抖阴社区

33???EPILOG (END)

5.3K 325 27
                                        

Waktu berlalu tanpa terasa, keluarga Devantara benar-benar terasa kehilangan jantungnya. Sudah tujuh hari kepergian Dermaga, dan tidak pernah tercipta semangat dari Gibran maupun Mentari, seolah langit pun ikut merasakan kesedihan mendalam yang menyelimuti mereka. Setiap sudut rumah yang dulu dipenuhi tawa dan keceriaan kini terasa sunyi, sepi, dengan hanya kenangan yang bergema di antara dinding-dindingnya. Gibran, yang biasanya begitu penuh energi, kini hanya diam terlarut dalam pikirannya, sedangkan Mentari yang dulu selalu hadir membawa kehangatan, kini tampak redup, seakan enggan menerangi dunia yang terasa begitu suram tanpa kehadiran Dermaga dan Samudra di sisi mereka.

Gibran memasuki kamar Dermaga dengan langkah yang lamban, berusaha mengatur napasnya yang terasa sesak, seakan udara di dalam ruangan ini menjadi semakin sulit untuk dihirup. Setiap sudut kamar itu menyimpan banyak kenangan—kenangan yang begitu hidup, begitu nyata, namun kini hanya menjadi bayangan yang tidak bisa ia raih.

Di atas kasur itu, tidak ada lagi Dermaga yang biasa tidur dengan pulas setelah seharian beraktivitas.

Di sudut ruangan, terdapat gitar milik Dermaga yang sudah berdebu, mungkin pemiliknya sudah lama tidak memainkannya. Senar-senarnya yang dulu sering mengalunkan melodi merdu kini terdiam, tidak lagi menyuarakan lagu-lagu yang diiringi oleh suara Dermaga. Gibran memandang gitar itu dengan mata yang sayu, seakan berharap Dermaga akan kembali dan menghidupkan kembali lagu-lagu dalam kesunyian ini.

Tangan Gibran terulur perlahan, gemetar, meraih foto berbingkai yang terpasang di dinding. Foto itu menampilkan Samudra dan Dermaga, kedua anaknya yang tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi mereka, senyum yang seolah berkata bahwa masa depan masih terbentang luas di hadapan mereka.

“Melihat foto kalian saja, serasa diri kalian masih hidup, Nak. Seandainya Papa bisa peluk kalian saat ini, maaf Papa selalu rindu.”

Gibran meremas dadanya, rasa sakit itu begitu tajam, menyusup hingga ke tulang-tulangnya. Sesak yang tidak kunjung hilang. “Kalian terlalu cepat ninggalin Papa sama Mama,” bisiknya dengan suara tercekat.

Pria paruh baya itu membiarkan air matanya berjatuhan. Tidak ada yang bisa menghentikan tangisannya, tidak ada kata-kata yang bisa membuatnya merasa lebih baik. Pandangannya mulai kabur karena air mata yang terus mengalir. Semua kenangan tentang anak-anaknya, tawa mereka, langkah mereka, kini terasa seperti bayangan yang semakin memudar. Dunia ini begitu kosong tanpa mereka.

“Dikehidupan selanjutnya, izinkan Papa menjadi Papa kalian lagi, ya? Tapi untuk waktu yang lebih lama.”

Gibran berharap, bahwa suatu hari nanti, ia dan anak-anaknya bisa bersama lagi, di waktu yang lebih baik.

“Papa sayang sama kalian, Papa akan selalu sayang. Kehilangan ini sungguh menyiksa. Papa takut nggak bisa menjaga kewarasan Papa. Papa takut nggak bisa menjaga Mama kalian dengan layak.” Gibran melanjutkan. Takut jika dirinya tidak akan mampu menghadapi hidup ini sendiri.

“Sakit, Nak. Takdir ini sungguh sangat menyiksa,” lanjutnya dengan penuh kesedihan. Takdir yang telah merenggut segalanya, tidak memberi kesempatan untuk mengubah apa pun.

“Papa merasa tidak akan pernah menemukan kesembuhan.” Gibran mengakhiri kalimat itu dengan nada putus asa.

Akhirnya, Gibran menangis tanpa bisa menghentikan air mata yang terus mengalir, meringkuk di tempat itu, hanyut dalam kesedihannya. Waktu berjalan begitu lambat, dan ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Hingga akhirnya, tubuhnya lelah dan ia tertidur di kamar Dermaga.

Dalam tidurnya, ia bermimpi. Samudra dan Dermaga datang menghampiri, mereka mengusapnya dengan lembut, seolah menyuruhnya untuk berhenti menangis. Semua itu terasa begitu nyata, seolah anak-anaknya benar-benar ada di sana, di sampingnya. Namun, seiring ia terjaga, kenyataan itu kembali menghempasnya—Dermaga dan Samudra tidak akan pernah kembali lagi. Mereka sudah pergi, dan Gibran harus menerima kenyataan pahit itu.

— S E L E S A I —

COMING SOON VERSI NOVEL.


jangan lupa follow instagram @gadisandromedaa
agar tidak ketinggalan informasi cerita Dermaga versi novel!!

see you soon❤️

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

? Terakhir diperbarui: Jan 12 ?

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DERMAGA: Kekasih Dalam IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang