抖阴社区

BAB 56 | Demi Loyalitas

856 141 28
                                        

Malam menyelimuti pangkalan militer Angkatan Udara Amerika Serikat dengan cahaya bulan yang samar memantul di landasan beton yang luas. Dari balik jendela helikopter, Zein menatap ke bawah, menyaksikan barisan pesawat tempur yang berjajar rapi, berselimut bayangan kelam. Lampu-lampu merah dan kuning berkedip di menara kontrol, sementara kendaraan patroli melintas perlahan di antara hanggar-hanggar raksasa. Dentuman jauh dari latihan rutin terdengar samar, bercampur dengan dengungan mesin yang terus bergemuruh di kejauhan. Saat helikopternya mulai menurunkan ketinggian, hembusan angin malam berbaur dengan suara sirene peringatan. Roda-roda besi menyentuh tanah dengan halus, dan di bawah sorotan lampu sorot yang tajam, Zein menghela napas dalam-dalam, menyadari bahwa ia baru saja memasuki jantung kekuatan udara yang tak pernah tidur.

Begitu roda helikopter benar-benar berhenti berputar, Zein melangkah turun dengan hati-hati. Sepasang matanya yang tajam menyapu area sekitar, meneliti setiap sudut pangkalan yang diterangi lampu-lampu temaram. Beberapa penjaga berseragam melintas di kejauhan, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa kedatangannya telah menarik perhatian. 

Ia menempel di sisi helikopter, menyatu dengan bayangan gelap di bawah badan pesawat. Napasnya teratur, pikirannya fokus. Saat pintu kokpit terbuka dan sang pilot turun tanpa curiga, Zein langsung bergerak cepat. Dalam satu tarikan sigap, ia membekap mulut pria itu dan menyeretnya ke balik bayangan pesawat. 

Pilot itu sempat meronta, tetapi Zein sudah siap. Sebuah suntikan kecil melesat ke lehernya—cairan tak berwarna segera mengalir dalam darahnya. Hanya butuh hitungan detik sebelum tubuh pria itu melemas, kesadarannya menghilang sepenuhnya. Zein menopang tubuhnya agar tidak jatuh dengan suara keras, lalu dengan cekatan menyeretnya lebih jauh ke area tersembunyi. 

Malam semakin sunyi. Dengan napas terkendali, Zein kembali mengawasi sekeliling. Perjalanannya di pangkalan ini baru saja dimulai.

Zein melangkah dengan hati-hati menuju hangar, setiap langkahnya nyaris tanpa suara di atas lantai beton yang dingin. Pintu besar hangar terbuka sedikit, cukup untuk membiarkan cahaya putih keperakan merembes keluar. Ia menempelkan punggungnya ke dinding, lalu mengintip ke dalam.

Matanya membelalak.

Di dalam, puluhan tentara berseragam terkapar tak berdaya di lantai. Beberapa masih menggenggam senjata, sementara yang lain tergeletak dengan ekspresi terkejut membeku di wajah mereka. Tidak ada tanda-tanda perlawanan yang berarti—seolah mereka tumbang dalam sekejap, tanpa sempat bereaksi.

Zein melangkah masuk, napasnya sedikit tertahan. Bau logam darah samar tercium di udara, meskipun tidak ada luka fatal yang terlihat. Sesuatu yang aneh telah terjadi di sini, dan ia tidak suka ketidakpastian semacam ini.

Saat ia berjongkok untuk memeriksa salah satu prajurit, bulu kuduknya tiba-tiba meremang.

Sebuah kehadiran.

Dalam sepersekian detik, ia menyadari ada seseorang di belakangnya. Napas hangat terasa di tengkuknya, dan sebelum ia sempat bereaksi, suara dingin mengiris kesunyian.

"Anda datang lebih cepat dari yang saya duga, Zein."

Zein berbalik perlahan, tubuhnya tetap tenang, meski dalam dirinya ada gelombang keterkejutan yang sulit dijelaskan. Ia bukan tipe orang yang mudah menunjukkan emosi, tetapi malam ini, kedua matanya sedikit melebar. 

Di hadapannya, seorang pria yang seharusnya telah mati—lenyap di tanah Hebrides pada malam yang dingin kala itu berdiri dengan tegak. Ia mengenakan seragam militer yang tampak tak tersentuh waktu, dengan sorot mata yang masih setajam dulu. 

Zein tidak segera berbicara. Ia hanya menatap pria itu, mencoba memahami bagaimana sesuatu yang mustahil bisa terjadi di hadapannya. 

Sedangkan pria itu sedikit menyeringai, seakan menikmati keterkejutan yang jarang sekali menghiasi wajah Zein. "Tidak menyangka akan melihat saya lagi, bukan?" suaranya terdengar dalam, tegas, nyaris sama seperti terakhir kali Zein mendengarnya—sebelum pria itu seharusnya terkubur dalam kegelapan. 

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang