抖阴社区

E P I L O G

1.9K 153 48
                                        

Puluhan agen Sword Ghost Leger berdiri tegak dalam barisan yang sempurna. Langit sore berpendar keemasan, memantulkan semburat jingga di atas landasan kosong yang diselimuti kesunyian.

Kemudian mereka serempak menundukan kepala, membiarkan angin senja berembus lirih membawa hawa duka yang terasa berat, jas hitam mereka merambat perlahan tertiup angin, membentuk siluet-siluet dingin di bawah cahaya suram matahari yang hampir tenggelam.

Di hadapan mereka, sepuluh peti kayu beristirahat dalam keheningan abadi, berselimut puluhan tangkai mawar putih yang tertata lembut, seolah menjadi pelukan terakhir bagi mereka yang telah pergi. Mereka yang bertempur hingga napas terakhir, yang mengorbankan segalanya demi kemenangan yang terasa begitu pahit. 

Kapten Ganara, sang pemimpin Sword Ghost Leger, melangkah maju dengan sorot mata yang kelam. Dengan kedua tangan yang kukuh, ia meletakkan setangkai mawar putih di atas salah satu peti, sebelum kembali ke barisan dengan rahang mengatup rapat, menahan kepedihan yang tak terucapkan. 

Satu per satu, anggota inti mengikuti, melangkah dalam diam, membawa bunga yang kini menjadi simbol kehilangan dan penghormatan. Lintang. Akrael. Hazel. Fraz. Mikael. Masing-masing menunduk, meletakkan bunga mereka dengan hati yang tercabik.

Saat giliran Lion tiba, tubuhnya terasa lebih berat dari biasanya. Dengan gerakan kaku, laki-laki itu merunduk, dan menatap peti di hadapannya dengan tatapan hampa. Sekian lama menjadi anggota Sword Ghost Leger, ia tak pernah menangisi kematian. Namun, yang terjadi hari ini bukan sekadar perpisahan. Ini adalah luka. Ini adalah kehilangan yang tak akan tergantikan.

Rahang Lion mengeras menahan sesak. Seketika hatinya dilanda gelombang penyesalan yang begitu dalam. Andai saja ia bisa menggantikan mereka. Andai saja ia bisa mengubah takdir, mungkin akhir dari segalanya akan berbeda. Nafasnya tersengal, dan ketika ia kembali ke barisan, bahunya ditepuk oleh sang ayah. 

"Mereka akan menjadi sejarah Sword Ghost Leger." ujar Lim Vandra, suaranya berat, nyaris seperti bisikan. Sedangkan Lion mengangguk lemah, karena ia menyadari, dirinya tidak memiliki kuasa untuk mengembalikan apa yang telah pergi.

Terakhir, gadis berambut panjang yang kini tampak rapuh itu melangkah maju. 

Riley berdiri di depan peti dengan tatapan kosong, seakan jiwanya masih tertinggal di medan tempur malam itu. Ia yang seharusnya mati. Ia yang seharusnya tak kembali. Tapi mereka—mereka yang kini terbujur kaku dalam keheningan peti—mereka yang memilih menukar nyawa demi dirinya. 

Jemarinya menggenggam erat tangkai mawar putih, tapi tubuhnya mendadak terasa lemah saat gelombang kehilangan menguar, menyesakkan dadanya seakan tidak membiarkannya untuk bernapas. Butuh segenap kekuatan untuk ia melangkahkan kaki lebih dekat. Dengan tangan yang gemetar, gadis itu meletakkan bunga itu di atas tumpukan mawar lain, sebelum perlahan menarik napas panjang, mencoba menahan tangis yang mendesak keluar. 

Angin sore kembali berembus, lembut namun menusuk, seolah membawa bisikan mereka yang telah pergi. Riley merapatkan matanya, menyerahkan doanya dalam diam. Ia mengharapkan segalanya akan berakhir bahagia meskipun apa yang telah terjadi membuat goresan besar yang sulit sembuh. Namun, tak peduli seberapa lama ia berdiri di sana, kesunyian tetap terasa begitu menyakitkan.

Langit semakin jingga. Barisan itu perlahan bubar, derap langkah para agen terdengar lirih di atas landasan yang mulai diselimuti bayangan malam. Angin semakin dingin, membawa kesunyian yang tak biasa, seolah mengabadikan perpisahan yang baru saja terjadi. 

Di tengah pergerakan yang teratur, suara seorang wanita menggema, menghentikan langkah mereka yang berada di garis depan. 

"Mereka akan segera dibawa ke negaranya masing-masing."

ZERO BASETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang