抖阴社区

Bab 8 | Binar Mata

51 5 0
                                    

Uap tipis dari teh herbal berwarna merah jambu menguar perlahan, hilang seketika saat ditiup pelan oleh pria berkaus putih lengan pendek di meja makan. Ia menyesapnya dengan sungguh-sungguh dan diakhiri 'Ah' bukti bahwa saat ini adalah me time untuknya. Ya, sekarang hanya ia seorang ada di rumah sebesar bukan rumahnya ini. Betul sekali! Ia hanya menumpang tinggal, tetapi juga tidak gratis dikarenakan tetap bekerja sembari menjaga dan merawat kediaman milik wanita punya banyak nama sebaik mungkin. Ia tengah meneguk teh yang sudah tak begitu panas itu baru sampai seteguk saat seseorang memasukkan kode sandi di smart door, pintu itu berhasil dibuka secara aman dan tentu saja memberi tanda jika pemilik datang.

Pria berkaus putih itu buru-buru mengambil air teh menggunakan mulutnya dan bangkit menyambut tamu sambil menelan tehnya kemudian. "Kau sudah datang!"

"Hmm, yeah! Aku lelah sekali," ujar pemilik rumah yang merupakan seorang wanita berusia tiga puluh tahunan duduk di sofa ruang tamu sembari memejamkan mata.

"Kau sudah makan? Mau kubuatkan sesuatu, Ashly?" tawar pria itu dengan ramah dan sigap.

"Teh saja, Dio," jawab Ashly tetap dalam posisi yang sama.

"Segera tiba!" Pria itu meninggalkan ruang tamu, sementara Ashly sudah berubah posisi menjadi tidur menyamping di sofa panjang ruang tamunya.

Tangan Ashly terangkat sedikit guna melepas jepit lidi disemat pita putih tanda berkabung untuk keluarga perempuan, lalu meletakkannya di meja dan memejamkan mata sembari terus menghela napas lelah. Pria bertubuh jauh lebih tinggi daripada Ashly berjalan mendekat sembari menaruh mug berisi teh bunga Rosella buatannya. Ashly menarik napas panjang dan mengembuskan perlahan sembari bangkit duduk, tangannya yang ramping meraih mug warna krem di meja untuk diminum beberapa teguk.

"Bagaimana prosesi pembagian warisan pelanggan VVIP?" tanya Dio penasaran.

"Para lintah datang menyerang, menyedot darah dan tamak."

Dio menjentikkan jari sembari manggut-manggut. "Itu pasti!"

Ashly menyeruput tehnya lagi kemudian berkata. "Dan mereka melaporkanku atas dasar pencurian aset, sungguh sia-sia."

"Tenanglah dan damai selalu pelanggan VVIP super baik hati." Dio berdoa mengatupkan tangan.

Ashly menghabiskan tehnya, lalu bangkit sembari membawa cawan dan cangkir untuk diletakkan di bak cuci piring, kemudian pergi ke kamarnya. Dio selesai mendoakan dan ikut bangkit untuk duduk kembali di meja makan menyesap tehnya yang sudah sepenuhnya dingin karena ditinggal lumayan lama. Rumah kembali hening dan hanya suara Dio saja menyanyi meramaikan suasana rumah menjadi hidup, sebab pemilik rumah di dalam kamar utama belum tentu mau diajak bersuara. Jika kau bertanya apa sebenarnya status Dio di rumah ini? Kuberi tahu sedikit saja, Dio rela mati demi Ashly jika mau meski tanpa ikatan apa pun, dia dengan senang hati mengurus rumah sebisa mungkin tanpa disuruh, sudah sebatas itu saja yang bisa kalian ketahui.

••••

Tetes air terakhir yang menempel di ujung shower akhirnya jatuh juga ke lantai dekat saluran air, wanita cantik berambut sepunggung itu memeras rambutnya yang basah dan dimasukkan ke handuk rambut micro viber, sementara handuk lebar membungkus tubuh polosnya. Ia berdiri di depan wastafel mengusap cermin yang nengembun menggunakan telapak tangan kanan menampilkan wajahnya tanpa make up. Ia melepas handuk dan mulai mengeringkan tubuh di bagian yang tak terbalut, menggunakan lotion beraroma lembut sembari duduk menunggu sejenak sampai meresap sempurna mengunci kelembaban kulit sebelum mengenakan pakaian. Namun, yang diraihnya terlebih dahulu bukanlah atasan ataupun celana, melainkan breast binder atau chest binder berwarna abu-abu dilapisi t-shirt warna pastel dipadukan celana hitam dan mulai mengoleskan make up tipis dan sentuhan terakhir adalah memberikan vitamin untuk rambut kesayangannya sebelum dikeringkan.

Recluse [The End] Where stories live. Discover now