Seharusnya tempat pertemuan pertama mereka bukan di Bee Cafe, tetapi Dio tahu jika Ashly akan merasa tak nyaman jika ranah pribadinya dimasuki orang lain yang tak dikenal, pula sang kekasih belum tentu mau diajak ke rumah. Ya, Dio memikirkan hal itu hingga memutuskan untuk memilih tempat ini untuk mempertemukan keduanya pertama kali. Lantai dua Bee Cafe jauh lebih tenang dan nyaman dari lantai utama cocok untuk acara seperti ini. Dio naik tangga lebih dulu, sementara Ashly mengekori langkah Dio yang menuntun ke meja pertemuan mereka.
"Dia di sana," ujar Dio pelan sembari menoleh ke arah Ashly yang langsung melihat ke arah yang ditunjuk Dio.
Ashly tak mengatakan hal apa pun, justru menarik napas untuknya bersiap bertemu dengan orang baru yang diinginkan Dio. Wanita yang memiliki postur tubuh lebih pendek daripada Ashly itu menyunggingkan senyum seraya berdiri pada Dio dan Ashly.
"Menunggu lama, ya?" tanya Dio merasa tak enak.
"Tidak juga," ujar wanita di sisi Dio seraya tersenyum.
"Dia adalah saudaraku yang sering kuceritakan, Ashly. Ashly, dia Melly kekasihku," ujar Dio mengenalkan keduanya.
"Ashly."
"Melly, senang bertemu denganmu."
"Aku juga, meski Dio tak banyak bercerita akhirnya bertemu juga."
"Ayo, duduk!" Dio meminta dua wanita cantik itu duduk.
Dio memilih duduk di sisi Melly, sementara Ashly duduk di depan keduanya dan mulai makan malam, sebab makanan sudah tersaji di meja sebelum Dio dan Ashly datang. Dio menatap satu per satu makanan di piring memastikan Melly memesan sesuai dengan yang sudah diberitahukannya tadi. Saat mulai makan, Ashly membelah telur di piringnya dengan raut muka tak bisa ditebak karena kuning telur meleleh yang seharusnya tidak demikian. Dio dengan sigap mengganti piring Ashly dengan piring miliknya yang memiliki telur matang sempurna.
"Kenapa diganti?" tanya Melly melihat kejadian itu.
"Ashly tidak suka telur setengah matang, tak apa ini pertemuan pertama kau mungkin lupa."
"Oh, maafkan aku, aku tidak ingat soal ini," ujar Melly memberikan wajah memelas.
"Tak apa, lanjutkan saja." Ashly melanjutkan makan.
Ashly memang melanjutkan makannya, tetapi tangannya sibuk memberikan putih telur ke piring Dio, sedangkan Dio memberikan kuning telur di piringnya ke piring Ashly. Hal itu menimbulkan perhatian Melly yang tak biasa.
"Kalian benar-benar anak kembar!"
Ashly dan Dio hanya tersenyum, usai makan malam mereka mengobrol sebentar dan mereka berpisah di depan Bee Cafe. Melly pulang diantar taksi, sementara Dio dan Ashly pulang bersama karena rumah mereka jaraknya berjauhan dan bersimpangan. Ashly masuk mobil disusul dengan Dio.
"Kenapa tidak kita antar sekalian?"
"Dia meminta seperti itu, dia berkata kalau senang melihatmu, artinya hubungan aku dan dia lancar kan?"
"Dia iri melihat perhatianmu padaku," ujar Ashly jujur.
"Benarkah? Tahu dari mana?" tanya Dio menyalakan mesin mobil.
"Kau yakin bersamanya? Kau menyukainya seberapa besar?"
"Aku sangat menyukainya, mencintainya, Ashly." Dio menjawab sembari menatap manik mata Ashly.
"Itu ... bagus. Bekerjalah yang giat! Ayo, kita pulang!" ujar Ashly sembari memalingkan wajahnya melihat depan.
"Kau tampak tak benar-benar menyukainya," kata Dio sembari menyetir.

YOU ARE READING
Recluse [The End]
Romance21+ || Don't Copy My Story! || On Going Biarpun burung kecil yang sayapnya patah itu istirahat untuk terbang, bukan berarti dia tak bisa terbang lagi. Dia hanya istirahat untuk bersiap terbang menembus awan lagi. ? Ashly RosenVqist? Bisakah aku eg...