抖阴社区

[16]. Stuck

2.2K 199 7
                                        

Dek Sashi dan Papadit comeback!!









Perasaan Aditya mendadak nggak enak. Pria tidak berhenti mengusap belakang kepalanya—gelisah. Ia takut mantan ibu mertuanya kembali nekat mendatangi rumahnya atau malah menjemput Sashi ke sekolah. Ia sadar betapa besar rasa benci wanita itu terhadapnya, tapi di sisi lain, ia berhak atas Sashi—meski ia sempat absen dari hidup anak itu.

"Dit," tegur Koh Erwin.

Aditya menoleh dan diikuti ringisan kecil. "Koh?"

"Ngelamun aja lu. Ada apa?" tanya Koh Erwin.

"Koh," gumam Aditya, menatap Koh Erwin dengan ragu, "saya boleh izin jemput anak saya? Nggak tahu kenapa perasaan saya mendadak nggak enak."

"Ya selama pekerjaan lu ada yang bantu nge-handle, silakan-silakan aja," balas Koh Erwin.

Aditya menoleh pada Roni yang kini tengah menatapnya. Lelaki berperawakan tinggi kurus itu mengacungkan ibu jari seraya berkata beres tanpa suara. Bibir Aditya melengkungkan senyum kemudian beralih menatap Koh Erwin lagi. Si pemilik toko mengangguk mempersilakan. Segera Aditya beranjak dari hadapan Koh Erwin lalu melenggang menuju area parkir—mengambil motornya di sana.

Bapak dari Sashi itu memakai helm berwarna biru, tepat ketika Thania muncul di sampingnya sambil melontarkan tanya. "Mas Adit mau ke mana?"

"Jemput anak saya," jawab Aditya, memundurkan motor.

"Mas Adit bercanda ya?" cecar Thania.

Berhenti bergerak, tatapan Aditya tertuju pada Thania yang mengerutkan alis penuh tanya. Bapak satu anak itu menghela napas berat. "Saya nggak bercanda, Thania. Saya memang sudah punya anak dari pernikahan saya dan Alya."

"Berarti sekarang umur anak Mas Adit—"

"Iya, dia sudah SMP. Permisi," tukas Aditya, melajukan motor maticnya menuju Terang Bangsa School. Di sepanjang perjalanan, ia dihantui oleh bayangan; bagaimana kalau ternyata Florida lebih dulu sampai sekolah untuk menjemput Sashi? Bagaimana kalau wanita senja itu kembali koar-koar dan mempermalukannya?

Aditya meringis lalu ia gelengkan kepala—menepis bayangan yang menari-nari di pelupuk mata. Dalam hati ia meyakinkan diri. Ia ayahnya. Ia lebih berhak atas Jennaira Sashikirana.

Motor Aditya berhenti di depan gerbang.

Sejurus dengan itu terdengar seruan heboh Sashi. "Papa!" Senyum di bibir Aditya terulas manis begitu mendapati sang putri berlari kecil ke arahnya. Dan di waktu bersamaan motor lain berhenti di sebelah Aditya. Menyita perhatian anak dan bapak tersebut.

"Ooh, jadi ini anaknya Mas Adit?" beo Thania, tersenyum ramah.

Sashi langsung memperlihatkan ekspresi tidak suka.

Sementara Thania justru mengangsurkan telapak tangan sembari menyapa, "Hai." Sashi melengos—enggan membalas. Buat senyum di wajah Thania kandas. Ia tarik lagi uluran tangannya. Kecewa. Kemudian atensinya teralih pada Aditya. "Maaf ya, Mas. Aku sengaja ngikutin Mas Adit buat mastiin kalau Mas Adit nggak bohong."

Aditya mengangguk. "Ya."

"Papa, ayo pulang!" Sashi naik ke boncengan si Papa.

"Pakai dulu helmnya, Sas!" titah Aditya.

"Pakaiin!" pinta Sashi manja, memancing embusan napas lolos dari bibir Aditya sebelum pria itu memutar tubuh—menghadapnya, untuk memakaikan helm ke kepalanya. Sashi nyengir. "Makasih, Papa," ucapnya senang, lalu melirik Thania yang masih berada di samping. Sashi memeletkan lidah. "Wleee!"

Unconditional Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang