抖阴社区

[28]. The Warm Embrace

2K 170 10
                                        




"Mengaku sakit hati, Bayu Adyatma—putra sulung—Hadi Adyatma, menghabisi nyawa calon tunangannya, dan kini dijatuhi hukuman seumur hidup," suara narator dalam acara berita, menerbitkan senyum tipis di wajah Aditya. Ia tidak senang dengan kabar kematian mantan istrinya, tetapi ia lega, mantan istrinya bisa mendapat keadilan di akhir hayatnya, meski buat Aditya, ini tidak bisa dikatakan adil juga.

Aditya mematikan televisi lalu bangkit, ia ambil kunci motornya. Hari ini ada lomba fashion show di sekolah anaknya. Dan ia sudah berjanji akan datang. Well, ia datang belakangan karena baru pulang. Kemarin, ia mendapat shift malam.

Dengan setelan baju batik dan celana jins panjang, juga rambut yang agak gondrong walau sudah dipangkas, Aditya langsung jadi pusat perhatian. Apalagi sewaktu Sashi melambaikan tangan sembari memanggilnya Papa dengan nada ceria. Otomatis bibir Aditya melengkung apik—memperlihatkan senyum hingga gigi gingsulnya nampak.

Kaki jenjang Aditya mengarah pada Sashi, ia dudukkan diri di samping anak itu. "Maaf ya lama?"

"It's okay, Pa," geleng Sashi.

Di samping Sashi, ada Nining yang lebih dulu datang.

"Nanti Papa senyumnya biasa aja ya?" pesan Sashi.

Memancing kerutan di dahi Aditya. "Hm? Senyum biasa aja?"

"Iyaaa!" timpal Sashi, "Pokoknya nggak boleh keliatan ganteng."

"Gimana maksudnya? Papa nggak ngerti," gumam Aditya bingung.

"Ck!" Sashi berdecak keras, iris beningnya mengedar ke sekitar. Banyak wali murid—terutama ibu dari teman-temannya sampai kakak kelasnya—kompak menancapkan tatapan ke arah si Papa. "Tuh liat! Pada nengok ke Papa."

Aditya mengikuti arah pandang Sashi lalu kembali menatap anaknya lagi dan tertawa kecil. "Ya biarin. Kan mereka punya mata. Emang kenapa sih?"

"Bete, ah! Papa nggak ngerti-ngerti," tukas Sashi sebal.

"Anakmu nggak mau kamu ditaksir mereka, Dit," sela Nining, menerjemahkan maksud sang cucu. Aditya hanya ber-oh-ria. Lagi pula, untuk apa ibu-ibu itu tertarik padanya? Sudahlah, anaknya memang cemburuan—mirip Alya dulu.

Aditya menggelengkan kepala dengan senyum geli di bibir lantas iris legamnya terlempar pada Maudy yang berdiri diantara para guru. Wanita itu mengenakan baju adat dari Jawa, terlihat sangat anggun dan ... mempesona. Ck! Bergegas ia gelengkan kepalanya—lagi. Kenapa ia jadi memperhatikan Maudy?

Tapi ... memang harus ia akui, Maudy memang cantik, kalem, dan anggun.

Senada dengan namanya.

"Mari kita sambut penampilan berikutnya ..." Suara si pembawa acara terdengar heboh, "ini dia, beri tepuk tangan yang meriah, Alicia Deby dan Mami."

Selagi penonton hanyut dengan penampilan para peserta, Aditya tiba-tiba ditarik anaknya menuju backstage karena sebentar lagi giliran mereka. Aditya lumayan deg-degan—jujur saja. Ia paling tidak suka jadi pusat perhatian, tapi demi anak semata wayangnya, ia turunkan ego, asal anaknya bahagia.

"Inget ya, Papa senyumnya biasa aja!" peringat Sashi.

"Iya," angguk Aditya.

"Sas, itu siape? Abang lu?" tanya pria senja yang Aditya perkirakan seumuran ayahnya.

Unconditional Love [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang