sudah terikat pada masa lalu.
"Kalo aku memaksakan, yang ada nanti aku malah dapet traumanya, bukan cintanya."
✧Dₑᵣₘₐgₐ✧
Setelah pulang dari sekolah, Dermaga memutuskan untuk pergi ke makam Senja terlebih dahulu. Tidak lupa dengan sekuntum mawar putih yang selalu ia bawa.
Ketika Dermaga hendak masuk ke area pemakaman, ia tak sengaja berpapasan dengan Laksana yang tampak jauh berbeda dari biasanya. Tidak ada jaket kulit yang melekat di tubuhnya, tidak ada tatapan mata tajam dan aura dingin yang biasanya mengelilinginya. Laki-laki itu tampak seperti sudah menangis, matanya bengkak, dan langkahnya terkesan berat. Dermaga merasa ada yang aneh, tapi tidak ingin bertanya lebih lanjut. Laksana itu bukan orang yang mudah dibaca, dan Dermaga sudah cukup tahu untuk tidak mengorek lebih dalam tentang laki-laki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DERMAGA: Kekasih Dalam Ilusi
Teen Fiction"Barangkali semesta berbaik hati, untuk menghadirkanmu sekali lagi." -Dermaga Aksa Devantara Karena kehilangan yang ia alami, Dermaga menjadi sosok yang pendiam, tertutup, dan tak lagi bisa menikmati keceriaan hidupnya. Jiwa Dermaga hancur berantaka...