抖阴社区

19 : two fools playing silent

6.1K 247 3
                                        

Sudah dua hari sejak percakapan itu. Dua hari sejak Asher menatapnya dengan mata gelap penuh intensitas yang menyebalkan. Dua hari sejak sentuhan itu—–sentuhan yang seharusnya tidak terjadi, membuat otaknya kacau.

Dan yang lebih menyebalkan lagi... dua hari sejak Asher diam seribu bahasa seperti anak kecil yang sedang merajuk.

Ren menghela napas kasar.

Gadis itu menutup kulkas dengan sedikit lebih keras dari seharusnya, lalu menatap meja makan di hadapannya. Di sana, Asher duduk dengan ekspresi datar, wajahnya tertutup setengah oleh layar ponsel yang ia pegang.

Lelaki itu sudah duduk di situ sejak lima belas menit lalu. Tidak bersuara. Tidak berkomentar. Tidak ada sindiran tajam seperti biasanya. Tidak ada komentar menyebalkan tentang kebiasaannya yang suka menumpuk piring di wastafel atau tentang betapa buruknya selera musiknya.

Hanya... diam.

Ren melipat tangan di depan dada. Napasnya sudah terasa berat.

"Asher," panggilnya akhirnya, mencoba mengendalikan kesabaran.

Tidak ada respons. Lelaki itu tetap menatap ponselnya, seolah tidak mendengar.

Ren menyipitkan mata. "Hei, aku bicara padamu."

Asher akhirnya mengangkat wajah, tapi hanya untuk menatapnya sekilas sebelum kembali menunduk ke ponsel.

Ren mengatupkan rahangnya.

Sialan.

Biasanya, ia yang malas menghadapi Asher.

Biasanya, ia yang pura-pura tidak mendengar saat lelaki itu mulai bicara panjang lebar dengan nada sinisnya yang khas.

Tapi sekarang? Sekarang, malah Asher yang berlagak tidak peduli.

Dan itu... mengganggu.

Ren mengambil gelasnya dan meneguk airnya dengan kasar, sebelum menaruhnya kembali di meja dengan suara 'thak' yang sengaja ia buat lebih keras.

Asher tetap tidak bereaksi.

Sial. Sial. Sial.

Bukannya seharusnya Ren yang marah karena Asher bersikap terlalu lancang waktu itu?!

Bukannya seharusnya Ren yang diam-diam kesal dan memilih mengabaikan Asher?!

Tapi...

Tapi kenapa rasanya malah Asher yang berubah menjadi gunung es dan Ren yang justru terjebak dalam badai di sekelilingnya?

Kenapa Asher yang lebih uring-uringan?!

Sialan.

***

Hari Ketiga

Ren membuka lemari dapur, mencari camilan. Pikirannya sudah sumpek sejak pagi, dan satu-satunya yang bisa sedikit memperbaiki suasana hatinya adalah sesuatu yang manis.

Tangannya baru saja meraih sekotak biskuit ketika tiba-tiba seseorang melewatinya.

Asher.

Burning Boundaries Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang