Aslan dibawa masuk kesalahan satu ruangan yang seperti kantor, sepertinya ini ruangan erlan.
Aslan kemudian duduk disalah satu sofa dengan erlan yang duduk di kursi besar dibalik meja yang berisi tumpukan kertas.
Erlan kemudian melanjutkan kerjanya untuk beberapa saat membuat Aslan yang duduk disofa merasa bosan karna tidak melakukan hal lain selain bermain ponsel, ia membantuku ponselnya disisi sofa dan berjalan ke arah erlan untuk melihat apa yang dilakukan pemuda tampan itu.
"Aku bosan" ujarnya sambil mempoutnya bibir menambahkan kesan gemas pada dirinya.
Erlan menoleh melihat kearah Aslan dan memilih menutup laptop yang sedari tadi ia perhatikan.
"Kamu mau ikut aku ke ruang bawah tanah?" Aslan mengangguk semangat karna sungguh dirinya merasa begitu bosan dan ingin melihat sesuatu yang menakjubkan.
"Apa yang akan kita lakukan dibawah tanah?" erlan tidak menjawab.
Aslan mengerutkan dahinya karna tidak mendapatkan jawaban dari pemuda yang berjalan didepannya.
Ia merasa diabaikan sekarang karna hening menyelimuti mereka bahkan saat sampai diujung tangga bawah tanah.
Ruang bawah tanah hanya di terangi cahaya tamaran berasal dari lampu kecil yang menempel didinding, Aslan dapat melihat jika disana ada beberapa penjara karna itu yang ada dipikirannya saat melihat ruangan yang hanya dibatasi sekat besi tebal.
Dapat ia lihat jika disalah satu penjara itu ada berisi seseorang yang tidur meringkuk dengan setelan jas kumuh yang melingkupi tubuhnya.
Erlan membuka penjara yang berisikan orang tersebut dengan membawa cambuk, apa yang ia lakukan dengan cambuk itu?.
Aslan hanya memperhatikan pergerakan erlan sampai dirinya dibuat tersentak kala erlan dengan detakan tiba-tiba mencambuk dengan keras orang yang sedang meringkuk tadi.
Ia mendengar suara jeritan orang itu yang terdengar pilu minta untuk dikasihani, Aslan dapat melihat gimana erlan mencambuk terus tubuh ringkih itu dengan ekspresi datar yang terkesan tidak peduli kalaupun tubuh orang yang ia cambuk akan hancur dan koyak koyak nantinya.
"AMPUM!! AMPUN TUAN!! AKKHHH!!" teriakan orang itu saat erlan masih asik mencambuk tubuhnya.
"TIDAK! TIDAK SAYA AKKHH!! AMPUN!!" Aslan sedikit meringis melihat darah yang menyucur karna cambukan itu sudah mengoyak tubuh malang itu.
'Pasti sakit' batin Aslan meringis.
Erlan berjongkok memperhatikan orang yang ia cambuk sudah berderai air mata dengan wajah kumuh penuh dengan debu, seperti gembel ditepi jalan, padahal orang yang berada di depannya saat ini adalah seorang manajer sebuah perusahaan.
"Kenapa?" tanya erlan pada orang itu.
"Ampun tuan.... Saya mohon ampuni saya hiks ampun....." erlan menggeleng.
"Tidak ada ampun untuk seorang seperti kau, hama harus dibasmi dan kau.... Harus merasakan sakit karna dengan perlahan sakit itu tidak terasa lagi, jadi tunggu saja kau sudah berada diambang kematian" ujar erlan dengan suara rendah yang terkesan mengintimidasi.
"Tidak tuan.... Saya... Sa-saya ada seorang putri say-a tid- AKKHHHHH" erlan kembali mencambuk tubuh ringkih itu.
"Kau terlalu banyak bicara sialan, atau perlu saya membunuh putri anda supaya kalian bersama di neraka?" erlan terkekeh dingin memandang tajam tubuh yang mengenaskan dibawah kakinya.
Erlan menginjak luka menganga ditubuh pria tua di depannya membuat pria itu menjerit keras penuh kesakitan.
Tidak ingin kekasihnya menunggu lama, erlan kemudian mengeluarkan pistol yang ia bawa di balik jas dan langsung menembak tepat di kepala pria yang menjabat sebagai manajer itu membuat kepalanya berkubah dengan ceceran darah yang muncrat dari lubang yang terbentuk dikapalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
???? ???
Romance(?????????√) ??s??? ???? s????? s??? ???-??? ???? s?????? ???????, ???????, ??? ??????? ????s ?????????? ?????? ????s????? ???? s?????? ????? ????s ?????. ????? ????s?? ???? ?s??? s?????? ????? ?????????? s???? ?s?? ???? s??? ????s??, ???...
